oleh Diah Dinar Utami (volunteer GSM)
Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia berdampak pada banyak sektor salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan menjadi sektor yang terdampak setelah sektor ekonomi. Transisi dari pembelajaran offline menjadi online merupakan tantangan baru yang harus dihadapi oleh sektor pendidikan di segala penjuru dunia, termasuk Indonesia. Beradaptasi dengan kondisi yang baru, sektor pendidikan pun melakukan banyak adaptasi terhadap kurikulum, sistem pembelajaran, maupun sistem penilaian. Salah satu adaptasi yang dilakukan oleh guru penggerak GSM adalah melakukan asimilasi kurikulum yang berlaku dengan kurikulum home based learning. Guru penggerak GSM bersama-sama melakukan adaptasi kurikulum dengan situasi pandemi ini yang memfokuskan pada ketahanan keluarga. Kurikulum ini disusun dengan menempatkan keluarga sebagai pendamping belajar dan guru tetap menjadi pengajar utama. Proses pembelajaran dan tugas-tugas yang diberikan juga disusun untuk tidak memberatkan orang tua dan disesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dicapai di tiap jenjangnya.
Menjadi mentor untuk pembuatan kurikulum merupakan hal yang benar-benar baru untuk saya. Saya dihadapkan langsung oleh situasi yang harus saya selesaikan dan saya pelajari di waktu yang bersamaan. Saya memilih untuk menjadi mentor pada penyusunan kurikulum Kelas 1 SD dan Kelas 2 SD. Menjadi salah satu mentor dalam pembentukan kurikulum ini mengingatkan saya terhadap salah satu quote dari Kolb (2015) dibuku terbarunya “Belajar merupakan proses di mana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman”. Selama saya mendampingi dan terjun langsung bersama para guru-guru kelas satu dan dua, saya menyadari bahwa pengalaman ini merupakan guru terbaik dan instruktur termahal yang bisa saya dapatkan untuk memahami bagaimana psikologi dapat memberi warna pada dunia pendidikan terkhususnya pada sistem pendidikan.
Saya secara aktif mendampingi guru-guru secara offline dan online untuk menyusun project dan memberi nama yang unik di setiap kegiatan harian yang akan dilakukan oleh siswa. Melalui kegiatan penyusunan kurikulum dan pemilihan mini project untuk tiap jenjangnya, saya melihat bagaimana besarnya semangat dan rasa ingin tahu yang ada pada diri masing-masing guru. Semangat yang ditunjukkan oleh guru-guru dan keingintahuannya mengenai psikologi dalam dunia pendidikan membuat saya merasa bangga dan terharu pada dedikasi guru untuk mengajar para siswanya. Pengalaman ini merupakan proses pembelajaran yang mengonstruksi pengetahuan yang saya miliki.
Selama saya mendampingi hinggi kini, guru-guru selalu bertukar pikiran dan mengembangkan ide-ide kreatifnya menjadi project-project yang sederhana namun bermakna untuk perkembangan siswa-siswanya. Salah satu mini project yang dilakukan oleh siswa kelas satu adalah melakukan finger painting. Mini project yang dilakukan oleh siswa kelas dua adalah bernyanyi dan menari bersama secara daring. Selain menyusun dan mengembangkan mini project yang dapat mencakup beberapa kompetensi dasar siswa, Kami juga menyusun pelatihan yang ditujukan untuk para orang tua siswa agar mereka mampu menggunakan platform untuk pembelajaran daring yang akan dilakukan oleh anak-anaknya.
Situasi pandemi mempertemukan saya dengan rasa bosan yang tak berujung. Namun dengan adanya kegiatan ini, Saya menemukan hal lain yang dapat saya lakukan dan menemukan makna lain dari situasi ini. Saya memilih untuk berdedikasi membantu para guru lainnya untuk menghidupkan kelas daring mereka. Pengalaman yang saya miliki ini terproses secara internal pada diri saya dan terefleksikan pada kegiatan yang saya lakukan dan project-project kecil yang saya susun untuk membantu guru-guru lainnya yang kesulitan untuk menghidupkan kelas daring mereka.
Referensi
Kolb, D. (2015). Experiential learning: Experience as the source of learning and development. Upper Saddle River, NJ: Pearson FT Press.
0 Comments