GSM

Bu Novi (Co-Founder GSM) pernah menyampaikan satu kalimat menyentuh, kalimat tersebut berbunyi ‘Sesuatu yang bergerak dari hati, maka akan menggerakan hati’. Hal ini rupanya menjadi pedoman bagi Pak Widodo sebagai narasumber dalam kegiatan workshop GSM untuk terus menerus mengabdi dan membagikan praktik baik, beliau adalah seorang Kepala Sekolah SDN Kerdonmiri II, Rongkop, Gunung Kidul, Yogyakarta.

Workshop GSM dihadiri oleh kepala sekolah dan guru-guru SD kelas tinggi 4, 5, & 6 se-Kemantren Jetis, Kota Yogyakarta pada Rabu, 19 Januari 2022.

Pak Widodo berhasil membuktikan statement bekerja dengan hati ialah ketika beliau mampu menempuh jarak sejauh 160 km setiap harinya, selama kurang lebih 25 tahun terhitung sejak tahun 1996 sampai dengan saat ini tanpa mengeluh, tanpa mengenal kata lelah dan menyerah, semata-mata hanya untuk satu niat mulia yaitu mendidik anak-anak yang membutuhkannya.

Pak Widodo merupakan satu dari segelintir guru yang pantas dan layak dijuluki sebagai pendidik bukan pengajar. Mengapa dapat dikatakan demikian? Sebab Pak Widodo berhasil merubah karakter anak didiknya menjadi manusia yang memiliki empati dan kepekaan sosial tinggi. Di tengah-tengah kebiasaan lama (berbagai perbuatan negatif dan menyimpang) yang dilakukan oleh anak daerah terpencil dan tertinggal.

Mungkin, banyak orang yang akan biasa membaca kisah ini. Namun, jika ditelusuri dan dimaknai lebih dalam kisah dan pengalaman Pak Widodo adalah salah satu kisah yang luar biasa. Beliau memiliki tekad dan komitmen serta dorongan hati yang kuat dengan bersedia menyelami dan masuk ke dalam dunia anak-anak didiknya untuk bagaimana merubah karakter anak-anak yang sudah pudar dan terkikis itu kembali menjadi tajam.

Adapun cara yang dilakukan dan selalu ditekankan Pak Widodo guna mewujudkan cita-cita serta impiannya adalah dengan mengimplementasikan pembelajaran sosial dan emosional (Social Emotional Learning). Artinya dalam proses belajar, guru harus memiliki tujuan yang mendidik untuk membangun karakter sosial pada anak, bagaimana anak di-didik untuk memiliki rasa empati dan peduli kepada orang lain, menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk orang tua dan masyarakat sekitar, menjadikan siswa untuk selalu berpikir positif dan percaya diri terhadap potensi yang dimiliki, dan yang terpenting ialah bagaimana guru memiliki keikhlasan untuk mendidik dengan hati. Sebab di mana hati diletakkan, maka di situ proses belajar dan perubahan maju dimulai.

Di akhir, Pak Widodo menyampaikan closing statement yang sangat berkesan, “Ketika anda tidak berubah, artinya anda tidak tumbuh dan ketika anda tidak tumbuh, artinya sekolah anda tidak ada tanda kehidupan. Dan ketika kita mampu membawa perubahan pada anak-anak, percayalah itu bukan sekadar memberikan perubahan. Namun, kita berhasil menyelematkan kehidupan anak-anak, menyelamatkan generasi penerus bangsa”. Ujar Pak Widodo.

Lantas, mengetahui dengan membaca sedikit kisah Pak Widodo ini adakah frasa yang dapat menggambarkan profesi guru selain panggilan hati?

Saksikan kisah Pak Widodo secara langsung pada Live Instagram di @gsm_indonesia yang bisa diakses melalui link berikut ini:

https://www.instagram.com/tv/CY5TlcAqqq5/?utm_medium=copy_link

Salam, Berubah, Berbagi, Berkolaborasi.

Penulis: Nazula Nur Azizah

Editor: Nida Khairunnisaa


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.