GSM

Menjadi seorang guru adalah profesi yang tidak mudah. Guru harus sadar tentang pentingnya memahami bagaimana manusia memiliki keunikan sendiri. Bu Chalen sebagai Guru di SMPN 1 Katingan Tengah telah berhasil membangun keterhubungan perasaan guru dan siswa setelah mengenal adanya Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). Di GSM, beliau terus belajar dan selalu memperbaiki diri. Bermula dari ajakan Dinas Pendidikan Katingan yang mengadakan workshop tentang pendidikan terpadu di GSM, kegiatan itu dapat memberikan kesadaran beliau bagaimana mendidik siswa sesuai dengan esensinya sebagai manusia.

GSM memberikan gambaran bahwa penting untuk memanusiakan manusia. Selain unik, manusia juga memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan setiap manusia dapat berimajinasi. Bu Chalen menjelaskan bahwa beliau merefleksikan diri akan pentingnya perubahan cara mengajar yang harus dilakukan di sekolah. Sadar setiap anak memiliki kemampuannya sendiri, sebagai guru saat ini harus berusaha untuk dapat menumbuhkan minat dan rasa penasaran dari setiap anak. Anak dapat melakukan cara pembelajarannya sendiri dari apa yang dilihat, didengar, dan dipraktikkan tanpa adanya paksaan. Guru bukan lagi sekadar menjelaskan dan meminta murid untuk menulis kembali apa yang dijelaskan, tetapi perlu adanya pengalaman yang berkesan melalui penerapan praktik yang mereka dengar dan tulis. 

“Kalau dari penjelasan doang terus mereka nulis, takutnya mereka akan bosan” ujar Bu Chalen. 

Dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, perlu untuk terus berproses agar dapat berdampak bagi siswa. Pada bulan Juni 2023, Bu Chalen hadir dan belajar dari agenda workshop tentang bagaimana menciptakan ruang kelas yang Bahagia. Agenda workshop yang diisi oleh Pak Rizal dan Bu Novi sebagai founder dan co-founder GSM memberikan semangat baru untuk mengubah mindset. Perlu adanya keberlanjutan yang dilakukan untuk dapat menerapkan ilmu melalui adanya komunitas. Pengembangan melalui komunitas sangat penting untuk saling berbagi antarguru. Komunitas memberikan ruang untuk dapat berkolaborasi dan berbagi ilmu untuk dapat ditiru. Melalui perubahan sekecil apa pun akan menjadi awal untuk perubahan yang semakin besar. 

“Saya tidak mau menjadi guru yang nyasar, maunya jadi guru yang sadar” jelas Bu Chalen.

Bu Chalen telah menemukan cara bagaimana untuk berubah dan memberikan kekuatan pada berbagi dan berkolaborasi melalui GSM.  “Setiap guru diharapkan mempunyai kontrol yang lebih, melibatkan siswa secara aktif dalam kelas, juga adanya kesetaraan sekaligus melihat keunikan setiap anak. Selain itu melihat visi dan impian anak itu sendiri” tegasnya.

Adanya 4 pendekatan GSM dalam mewujudkan sekolah yang menyenangkan yaitu menciptakan lingkungan sekolah yang etis (memanusiakan secara fisik dan kenyamanan), praktik pedagogik (perilaku mengajar), school connectivism (keterhubungan orangtua, siswa, masyarakat), dan membangun kesadaran mengenai tugas guru dalam mendidik manusia. Melalui 4 pendekatan GSM ini, telah memberikan perubahan dan dampak bagi Bu Chalen. Energi yang diberikan GSM sangat kuat dalam berproses dan berefleksi terus menerus.

Perbedaan kultur pendidikan di setiap daerah juga sangat dirasakan. Bu Chalen yang menjelaskan bagaimana perbedaan pendidikan antara Jawa dan Kalimantan. Kurikulum yang dijalankan di Kalimantan masih dibawah daerah Jawa. Bagaimana pembelajaran yang diterapkan masih tertinggal jika dibandingkan dengan daerah Jawa. Guru merasakan perbedaan yang cukup terlihat dari keinginan siswa dalam belajar dan berkompetisi. Salah satu pemicu terjadinya perbedaan ini juga dilihat dari banyaknya persaingan sekolah di daerah Jawa. Dari siswa di Jawa banyak didukung oleh orang tua untuk menjalankan pendidikan yang baik. Di Kalimantan, sekolah swasta masih sedikit, kalaupun ada sekolah negeri sudah sangat bersyukur. Selain itu, di Kalimantan tidak terlalu memperhatikan bagaimana cara belajar, bahkan kepedulian orang tua juga masih kurang. “Udah tenanglah pasti dapet sekolah, dan yang penting itu sekolah,” jelas Bu Chalen terkait bagaimana pendidikan di Kalimantan.

Perlu untuk meminimalisasi beban anak di sekolah dengan pembelajaran yang diberikan. Penerapan sekolah menyenangkan dengan ice breaking dan berdialog perlu dilakukan. Saat ini, anak merasa lebih dilibatkan dalam proses pembelajaran. Kepedulian orang tua juga mulai terbentuk setelah adanya penerapan ilmu dari GSM. Pembelajaran dua arah antara guru dan siswa saat ini sudah dilakukan dan penilaian guru kepada siswa dilihat dari proses cara belajar dan interaksi yang dibangun. Pengerjaan tugas sudah dilakukan dengan berbagai cara mulai dari video hingga games. “Kalau dulu ngajar, yaa ngajar aja. Ngajar tapi tidak mendapat makna. Kalau sekarang, udah nggak gitu lagi”, jelas Bu Chalen.

Perlu adanya sharing dan kolaborasi untuk memberikan semangat setiap harinya. Menjaga komunitas adalah hal yang tidak mudah, setiap harinya perlu dibangun refleksi agar dapat terus termotivasi untuk bangkit dalam berbuat kebaikan. “Saling bergenggaman tangan dan terus memberikan inspirasi yang positif agar meninggalkan rekam jejak kehidupan yang baik”, harapan Bu Chalen sebagai seorang guru dalam mencapai transformasi pendidikan.

Penulis: Syehan Maulana

Categories: Inspirasi GSM

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.