GSM

Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) selalu mendorong guru untuk melakukan strategi pembelajaran yang kontekstual. Pendidikan yang kontekstual atau yang dikenal sebagai Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah strategi pembelajaran yang memastikan bahwa pendidikan bisa menjadi penerang dalam kehidupan, bukan hanya sekedar rumus dan hapalan yang tidak bermakna.

Salah satu kritik keras dari sistem pendidikan Indonesia adalah beban mata pelajaran yang padat. Selain itu, juga lingkungan sekolah yang kompetitif mengharuskan siswa untuk menguasai dan berprestasi dalam semua nilai mata pelajaran tersebut. Dengan beban seperti itu, bisa jadi siswa malah tidak menguasai satu pun mata pelajaran.

Berbeda dengan negara maju seperti Amerika dan Australia, siswa dibebaskan untuk memilih mata pelajaran yang mereka minati. Sistem pendidikan yang seperti ini adalah bentuk implementasi dari pendidikan yang menghargai perbedaan dan keunikan potensi setiap anak.

Mata pelajaran yang padat tersebut harus disikapi dengan bijaksana oleh para pendidik. Jangan sampai setiap pelajaran yang diterima hanya menjadi rumus dan hapalan yang numpang lewat di kepala kemudian hilang begitu saja. Setiap pelajaran harus bisa dipelajari dengan lebih kontekstual.

Pendidikan kontekstual adalah proses pendidikan yang membantu sisiwa melihat materi pelajaran dengan lebih mendalam dengan mengkoneksikan materi pelajaran dengan konteks dari kehidupan sehari-hari seperti keadaan personal, sosial dan budaya dari siswa tersebut. Pendidikan yang kontekstual ini akan lebih efektif untuk membiasakan siswa dalam melihat permasalahan di lingkungannya dan mencari solusi untuk permasalahan tersebut.

“Siswa akan mampu membaca masalah, mampu memahami referensi metodologi ilmiah dan mampu untuk menggunakan referensi yang dia dapat itu untuk menyelesaikan masalah” Ujar Nur Rizal dalam diskusi mengenai pendidikan yang kontekstual dan relevan di SMA 1 Sleman Selasa lalu (09/07).

Untuk menerapkan pendidikan yang kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL), ada beberapa prosedur yang diungkapkan oleh Crawford (2001):

  1. Relating

Poin ini merupakan poin yang paling penting dalam CTL. Guru yang mengajar dengan cara mengkorelasikan antara materi baru dengan hal-hal yang sudah diketahui oleh siswa atau pengalaman nyata yang sering dialami sehari-hari oleh siswa akan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran dengan lebih dalam.

  1. Experiencing

Petuah lama bahwa pengalaman adalah guru terbaik adalah benar adanya. Untuk bisa memahami sesuatu, siswa harus diajak untuk mengalaminya langsung. Inilah pentingnya guru yang tidak kaku dan terpaku pada ruang kelas sebagai tempat belajar. Sudah seharusnya seluruh lingkungan sekolah adalah tempat yang aman dan nyaman untuk belajar dan berksplorasi sehingga siswa bisa mengalami apa yang mereka pelajari.

  1. Applying

Poin ini menekankan pada proses penerapan dan pengimplementasian pengetahuan yang sudah dipelajari sehingga pengetahuan tersebut bisa dimanfaatkan. Dengan kepandaian siswa dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuannya, pendidikan yang terwujud bukan hanya sekedar tiba pada tahap memahami saja tapi juga mampu berguna untuk menyelesaikan permasalahan.

  1. Cooperating

Menurut Crawford (2001), poin ini mengacu pada bagaimana pembelajaran bisa dilakukan dengan cara berbagi pengetahuan dan berkomunikasi antar teman dalam sebuah kelompok. Guru bisa membagi siswa dalam kelompok untuk mengerjakan proyek yang di dalamnya sudah mencakup beberapa mata pelajaran. Dalam kelompok-kelompok kecil tersebut biasanya seseorang akan lebih berani untuk bertanya tanpa ada perasaan takut atau terancam. Selain itu pasti proses diskusi antar teman sebaya akan berlangsung dengan lebih menarik.

  1. Transferring

Berhubungan dengan poin sebelumnya yaitu cooperating, siswa yang memahami apa yang mereka pelajari akan mampu untuk menjelaskan materi tersebut kepada temannya. Sehingga pemahaman terhadap ilmu pengetahuan yang didapatkan di kelas tidak hanya didapatkan satu arah dari guru saja melainkan berasal dari banyak sumber termasuk dari transfer ilmu pengetahuan antar sebaya. Sebenarnya jika dilihat secara psikologis, ini akan lebih efektif dibandingkan dengan penjelasan yang dilakukan oleh guru kepada siswa. Hal ini karena bahasa yang digunakan antar siswa berada dalam satu frekuensi yang sama.

Sulit untuk bisa mengubah sistem pendidikan Indonesia yang membebani terlalu banyak pelajaran pada siswa. Namun guru bisa menggunakan strategi contextual teaching and learning untuk mensiasati agar setiap mata pelajar menjadi lebih berguna dan bermakna.

[Putri Nabhan]

Referensi :

Crawford, L. M. (2001). Teaching contextually: Research, rationale, and techniques for improving student motivation and achievement. Texas: CCI Publishing, Inc.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.