GSM

Selalu ada kisah dibalik alasan guru-guru yang bergerak bersama Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), salah satunya Cak Ali. Cak Ali merucakan seorang kepala sekolah sekaligus guru di SMKN 3 Banjarmasin dan SMKN 1 Banjarmasin. Kedua sekolah ini merucakan sekolah terbesar di Kalimantan Selatan. Perjalanan Cak Ali menjadi seorang guru tentunya tidak dimulai dari kedua sekolah ini, bahkan perjalanan Cak Ali sudah dimulai sejak beliau menempuh pendidikan sekolah dasar hingga lulus SMA.

Sejak kecil Cak Ali sudah kehilangan sosok kedua orang tuanya, saat gunung semeru meletus. Cak Ali hidup berpindah-pindah dan diadopsi oleh beberapa orangtua. Namun, kehidupannya saat diadopsi tidak seberuntung itu. Saat di sekolah dasar, Cak Ali seringkali datang terlambat karena harus berjualan di pagi hari dan membuat guru-gurunya sering memarahi dan menghukumnya. Saat itu, Cak Ali juga selalu mendapatkan nilai rendah hingga rapornya berwarna merah semua. Cak Ali mengakui, ketika itu ia sangat tidak menyukai belajar.

Cerita berlanjut ketika Cak Ali memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Beliau bercerita kalau ia mencari SMP Negeri yang mau menerimanya tanpa membayar uang sekolah, namun beliau mau membantu membersihkan sekolah setiap harinya. Setelah berkeliling beberapa sekolah, tidak ada yang mau menerima Cak Ali. Hingga Cak Ali menemukan satu sekolah swasta yang mau menerimanya, bahkan memberikan Cak Ali tempat tinggal di gudang sekolah. 

Perjalanan Cak Ali dimulai dari sekolah ini. Cak Ali dipertemukan oleh sosok guru yang sampai sekarang, namanya masih selalu diingat yaitu Pak Agus Siswantoro. Pak Agus menjadi penjaminnya yang meminta kepala sekolah serta guru-guru untuk menerima Cak Ali sebagai muridnya. Pak Agus selalu menemani dan mendampingi Cak Ali. Pemikiran Cak Ali yang tadinya tidak menyukai belajar, menjadi sangat suka hingga Cak Ali mampu berprestasi selama di SMP ini. 

Hal yang disadari Cak Ali adalah Pak Agus tidak hanya hadir di ruang kelas, namun juga hadir di ruang kebatinan siswanya. Bagi Cak Ali, hadir di ruang kebatinan siswa merucakan hal yang jarang sekali ia temui di guru-guru. Padahal ketika guru mampu untuk hadir di ruang kebatinan siswa, dapat meningkatkan prestasi hingga menumbuhkan keinginan untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat pada diri siswa. 

Bersama GSM, Cak Ali menemukan Pak Agus lainnya dari banyak sekolah di seluruh Indonesia. Cak Ali terharu bisa menemukan gerakan yang menuntun kodrat manusia yang bermanfaat dan menjadi manusia yang seutuhnya. Perjalanan spiritual menjadi guru yang dimiliki oleh Cak Ali sejak ia sekolah menjadi semakin lengkap ketika bertemu dengan GSM.

Bagi Cak Ali, GSM memang mengingatkan perjalanannya dari semasa beliau bersekolah hingga menjadi guru. GSM sebenarnya menjadi inti dari sesuatu yang selalu ingin ditanamkan oleh Cak Ali kepada siswa-siswanya, yaitu membangun suasana batin yang menyenangkan. Menurut Cak Ali, ketika guru sudah menyentuh batin, siswa yang tadinya tidak menyukai belajar akan menjadi sangat mencintai belajar. Hal ini sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh Cak Ali semasa sekolah.

Cak Ali juga sudah menerapkan ini sejak sebelum beliau menjadi guru dan kepala sekolah di SMKN 3 dan SMKN 1 Banjarmasin ini. Saat itu, beliau menjadi kepala sekolah di sekolah yang masih dipandang sebelah mata, dengan siswa yang sangat sedikit. Beliau menerapkan lingkungan sekolah yang ramah dan penuh dengan guru-guru yang hadir di ruang kebatinan siswanya. Hingga akhirnya sekolah tersebut mulai dilirik dengan prestasi-prestasi siswanya dan sebelum Cak Ali pindah dari sekolah tersebut, siswa yang mendaftar terus meningkat. 

Cak Ali memang tidak hanya menerapkan ini sendirian, beliau selalu mengajak guru-guru untuk empati kepada para siswanya. Tidak hanya mengajak, namun Cak Ali juga menerapkannya secara nyata kepada guru-guru, sehingga guru-guru memiliki contoh dan role model dalam menerapkan hadir di ruang kebatinan siswa. 

Menjadi Kepala Sekolah di SMKN 3 Banjarmasin sendiri, menjadi sebuah tantangan bagi Cak Ali. Jumlah siswa yang banyak ditambah guru-guru dengan jumlah yang besar menjadi sebuah proses yang harus dilalui oleh Cak Ali. Saat ini, yang menjadi prioritas bagi Cak Ali adalah menyentuh hati guru-guru terlebih dahulu. Cak Ali selalu hadir di berbagai kesempatan yang ada, berbicara dari hati ke hati, menanyakan hambatan yang dialami oleh guru. Cak Ali menyadari bahwa dengan hadirnya beliau, dapat menumbuhkan empati dari para guru.

Cak Ali bersama guru-guru SMKN 3 Banjarmasin juga berhasil membuat sebuah penyimpangan yang tadinya dianggap tidak mungkin oleh lingkungan sekitarnya, yaitu membangun SMK berbasis religius, dimana SMKN 3 Banjarmasin memiliki program Tahfidz. Bagi Cak Ali, ini adalah salah satu contoh nyata dari kekuatan hadir di ruang kebatinan melalui komunikasi empati dan berbicara dari hati ke hati yang selalu ditanamkannya baik kepada para guru maupun pada siswa. 

Bersama GSM, Cak Ali menjadi semakin yakin jika apa yang dilakukannya saat ini merucakan hal yang benar meskipun menyimpang dari kebanyakan guru. Namun, GSM menguatkan Cak Ali untuk selalu hadir di ruang kebatinan setiap elemen di sekolah

Penulis: Hayinah Ipmawati


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.