GSM

Ibu Khoiry Nuria Widyaningrum atau kerap disapa sebagai bu Nuri, merupakan salah satu guru GSM yang juga memiliki pengaruh besar dalam peranannya sebagai guru penyimpang. Beliau mengenal GSM sejak tahun 2017 dan kemudian mulai menerapkan nilai – nilai GSM di sekolahnya. Sebelum mengenal GSM, beliau memang sudah menyukai inovasi atau menghadirkan hal – hal  baru dalam mengajar.  Akan tetapi, melalui GSM, bu Nuri seolah – olah diberikan ruang kreativitas untuk berinovasi dan lebih tergerak untuk peduli terhadap keadaan pendidikan di Indonesia. 

Kilas balik bu Nuri sebagai seorang guru dimulai pada tahun 2007 di salah satu sekolah dasar swasta di Yogyakarta. Kemudian, beliau berpindah tugas ke sekolah swasta lainnya dan  menjabat sebagai kepala sekolah pada tahun 2015. Menariknya, sejak SMA beliau memang sudah sering dipanggil dengan sebutan ‘bu guru’. Faktanya, beliau memang sudah dilatar belakangi oleh keluarga yang juga berprofesi sebagai guru. Beliau menyebutnya sebagai keluarga guru tiga generasi. 

Tidak sampai disitu, bu Nuri juga merupakan seorang guru yang didatangi oleh mas menteri Nadiem Makarim secara langsung di rumahnya. Bahkan, mas menteri sempat menginap untuk istirahat di rumah bu Nuri. Melalui pertemuan tersebut, bu Nuri banyak mengungkapkan keluh kesahnya terhadap beberapa hal yang menjadi kendalanya dalam mengabdi sebagai seorang guru. Salah satunya adalah perihal beban administrasi yang memberatkan dan beberapa kesalahpahaman narasi mengenai kebijakan yang diterapkan kebawah oleh Kemendikbud-Ristek ini. 

Bu Nuri menceritakan salah satu kendalanya kepada mas menteri dengan mengibaratkan apabila beliau ingin berinovasi melalui project atau asesmen. Beliau mengatakan “Misalkan mau membuat inovasi project atau asesmen. Loh, kan tapi soal – soal asesmen itu harus ada yang dikoordinasikan atas nama kebersamaan. Untuk mencetak soal – soal bersama. Padahal, sebenarnya itu hak nya para guru masing – masing.” Seperti itu menurutnya.  Bu Nuri mengatakan bahwa sulit untuk mengubah kultur kebijakan yang sudah ada saat ini. 

Melalui bu Nuri, mas menteri mengatakan “Ya sebenarnya guru itu merdeka mau membuat penilaian apapun. Apapun yang mau dilakukan guru silahkan. Asalkan itu untuk kepentingan siswa dan berdampak baik pada siswa”. Seperti itu kiranya. Bu Nuri mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh mas menteri sejalan dengan nilai-nilai dari Gerakan Sekolah Menyenangkan. Beliau mengatakan “Saya setuju dan sejalan, makanya apalagi memang pondasi awalnya filosofi merdeka belajar ini dari filosofi pendidikan ki Hadjar Dewantara. Nah ini sejalan dengan apa yang kita yakini di komunitas kami pak”. Seperti itu menurutnya. Bu Nuri juga menganggap pertemuannya dengan Mendikbud-Ristek ini merupakan buah keikhlasan dan ketulusannya dalam mengajar para peserta didiknya.  

Pola pengajaran yang dilakukan bu Nuri cukup berbeda dengan guru pada umumnya. Melalui Gerakan Sekolah Menyenangkan, bu Nuri banyak mengikuti workshop yang mengubah mindset nya sejak bergabung dalam GSM di tahun 2017. Kemudian, beliau mulai mengimplementasikan ilmu yang beliau peroleh melalui workshop tersebut kepada siswa – siswinya. Beliau melakukan pengajaran dengan metode Home Based Learning yang berbasis project kepada peserta didiknya. Melalui hal tersebut beliau merasakan dampak positif yang baik bagi para peserta didik. 

Dalam percakapannya bu Nuri mengatakan “Yang dirubah mindsetnya. Dampaknya sebenarnya ketika kita melakukan pembelajaran yang berbasis project adalah kemudian membangun penalaran. Kalau dari karakter yang diutamakan adalah perubahan perilaku anak. Itu sudah banyak dulu data – data saya ketika di Mataran (salah satu tempat bu Nuri mengajar). Bahkan, saya sekarang di Jetisharjo pun anak – anak merasa diberi ruang, tidak dibebani apalagi ketika saya menerapkan Home Based Learning project dalam dua minggu dengan satu project”. Seperti itu menurutnya. 

Beliau mengatakan bahwa dalam dua minggu beliau hanya melakukan kegiatan belajar – mengajar dengan satu project tersebut. Akan tetapi, dalam satu project sudah merangkul beberapa kompetensi dasar atau mata pelajaran. Selain itu, bu Nuri juga melihat bahwa keterampilan siswa – siswinya meningkat. Bahkan, beliau juga mendapat tanggapan positif dari wali murid. Bu Nuri mengatakan “Dari sisi skill itu juga meningkat. Orang tua juga ada yang ngomong ke saya bahwa senang dengan pembelajaran yang kayak gini, karena benar – benar bermanfaat buat kehidupan mereka. Karena ketika hanya diberikan soal – soal terus, orang tuanya belum tentu bisa ngajari.” Seperti itu menurutnya. Hal ini menandakan bahwa ada keterlibatan orang tua secara langsung dalam proses belajar anak – anaknya. 

Semangat bu Nuri sebagai guru penyimpang tidak menghambat beliau untuk terus melawan arus demi pendidikan yang lebih baik. Bukti nyata bu Nuri dalam berbagi dan berinovasi beliau salurkan melalui komunitas dan organisasi yang beliau ikuti melalui kegiatan seperti menjadi pembicara sekaligus mentor dalam berbagai workshop. Bu Nuri dengan gigih akan terus mengajak banyak guru untuk berdiskusi hingga saling bertukar ide dan gagasan sebagai jalan bersama membenahi pendidikan di Indonesia. 

Jika bu Nuri masih dan akan tetap terus bergerak, sudahkah kita bergerak hari ini?

Penulis: Luthfiasari Sekar

Editor: Hayinah Ipmawati


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.