Yogyakarta – Pendidikan merupakan konsep yang familier di telinga kita, ternyata memiliki ruang kosong di dalamnya. Ruang kosong itu meminta untuk diisi dengan pengalaman, cinta kasih, dan dialog untuk membangun peradaban di Indonesia.
Dalam rangka menyebarluaskan jiwa pendidikan berkemanusiaan di Indonesia, Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Wonosobo untuk memberikan pelatihan pendidikan berbasis perubahan mindset kepada guru dan kepala sekolah se-kabupaten Wonosobo.
Kegiatan ini diselenggarakan selama empat hari, mulai hari Senin, 18 Desember 2023 hingga hari Kamis, 21 Desember 2023 di Yogyakarta. Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 200 guru dan kepala sekolah se-kabupaten Wonosobo. Kegiatan ini diisi dengan sesi materi yang disampaikan oleh Muhammad Nur Rizal selaku Founder GSM sekaligus dosen Fakultas Teknik UGM.
Dalam paparannya Rizal menjelaskan permainan finite games dan infinite games yang dapat dikaitkan dengan pendidikan di Indonesia. Finite games berarti akhir permainannya terbatas, dan tujuannya juga jelas. Sedangkan infinite games tidak memiliki aturan dan permainan yang jelas, karena permainannya berjangka panjang.
“Sejatinya dunia pendidikan adalah infinite games. Pendidikan telah berlangsung selama berabad-abad, dan di dalamnya selalu ada guru dan siswa yang silih berganti. Namun nyatanya sampai saat ini mindset yang kita miliki adalah finite games. Sehingga kita terobsesi untuk menjadi nomor satu mengikuti berbagai lomba dan kompetisi, fokus mengejar karier pekerjaan, terpaku pada urusan administrasi dan sertifikasi,” ucap Rizal.
“Medan pendidikan yang infinite diperlakukan dengan finite berakibat pemain bermain untuk menang tetapi tidak ada aturan kemenangan dalam permainan. Itulah yang terjadi pada guru di Indonesia saat ini,” tambah Rizal.
Pendidikan adalah perjalanan membangun peradaban yang membutuhkan waktu dan perjalanan panjang. Mengejar kompetisi dalam pendidikan justru akan melahirkan rasa frustrasi dan kehilangan sumber daya untuk bertahan. Karena tidak ada kemenangan dan kekalahan dalam dunia pendidikan.
Rizal juga memberikan langkah konkret kepada audiens untuk menjadi infinite player dalam konteks pendidikan.
“Pertama perlu untuk membangun tujuan mulia yang visi dan spiritnya lebih besar dari diri sendiri, agar bisa menggerakan orang lain dalam membantu tujuan mulia tersebut. Kedua, temukan inspirasimu agar dapat mendorong menjadi lebih baik dan bukan berkompetisi. Ketiga, percaya kepada tim, karena tim yang saling percaya akan menciptakan ekosistem agar anggotanya berkembang secara natural dan menjadi versi terbaik bagi mereka,” ucap Rizal.
Workshop GSM dilakukan pertama kali bersama para guru dan kepala sekolah dari kabupaten Wonosobo. Acara ini lahir dari kesadaran Kepala Dinas Pendidikan Wonosobo yang bersemangat dan mengajak seluruh guru serta kepala sekolah untuk terbentuknya komunitas GSM di Wonosobo.
“Saya suka dengan apa yang disampaikan Pak Rizal. Ada banyak rekan-rekan guru yang bersemangat untuk ikut GSM. Kami sebagai dinas siap dan akan mendorong terbentuknya GSM di Wonosobo,” ucap Tono Prihatono sebagai Kepala Dinas Pendidikan Wonosobo.
Salah satu guru yang mengikuti pelatihan ini juga berharap agar ada perubahan baik bagi pendidikan di Kabupaten Wonosobo.
“Saya datang ke sini dengan membawa harapan baru. Saya ingin memberikan yang terbaik bagi anak didik dan guru-guru saya. Dengan harapan itulah saya mengikuti kegiatan ini. Dan ternyata acara ini menyenangkan dan seru,” ucapnya.
Semoga melalui pelatihan ini, muncul generasi guru yang tidak hanya menjadi guru di kelas, melainkan juga guru dalam kehidupan. Guru yang mampu menggali potensi peserta didik dan mempersiapkan peradaban yang lebih baik. Guru yang berkomitmen menjadikan pendidikan sebagai sarana memanusiakan manusia.
Penulis: Zulfa Mutamimul Ula Assakha
Editor: Ratu Mutiara Kalbu
0 Comments