Indonesia memiliki banyak masalah di bidang pendidikan, salah satunya adalah masalah ketimpangan pendidikan. Masalah tersebut disebabkan oleh banyak hal, mulai dari kondisi geografis Indonesia yang luas hingga kebijakan pendidikan yang tidak sesuai. Apabila masalah tersebut terus berlanjut, maka akan banyak anak-anak Indonesia yang tidak mendapat fasilitas pendidikan secara layak.
Berangkat dari masalah tersebut, Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), sebagai salah satu komunitas pendidikan di Indonesia berupaya menyebarluaskan praktik pendidikan yang layak ke seluruh penjuru Indonesia. Wilayah yang dicanangkan oleh GSM untuk meratakan pendidikan di Indonesia adalah dengan mendirikan chapter Gerakan Sekolah Menyenangkan Wilayah Timur (Jatim-Bali-Ambon-Papua-NTT). Pada Rabu, 21 Oktober 2020 lalu, upaya ini diawali dengan diskusi antar guru yaitu “Bincang Pendidikan: Mengenal Lebih Dekat Praktek Nyata GSM.”
Acara yang dipandu oleh Ibu Tutut Chandra, selaku anggota komunitas Sharenting (komunitas parenting di GSM) yang juga Team Leader GSM Wilayah Timur, diawali dengan pengenalan mengenai apa itu GSM melalui paparan video. Diskusi berlangsung aktif ketika narasumber yang hadir yaitu Ibu Oka, selaku guru dan Staff Community Development di GSM; Ibu Harti, selaku kepala sekolah; dan Pak Doni, selaku Community Social Responbility Officer di PT. Sinar Mas, memberikan pemaparan berupa keuntungan dari bergabung di GSM serta praktik transformasi pendidikan oleh GSM sehingga mampu mengubah lingkungan sekolah menjadi menyenangkan. Menurut pemaparan, perubahan nyata yang tampak adalah berkurangnya angka bullying di sekolah. Perubahan ini dapat terjadi dikarenakan adanya program kakak asuh.
Pemaparan selanjutnya dipaparkan oleh Pak Doni selaku CSR Officer PT. Sinar Mas, pihak yang berkerja sama dengan GSM untuk melakukan pelatihan dan pendampingan kepada sekolah-sekolah utamanya yang berada di luar Pulau Jawa. Pak Doni menyatakan bahwa ada banyak sekali tantangan yang harus dihadapi pelaku pendidikan guna meratakan pendidikan di Indonesia, utamanya di Papua. Tantangan tersebut seperti keadaan geografis, sumber daya manusia, ekonomi serta politik. Banyak sekali anak-anak di Papua yang memiliki semangat sekolah tinggi, tetapi terkendala dengan berbagai tantangan. Salah satu tantangannya adalah kurang tersedianya guru dan bangunan sekolah di Papua. Anak-anak Papua juga sering mengalami kesulitan belajar. Selama ini pendidikan di Indonesia hanya terfokus pada buku, padahal anak-anak di Papua adalah anak-anak dengan kemampuan kinestesik yang luar biasa, mereka akan merasa bosan jika hanya belajar berdasarkan buku. Selama ini ada banyak sekali alam Papua yang sebenarnya dapat menjadi laboraturim belajar, tetapi belum banyak digunakan.
Melalui diskusi daring ini, GSM berharap semakin banyak pelaku pendidikan yang dapat menjadi agen perubahan untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik. Pendidikan yang merata tentunya bukan hanya semata-mata meratakan kebijakan yang ada untuk seluruh daerah di Indonesia, akan tetapi juga menyesuaikan dengan kondisi daerah yang ada. Semua anak di seluruh penjuru Indonesia harus dapat merasakan pendidikan yang menyenangkan, materi belajar yang tidak selalu berdasarkan buku, dan pendidikan yang mempertimbangkan emosi anak.
0 Comments