Guru Harus Memiliki Growth Mindset!

Mindset seseorang sangat berpengaruh dalam berbuat sesuatu (bertindak). Ada dua tipe pola pikir yang telah diketahui pada umumnya yaitu fixed mindset dan growth mindset. Keduannya tentu memiliki ciri-ciri yang berbeda. Seseorang yang memiliki fixed mindset cenderung kaku, tertutup, dan takut akan perubahan (tidak berani keluar dari zona nyaman), namun seseorang yang memiliki growth mindset ditandai dengan mereka yang terbuka, suka akan tantangan, fleksibel, dan selalu mau belajar hal baru untuk berkembang meningkatkan kapasitas dirinya.

Karenanya, untuk dapat menjadi guru yang menyenangkan mereka harus memiliki, melatih, dan meningkatkan growth mindset. Mengapa demikian? Sebab hal ini sangat dibutuhkan agar guru dapat menginspirasi anak didiknya dan memperoleh manfaat dari apa yang dikembangkannya. Guru dengan growth mindset akan lebih siap menghadapi tantangan dan perubahan pada masa depan. Guru dengan growth mindset  ditandai dengan mereka yang terus menerus memperbaiki dan mengembangkan dirinya. Guru dengan growth mindset mengetahui apa yang menjadi kekurangannya dan memakasimalkan kelebihan yang dimilikinya.  

Pada praktik-praktik di lapangan masih ditemui berbagai kasus yang menunjukkan tidak sedikit guru yang bertahan dalam fixed mindset sehingga dalam proses pembelajarannya masih berorientasi pada mengisi materi— yang melihat anak didik sebagai gelas kosong, karena guru tersebut belum mengetahui the first principle thinking dari pendidikan. Namun, ketika guru mampu membuat anak didiknya menjadi kasmaran dalam belajar, itu menandakan bahwa gurunya sudah growth mindset. Guru tidak lagi terjebak dalam pola-pola pembelajaran lama, yang kaku, dan terkesan kelam karena tidak memberikan ruang dan kesempatan untuk anak mengembangkan serta mengeksplorasi dirinya. Justru gurunya, berperan sebagai penuntun, pendamping, pendorong, dan pemberi fasilitas untuk anak didiknya memperoleh pengalaman belajar secara menyenangkan dan bermakna.

Pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna itu seperti apa?

Yang dimaksud dari pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna di Gerakan Sekolah Menyenangkan adalah proses pembelajaran memanusiakan dan memerdekaan, yang menuntun tiga kodrat manusia (rasa ingin tahu, kreativitas, dan keragaman). Artinya, dalam kegiatan belajar mengajar gurunya memberi ruang dan kesempatan untuk anak mampu mengkonstruksi pengetahuannya, menemukan sendiri hal-hal yang disukainya, untuk selanjutnya diasah dan dikembangkan sehingga anak merasakan langsung kebermaknaan dari pada belajar. Jadi, tidak ada lagi kisah anak yang ditugaskan untuk menyalin materi dari buku berlembar-lembar, tidak ada lagi cerita anak yang dibebankan dengan harus mengisi seluruh soal yang ada pada buku pelajaran, melainkan mengimplementasikan proses pembelajaran yang di mana anak dilatih untuk meningkatkan daya berpikirnya (problem solving), untuk berkreasi dan berinovasi menciptakan suatu produk yang berdaya guna dan tepat guna, untuk menyalurkan potensi yang terpendam—yang selama ini tidak diberikan wadah serta dukungan.

Sebab sejatinya pendidikan ialah memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna agar anak terus termotivasi (kasmaran) di dalam proses belajarnya, sehingga anak tidak pernah mau berhenti belajar. Pendidikan yang diberi kepada anak didik ibarat investasi, apabila masa depan ingin cerah maka berilah asupan yang berkualitas, bekali anak didik kita dengan sebaik-baiknya pendidikan, bangun dan ciptakan anak didik yang merdeka, merdeka dalam pikirannya, merdeka untuk berkreativitas dan berinovasi tanpa batas. Namun, sebaliknya apabila gurunya masih terjebak dalam fixed mindset, enggan bergerak untuk berubah, maka jangan salahkan jika anak didik menjadi pasif dan tidak berkembang, sebab daya dan potensinya dimatikan—tidak diberikan kesempatan.

Jika jam saja berlalu, hari berganti dan tahun pun bertambah, maka mengapa kita sebagai guru enggan berubah? Bukankah masa depan ada di tangan kita? 

Salam, Berubah, Berbagi, Berkolaborasi!

Penulis: Nazula Nur Azizah

Editor: Nida Khairunnisaa