Untuk bisa menjawab tantangan menghadapi revolusi industri 4.0 dibutuhkan sumber daya manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan adalah aspek yang paling penting dalam mempersiapkan itu semua. Namun, apakah sistem pendidikan yang ada saat ini sudah cukup dalam menjawab tantangan yang ada?
Revolusi industri 4.0 adalah suatu keadaan yang ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi, dan batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya yang semakin konvergen melalui teknologi informasi dan komunikasi. Jika revolusi industri ini tidak dibarengi dengan trasformasi pendidikan maka kompetensi sumber daya manusia akan tergantikan oleh mesin dan komputer.
Memahami betul kebutuhan dan tantangan zaman yang sedang berlangsung, Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) mengajak sekolah-sekolah untuk bersama melakukan transformasi pendidikan menuju konsep sekolah masa depan, yaitu sekolah dengan ekosistem menyenangkan yang memberi ruang bagi tumbuhnya keunikan potensi siswa. Konsep yang diusung oleh GSM sendiri bisa dilihat dalam tiga aspek yang berusaha dilahirkan untuk menjadi dasar keterampilan manusia di revolusi industry 4.0 yaitu; pola pikir yang terbuka, kompetensi abad 21; berpikir kritis, kreatif, komunikatif, kolaboratif dan yang terakhir karakter, moral dan etos kerja.
Dilansir dalam kolom Edukasi Kompas (25/04) disebutkan bahwa Muhammad Nur Rizal sebagai penggagas GSM telah melibatkan 1.000 tenaga pendidik dari 200 sekolah khususnya di wilayah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Program ini juga didukung oleh Sinar Mas Land yang melakukan pengembangan program pendidikan di BSD City dan sekitarnya melalui Rumah Pintar-nya.
Tidak hanya di wilayah Tangerang, GSM sudah diadopsi dan melibatkan banyak sekolah dan melakukan workshop bagi guru-guru di banyak wilayah lain di Indonesia. Hal itu semata-mata untuk mendukung transformasi pendidikan di Indonesia yang masih kaku dan konvensional. Seperti yang dikatakan oleh Nur Rizal bahwa dampak dari transformasi pendidikan bagi bangsa dan negara tidak akan terasa dalam satu atau dua tahun ke depan namun bisa jadi satu dekade. Oleh karena itu pendidikan harus dipandang sebagai investasi jangka panjang yang tidak bisa menghasilkan dampak yang instan tanpa konsistensi dan kolaborasi dari semua pihak.
“Kita tidak pernah tahu apa yang akan dihadapi oleh anak-anak didik kita di masa depan, oleh karena itu pendidikan seharusnya adaptif terhadap zaman untuk mempersiapkan mereka menghadapi tantangan masa depan yang berbeda dari tantangan hari ini,” ujar Nur Rizal.
Tentu melakukan perubahan sistem pendidikan bukan sesuatu yang mudah, guru-guru sebagai pendidik akan menghadapi banyak kesulitan dan tantangan. Namun cerita-cerita menarik dari guru-guru yang sudah berhasil menerapkan program GSM seharusnya menjadi bukti bahwa perubahan tersebut sangat mungkin untuk dilakukan asalkan ada kemauan yang kuat. Salah satu guru yang sudah merasakan perubahan positif dalam diri siswa dari penerapan program-program GSM adalah Bu Febri dari SMPN 20 Tangerang, beliau mengatakan bahwa penerapan GSM ini membuat sekolah-sekolah yang memiliki limited budget tidak kalah saing dengan sekolah besar favorit karena kualitas siswanya bisa bersaing dan tidak kalah dengan sekolah tersebut.
Masih banyak cerita unik dan menarik dari guru-guru yang melakukan transformasi pendidikan dengan menerapkan program GSM di sekolahnya. Meskipun dengan beragam tantangan dan masalahnya masing-masing namun semuanya memiliki kesamaan, yaitu ingin mempersiapkan anak didiknya agar mampu menghadapi tantangan zaman.
[Putri Nabhan]
0 Comments