Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) memiliki empat area perubahan dalam bergerak menuju perubahan pendidikan yang lebih baik, mewujudkan sekolah menjadi tempat yang menyenangkan sekaligus dirindukan oleh anak, serta menciptakan dan menyiapkan generasi penerus bangsa menjadi manusia seutuhnya sehingga anak mampu leluasa mengembangkan potensi, penalaran, dan talenta terbaik yang dimilikinya.
Lantas, apa saja empat area perubahan yang dimaksud?
- Lingkungan Belajar Positif
Untuk memulai suatu perubahan yang pertama kali akan bisa dilihat dan dirasakan adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang positif. Artinya apa? Artinya, jadikan sekolah dan ruang kelas sebagai tempat yang menyenangkan. Menyenangkan untuk dilihat dan menyenangkan untuk disinggahi. Buat lingkungan sekolah menjadi menarik, asri, sehat, dan berwarna, karena sejatinya sekolah adalah tempat bermain untuk anak. Maka dari itu, rubah tampilan wajah sekolah menjadi area bermain, di mana ada banyak gambar-gambar di dinding yang menghidupkan lingkungan sekolah, mangganti cat yang usang, gelap, dan kaku menjadi lebih terkesan cerah dan ceria, membuat ruang kelas menjadi tempat terbaik untuk belajar dan berkreasi karena banyak karya-karya yang di pajang pada dinding kelas serta terdapat zona-zona pada setiap sudut kelas yang menjadikan ruang kelas lebih hidup. Zona-zona dalam ruang kelas yang dimaksud adalah zona kehadiran, zona kesepakatan, zona harapan, zona karya, zona emosi, dan zona-zona lainnya yang bisa membangun hubungan interaktif.
2. Perkembangan Diri dan Interpersonal (Social Emotional Learning)
Pembelajaran yang berlangsung dengan diawali dan dilibatkan oleh social emotional learning (SEL) tentu akan berdampak berbeda dengan pembelajaran yang tidak ada SEL didalamnya. Di mana perbedannya? Perbedaanya ada pada rasa. Anak didik harus diberi hati, diberi ruang untuk berkespresi dan berekplorasi, mengembangkan diri sesuai dengan minat, bakat, potensi, serta talenta yang dimiliki supaya pembelajaran menjadi lebih bergairah sehingga anak menjadi tahu tujuan dari belajarnya dan sadar menjadi pembelajar. Anak yang mengetahui emosi dan perasaannya akan memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengontrol emosi sehingga berbagai emosi tersebut dapat tersalurkan dengan berbagai kegiatan baik dan positif. Begitupun guru, guru yang membelajarkan dan mendidik dengan hati melalui pendekatan-pendekatan dan membangun engagement kepada anak didiknya secara tulus akan bisa diterima dan dimaknai oleh anak didiknya.
3. Pembelajaran Berbasis Penalaran
Di era masa depan yang dibutuhkan adalah generasi muda yang memiliki penalaran tinggi, mereka yang tahu caranya menyelesaikan sebuah masalah dengan solutif, mereka yang kreatif dan mampu menghasilkan ide-ide inovatif untuk membuat terobosan baru sebagai jalan keluar. Semua kemampuan tersebut tentunya perlu dilatih dan diajarkan kepada anak didik kita agar anak kita memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi perubahan itu. Karenanya dalam pembelajaran dengan konsep GSM yang ditekankan adalah problem solving yang diimplementasikan dalam project based learning atau pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menempatkan anak didik sebagai pusat pembelajaran untuk melakukan penyelidikan yang mendalam terhadap suatu topik. Dengan pembelajaran proyek, anak didik secara konstruktif melakukan pendalaman tarhadap permasalahan di sekitar yang sungguh terjadi. Model pembelajaran proyek ini tidak hanya membangun nalar anak didik, namun juga membangun kemandirian belajar dan kepekaan rasa terhadap berbagai permasalahan yang ada di sekitar anak didik.
4. Keterhubungan Sekolah
Keterhubungan sekolah ini kaitannya dengan kerja sama antara pihak sekolah, anak didik, orangtua, dan masyarkat. Keberhasilan pendidikan tidak hanya datang dari sekolah, melainkan peran dari seluruh pelaku pendidikan yang didalamnya turut melibatkan orangtua dan masyarakat. Karenanya penting sekali dukungan pendidikan yang suportif dari orangtua dan masyarakat untuk perkembangan dan pertumbuhan anak. Orangtua dan masyarakat tidak boleh lepas tangan, mendidik anak adalah tugas kita bersama. Dengan mengetahui dan sadar bahwa semua dari kita memiliki tanggung jawab dalam keberhasilan pendidikan anak, maka sudah semestinya kita menjalin kolaborasi dengan semua pihak, dengan sekolah, dengan guru, dengan anak, dengan masyarakat untuk sama-sama saling memberikan upaya yang terbaik yang bisa kita lakukan. Sekecil dan sebesar apapun kontribusi yang kita lakukan untuk pendidikan, percayalah akan ada dampak besar yang bisa kita rasakan.
Dari uraian di atas terkait empat area perubahan GSM, pada dasarnya terkemas dalam beberapa kata kunci yakni kepemimpinan, inovasi, keterlibatan aktif, dan kolaborasi. Dengan berpedoman pada itu semua, sangat bisa untuk kita bergerak dan berubah. Jangan menunggu perubahan itu datang menghampiri, sebab itu adalah mustahil. Namun, mari bersama kita jemput perubahan itu dengan bergerak karena sesuatu yang bergerak dari hati, maka akan menggerakkan hati.
Salam, Berubah, Berbagi, Berkolaborasi!
Penulis: Nazula Nur Azizah
Editor: Nida Khairunnisaa
0 Comments