GSM

Suatu pagi di awal bulan Ramadan di kelas saya, saat pelajaran berlangsung, suasana kelas tidak begitu tenang. Beberapa siswa fokus mengerjakan challenge, tapi ada yang asyik ngobrol dan berisik, bikin ganggu siswa lainnya.

Nah, saya langsung panggil mereka buat tenang. Dengan suara agak keras (sekitar satu oktaf dari biasanya), saya ingetin mereka soal aturan kelas. “Hei, anak-anak, kenapa ribut? Ingat, saat belajar, suasana harus tenang loh!”

Tapi, ternyata Mas Alvino, salah satu siswa saya, langsung datang ke depan sambil pegang tangan saya, terus bilang, “Bu, jangan marah ya.. Lagi puasa.. kalo marah, nanti puasanya batal lho.”

Waduh, saya kaget banget dan langsung sadar dengan yang Mas Vino bilang. Saya langsung merendahkan badan sejajar dengan dia, lalu saya bilang, “Terima kasih udah ingetin, Mas Vino. Bener, Bu guru gak marah, cuma pengen ingetin biar kita gak ribut. Maaf ya.”

Pasti para guru juga pernah ngalamin ini, kan? Dikritik dari berbagai macam sudut pandang.

Guru juga manusia biasa yang bisa salah dan punya kekurangan. Kritik yang disampaikan dengan baik dan niat baik bisa membantu guru untuk jadi lebih baik lagi dalam mengajar dan menjalin hubungannya dengan siswa. Hal yang terpenting, bagamana kita bisa menanggapi atau merespons kritiknya.

Jangan takut dengan kritik, karena itu bisa menjadi pelajaran berharga untuk kita. Dengan menerima kritik, kita bisa belajar, berkembang, dan menjadi lebih baik atas apa yang kita lakukan. 

Jangan sampai jika ada siswa kritik, kita suruh hengkang keluar kelas, ya!

Penulis: Yayah Kodariyah (Komunitas GSM Kota Cirebon)


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.