Sebagai seorang pendidik, refleksi saya berefleksi untuk menyoroti esensi sejati menjadi seorang guru. Perannya ialah sebagai pemimpin pembelajaran yang menuntun, bukan sekadar sebagai penuntut. Perjalanan panjang dalam ruang kelas telah mengajari saya bahwa guru seharusnya menjadi seseorang yang menginspirasi, mendorong, dan membimbing siswa, bukan sekadar mengharapkan hasil tertentu dari mereka.
Menuntun bukanlah tentang memberikan instruksi saja, tetapi juga tentang membuka ruang bagi eksplorasi dan pertumbuhan pribadi. Peran seorang guru yang sesungguhnya adalah membangun fondasi pengajaran yang inklusif, serta menciptakan lingkungan di mana mereka merasa nyaman untuk belajar dan berkembang.
Dalam prosesnya, kebijaksanaan seorang guru terletak pada kemampuannya memahami kebutuhan unik setiap murid, memberikan arahan, serta memberdayakan potensi mereka. Seorang anak yang penuh dengan emosi positif dalam proses belajar, merasakan kesenangan yang mendalam saat memahami konsep-konsep baru, keterlibatan aktifnya dalam setiap kegiatan belajar menciptakan pengalaman yang memikat, merupakan tugas sebuah petualangan intelektual yang mengasyikkan. Hubungan sosial yang positif dengan sesama siswa dan guru menjadi pilar kekuatan, dan memperkaya pengalaman belajarnya melalui interaksi yang menyenangkan.
Dalam perjalanan belajarnya, siswa tersebut menyadari makna yang mendalam dari setiap pelajaran. Kesadaran ini memberikan arah dan tujuan yg jelas, membuat proses pembelajaran bukan hanya sekadar rutinitas, melainkan sebuah perjalanan bermakna. Di samping itu, setiap pencapaian yang diraih, sekecil apa pun, dapat menjadi sumber kebanggaan dan motivasi. Pencapaian tersebut menjadi tonggak penting yg menandai perkembangan dan kemajuan dalam perjalanan panjang belajarnya. Itulah orientasi kelas menyenangkan.
Di dunia ini, kemampuan yang dimiliki seseorang bagaikan harta yg tak ternilai. Namun, seperti berlian yang terpendam dalam kegelapan, jika kemampuan tersebut tidak digunakan atau dibagikan, ia hanyalah potensi yang terabaikan. Sebaliknya, saat kemampuan itu diterapkan dan disebarkan, ia menjadi pancaran cahaya yang menerangi tak hanya dirinya sendiri, tetapi juga orang lain.
Sebuah kisah inspiratif tentang bagaimana keberlimpahan kemampuan dapat memberi arti pada kehidupan, seperti sinar yang tak pernah redup hingga akhir perjalanan hidupnya. Sinarnya akan selalu ada dalam tulisan maupun kehidupan manusia. Seperti pensil yangg selalu diraut ditajamkan untuk digunakan dan berulang sampai pada masa kerjanya sudah habis. Seperti kata Pak Rizal (Founder GSM), “Jadilah arang kehidupan bagi anak didik kita.” Tidak hanya memberi kehangatan, tetapi juga penerang ruangan.
Penulis: Ali Shodikin (Leader Komunitas GSM Jateng)
0 Comments