Pak Yadi merupakan sosok guru inspiratif dari SDN Rejodani. Bermula tahun 2004, ia mengabdikan diri sebagai guru. Dimulai dari guru tari, guru SBK, guru bahasa Jawa hingga menjadi guru kelas. Sebelum menjadi guru, terselip kisah masa kecilnya yang menarik.
Kata “guru inspiratif” yang terpancar dari sosok Pak Yadi ialah bagaimana ia berproses untuk menjadi guru yang terbaik bagi siswa-siswanya. Bagaimana ia memahami setiap kondisi siswa dan setiap apa pun yang disampaikan oleh Pak Yadi dapat bermakna bagi siswa. Harapannya siswa dapat senang dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, seperti kisah Pak Yadi semasa sekolah.
Perjalanan Pak Yadi untuk menjadi guru yang terbaik tidak dimulai di masa sekarang, akan tetapi sudah sejak dahulu saat ia berusaha memantaskan diri menjadi murid yang baik dengan segala problematika yang dihadapinya di masa kecil.
Tentang Pak Yadi kecil, ia menjuarai lomba kesenian, bisa menyanyi, senang membaca puisi, menari, dan bisa memasak menjadi karakter yang melekat pada sosok diri Pak Yadi waktu itu. Sosok yang dianggap tabu dengan karakter yang tak biasa dimiliki. Murid yang unik dan berbeda dari kebanyakkan siswa. Kalau diibaratkan kesenian sebagai iconnya Pak Yadi.
Disisi lain, perlakuan yang memanusiakan siswa juga dialami oleh Pak Yadi kecil. Saat karakter khasnya di pandang sebelah mata oleh teman-teman, namun, entitas sang guru di sekolah bersikap sebaliknya. Dukungan moral mengalir deras dari sang guru kepada Pak Yadi kecil. Tak hanya itu, sang guru gencar memberikan motivasi. Hingga transfer motivasi yang diberikan sang guru berdampak positif baginya. Suatu ketika sang guru menanyakan cita-cita murid di kelas tersebut. Pak Yadi pun menjawab dengan antusias untuk menjadi seorang guru seperti sang guru. Sang guru pun mengamini dengan penuh khidmat. Merasa di dukung penuh oleh sang guru, Pak Yadi pun bertekad menggapai cita-citanya.
Setelah menjadi guru, Pak Yadi bergabung dengan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). Ia merasa memiliki kesamaan frame untuk menjadi guru yang memanusiakan. Ia sangat tahu dengan bergabung di GSM, hal itu yang dibutuhkan Indonesia.
Ia sangat yakin dan komitmen untuk mendedikasi diri ber-GSM dengan 5 keunggulannya yakni GSM tahu apa yang dibutuhkan anak, GSM memiliki kurikulum yang dikembangkan sesuai kebutuhan anak, memanusiakan anak, memberi ruang kebebasan berekspresi pada anak, dan memperhatikan kejiwaan anak.
Selama turut serta dalam program GSM, Pak Yadi bertumbuh dan berkembang bersama guru-guru yang lain. Beragam kegiatan yang telah dilalui Pak Yadi bersama GSM. Kini perspektif Pak Yadi mengenai pendidikan yang memanusiakan sebagai penguatnya untuk membangun Indonesia melalui pendidikan.
“Pendidikan yang memanusiakan adalah pendidikan yang tidak mengukur anak hanya dengan anak pintar dan anak bodoh , semua anak memiliki potensi, jika jelek di mata pelajaran tertentu itu wajar karena kita tidak bisa memaksa anak menjadi ahli matematika dan fisika misalnya, tapi pasti dia pandai di bidang tertentu contohnya pandai bersosial, berempati dengan orang lain”.
Guru berperan sebagai teman yang bisa memotivasi dan menyemangati siswa, guru itu seperti kompas yang menunjukan arah jika anak tersesat, seperti peta yg mengarahkan jalur yang ia tuju, seperti perahu yang menemani dia mengembara ke luas samudra wawasan, seperti jarum yang teliti dalam melakukan kaitan sesuatu, seperti mata kail sebagai alat untuk membantu mereka mencapai sasarannya, seperti payung yang melindungi dia dari cuaca buruk.
Pak Yadi – Guru SDN Rejodani
Untuk itulah Pak Yadi berpesan bahwa yang membuat kita hebat bukan nilai tapi bagaimana kita berarti bagi orang lain, seperti kisahnya di masa kecil dan kisah di masa mendatang yang akan diukir oleh Pak Yadi.
Penulis: Putri Wulansari
0 Comments