GSM

Wacana untuk memasukkan e-sport ke dalam kurikulum pembelajaran dasar bisa saja berdampak buruk, alih-alih menciptakan atlet yang mumpuni. Pasalnya, secara fisik dan psikologis anak-anak masih butuh lebih banyak bergerak daripada menatap layar selama berjam-jam.

Usulan Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, untuk memasukkan e-sport ke dalam kurikulum sekolah tampaknya bisa terealisasi dengan segera. Imam menilai bahwa e-sport bukanlah sekadar permainan, melainkan juga salah satu media untuk melatih fisik. Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa permainan virtual ini juga bisa melatih mental dan konsentrasi karena para pemain dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi. Upaya ini mendapatkan ekosistem yang mendukung setelah Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bersama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Kantor Staf Presiden (KSP), dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menggelar Piala Presiden E-Sport 2019.

Pada titik ini, pemerintah telah mendorong pemajuan industri game di tataran profesional. Namun, apabila memasukkan e-sport ke dalam kurikulum pendidikan tampaknya perlu ditinjau ulang dan dikaji secara mendalam. Permainan virtual ini dinilai akan membawa dampak serba instan yang akan memengaruhi pola pemikiran dan perilaku anak-anak. Selain itu, belum semua sekolah di Indonesia memiliki sarana teknologi yang mendukung sehingga akan memperlebar kesenjangan. Secara implisit, wacana ini hanya diperuntukkan bagi sekolah-sekolah di kota besar—kecuali jika pemerintah mau membiayai pengadaan alat yang memadai di seluruh sekolah Indonesia tanpa korupsi!

Muhammad Nur Rizal, pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), menilai bahwa jangan sampai masuknya e-sport ke dalam kurikulum hanya sebatas pelarian dari kurikulum sekolah yang padat dan membosankan. Ia menambahkan bahwa ­e-sport berpotensi membuat anak belajar dalam suasana serba instan. Padahal mereka perlu hidup dalam suasana yang diperlambat dengan tatap muka langsung. Suasana hidup lambat ini berguna untuk mengajarkan anak atas berharganya sebuah proses. Sementara itu, efek serba cepat akan membuat anak akan cepat bosan dan tidak memiliki waktu untuk menilai sesuatu yang berharga.

Alangkah baiknya ketika kemajuan teknologi bisa dimanfaatkan untuk memperbanyak aktivitas fisik daripada sekadar berselancar ria di depan layar komputer dan smartphone. Proses pembelajaran di luar kelas dengan gerak fisik yang banyak akan membuat perkembangan fisik dan otak anak menjadi prima. Selain itu, interaksi langsung tatap muka juga dapat membangun rasa empati dan persaudaraan. Hal-hal di atas tampaknya mendapatkan sorotan minimal ketika membiasakan anak menggunakan teknologi serba pintar dalam e-sport. Masuknya permainan virtual ini lebih baik jika diakomodir lewat kegiatan ekstrakurikuler. Pihak sekolah bisa memfasilitasi permainan gadget daripada sembarangan tanpa tujuan yang jelas. Selain itu, sekolah bisa mengarahkan murid untuk mengambil refleksi dan strategi.

Lebih lanjut, dikutip dari Republikae-sport akan lebih baik jika diterapkan di pendidikan tinggi vokasi. Rizal mengatakan bahwa di perguruan tinggi, kesiapan infrastuktur hingga kapasitas kemampuan mahasiswa dan tenaga pendidik telah terlatih dengan baik. Tidak hanya emosional belaka, namun olah teknik dari para civitas akademik ini bisa dimanfaatkan dalam pengembangan industri online game.

Manusia jelas harus adaptif dengan bergeraknya zaman. Seiring dengan teknologi dan dunia digital yang semakin terkelindan dengan kehidupan manusia, kurikulum harus segera mencari contoh teknologi model apa yang cocok dengan perkembangan anak-anak. Ambil contoh di Jepang, sekolah-sekolah pendidikan dasar mulai mengembangkan metode bermain yang dekat dengan angka biner dan teknologi. Anak-anak diajarkan untuk penjumlahan, dari hitungan itu akan memberikan efek pada robot untuk bergerak sesuai dengan hasilnya. Selain tak membutuhkan layar yang bisa memengaruhi mata, pembelajaran ini juga tak butuh rumus-rumus yang memuakkan.

(Yesa Utomo)


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.