Dewasa ini, upaya pemerataan pendidikan berkualitas di Indonesia masih belum sepenuhnya terealisasikan. Realitas yang ada menunjukkan bahwasannya akses terhadap pendidikan berkualitas nyatanya terbatas. Padahal, memperoleh pendidikan berkualitas merupakan hak bagi seluruh anak-anak di Indonesia. Terbatasnya akses tersebut juga mendorong masalah-masalah lain, salah satunya adalah kurangnya wadah bagi siswa untuk mengeksplorasi bakat, minat, dan potensi mereka. Hal ini kemudian menjadi daftar panjang permasalahan dalam implementasi sistem pendidikan di Indonesia.
Di sisi lain, sekolah sering kali dimaknai sebagai tempat belajar, tetapi konsep “belajar” yang dimaksud lebih terkonsentrasi pada aspek akademik. Siswa mau tidak mau belajar dengan kurikulum yang mengharuskan mereka menguasai berbagai mata pelajaran akademik. Padahal, makna dari belajar sejatinya tidak terbatas pada lingkup akademik semata, tetapi juga dari hal-hal di luar akademik, misalnya pendidikan karakter, membangun empati, membangun kepercayaan diri untuk mengemukakan pendapat, juga mengetahui potensi yang ada dalam masing-masing siswa.
Sistem pendidikan yang ada juga secara tidak langsung mendiskriminasi siswa-siswa yang tidak memiliki kemampuan akademis yang menonjol. Hal ini karena kemampuan dari siswa diukur dengan seberapa jauh mereka menguasai mata pelajaran yang ada. Akibatnya, siswa merasa tertekan karena mereka tidak memiliki kemampuan yang setara seperti teman-temannya. Di sisi lain, siswa juga dapat mengalami penurunan kepercayaan diri dan mentalitas karena kemampuan yang mereka miliki tidak sesuai dengan standarisasi kecerdasan yang diakui. Kecerdasan siswa dapat tercermin dalam berbagai hal seperti seni, olahraga, public speaking, dsb. Oleh karena itu, dari implementasi sistem pendidikan saat ini, siswa merupakan kelompok yang paling terdampak. Dengan demikian, hal tersebut menunjukkan urgensi partisipasi anak muda sebagai poros penggerak perubahan pendidikan.
Semakin banyak anak muda terlibat, maka isu perubahan pendidikan juga makin tersebar luas dan dapat membentuk kesadaran kolektif. Jadi, penting untuk melibatkan perspektif dan aspirasi anak-anak muda sebagai pertimbangan fundamental dalam agenda perubahan. Hal ini didukung fakta bahwa anak-anak muda mulai memandang kritis dan mempertanyakan lingkungan sekitarnya. Di sisi lain, anak muda memiliki inovasi, kreativitas, dan tidak segan untuk mendobrak sistem yang ada apabila hal tersebut dianggap tidak ideal. Mereka memiliki jiwa, tekad, dan ambisi yang besar bagi keberlangsungan hidupnya dan sekitarnya. Sementara itu, dengan kontribusi anak-anak muda dalam perubahan pendidikan juga dapat memotivasi anak-anak lain mengenai seberapa signifikannya peran mereka. Oleh karena itu, partisipasi anak muda dalam upaya advokasi perubahan juga turut mendorong peningkatan kepercayaan diri anak-anak lain untuk ikut berkontribusi.
Berkaitan dengan hal tersebut, penting untuk menyediakan suatu wadah atau sarana bagi anak-anak muda mengekspresikan dir, memberikan kebebasan untuk mengeksplorasi ruang potensi yang dimiliki, juga mengadvokasikan perubahan.
Dalam hal ini GSM menawarkan wadah untuk anak muda dalam menciptakan lingkungan yang berkualitas, inklusif, dan terbuka bagi siswa untuk menemukan potensi dirinya. Hal tersebut sangat penting karena dengan memberikan ruang bagi anak-anak muda untuk vokal, maka memungkinkan keluarnya gagasan atau ide-ide kreatif dan inovatif. Ruang tersebut juga memungkinkan mereka untuk lebih nyaman dalam mengutarakan aspirasi tanpa adanya hambatan atau ketakutan tertentu. Seperti yang kita tahu, gerakan-gerakan anak muda ini cukup masif, tetapi mereka cenderung independen dan bukan merupakan representasi dari institusi pendidikan. Jadi dengan adanya ruang ini maka anak-anak muda yang memiliki minat sama terhadap perubahan pendidikan dapat berkumpul dan membentuk pemahaman kolektif. Dari hal tersebut, mereka kemudian bersatu untuk menyampaikan aspirasinya. Dengan demikian, realisasi perubahan pendidikan ini akan lebih cepat dan menyeluruh.
Sementara itu, GSM juga memberikan ruang bagi anak-anak muda untuk berkontribusi dalam perubahan melalui program Gerakan Turun Sekolah (GTS). Program ini menawarkan wadah bagi mereka yang memiliki ketertarikan pada isu perubahan pendidikan untuk terkoneksi satu sama lain. Dengan demikian, anak muda di seluruh Indonesia, terutama yang memiliki ketertarikan dalam menyampaikan aspirasi atau berkontribusi langsung terhadap perubahan pendidikan, dapat berpartisipasi dalam kegiatan GTS.
GSM memanggil seluruh anak muda di Indonesia untuk ikut serta dalam program GTS. Dengan ini, anak muda dapat berkontribusi menjadi poros penggerak perubahan yang bermanfaat bagi seluruh anak-anak di Indonesia. Oleh karena itu, nantikan info lebih lanjut di web atau media sosial GSM ya!!
Penulis: Yosita Pria Agustina
Editor: Ratu Mutiara Kalbu
0 Comments