GSM

“Melalui refleksi, saya mulai bisa jujur dengan diri sendiri. Saya juga lebih banyak meluangkan waktu untuk berbicara dengan diri sendiri. Bertanya apa yang sebenarnya sedang diri ini rasakan dan inginkan.”

 ***

Lulus di masa pandemi menjadi pengalaman tersendiri bagi saya. Ada dua hal yang saya rasakan. Pertama perasaan senang karena akhirnya tanggung jawab menjadi mahasiswa usai sudah. Namun di sisi lain, muncul perasaan gundah akan masa depan. Apalagi katanya pandemi membuat para lulusan baru sulit mencari kerja.

Di tengah kegundahan mencari kerja tanpa adanya kesibukan lain, saya mendapat informasi tentang open recruitment volunteer Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) dari salah satu anggota keluarga saya.

“Hmmm boleh juga, buat nambah-nambah pengalaman dan biar enggak jenuh cari kerja,” begitu batin saya ketika nge-stalk akun Instagram GSM. Setelah mencari tahu apa itu GSM, akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar menjadi volunteer GSM.

Sekadar informasi, GSM merupakan sebuah gerakan akar rumput yang kini telah berkembang menjadi komunitas besar yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Tujuan GSM menurut saya sangat mulia, yakni mengubah paradigma pendidikan Indonesia yang kaku menjadi lebih humanis.

Hari berganti hari, tiba-tiba saya diundang dalam sebuah grup WhatsApp bernama “Volunteer GSM 2020/2021”. Tentu saja saya senang saat diundang ke grup tersebut. Itu berarti tujuan saya untuk menjadi volunteer GSM sebentar lagi terlaksana.

Setelah perkenalan dan menghadiri pertemuan pertama dengan sesama volunteer, staf, serta guru penggerak, akhirnya saya resmi menjadi volunteer GSM. Kebetulan saya menjadi volunteer untuk divisi media.

Kegiatan demi kegiatan GSM pun mulai saya ikuti. Dari berbagai kegiatan tersebut, saya belajar banyak hal. Mulai dari kondisi pendidikan Indonesia saat ini, semangat bapak ibu guru demi pendidikan Indonesia, hingga bagaimana berkomunikasi yang baik. Semua itu saya serap dengan perlahan, menyenangkan, dan tanpa tekanan.

Saya merasa iklim organisasi di GSM memang benar-benar menyenangkan. Menyenangkan bukan dalam arti “ha ha hi hi”, tetapi menyenangkan karena kita benar-benar diperlakukan selayaknya manusia. Hal yang paling saya suka adalah GSM selalu mengapresiasi setiap hal baik yang dilakukan para anggotanya.

Hal lain yang saya pelajari dari GSM adalah ilmu refleksi. Awalnya saya sempat bingung tentang apa itu refleksi. Apakah pantulan kaca? Atau apa? Namun setelah beberapa kali mendengarkan penuturan dari Bu Novi (co-founder GSM) akhirnya saya mulai mengerti.

Sejauh yang saya pahami, melakukan refleksi artinya memikirkan kembali apa yang sudah kita lakukan, lihat, rasakan, atau bahkan pikirkan. Salah satu manfaatnya adalah membantu kita menyimpulkan apa yang perlu kita lakukan selanjutnya. Mungkin kata lain yang dapat menggambarkan refleksi adalah evaluasi, renungan, atau introspeksi diri. Namun menurut saya, refleksi diri di GSM bermakna lebih dalam lagi.

Contohnya saat saya mendengar cerita bapak ibu guru yang mengajak siswa-siswinya melakukan refleksi. Selesai pemaparan materi, pemberian tugas, atau menonton film bersama, misalnya, siswa-siswi akan diberi pertanyaan tentang apa yang mereka rasakan; kira-kira apa tujuan dari pemberian materi tersebut; apa korelasinya dengan kondisi saat ini; dan apa hal yang perlu dilakukan terkait isu yang dibahas.

Begitulah kira-kira gambaran refleksi diri di GSM. Terdengar sederhana, namun saya rasa belakangan ini orang-orang mulai jarang berpikir reflektif seperti itu. Bisa jadi karena tuntutan dunia yang semakin cepat sehingga banyak orang memilih berpikir instan. Banyak orang hanya memandang ke depan tanpa melihat hal yang mereka lalui atau rasakan sebelumnya. Termasuk saya.

Namun setelah mengenal ilmu refleksi dari GSM, saya mulai menyadari pentingnya berpikir reflektif. Melalui refleksi diri, saya bisa merunut apa saja yang saya rasakan, kegiatan apa yang sudah saya lakukan, apa yang sebenarnya saya inginkan, hingga saya bisa menyimpulkan langkah apa yang sebaiknya saya ambil ke depan.

Melalui refleksi, saya pun mulai bisa jujur dengan diri sendiri. Saya juga lebih banyak meluangkan waktu untuk berbicara dengan diri sendiri. Bertanya apa yang sebenarnya sedang diri ini rasakan dan inginkan. Sedikit demi sedikit, saya mulai menerapkannya dalam keseharian.

Tentu saja saya tidak serta merta mudah melakukan refleksi dan langsung mendapatkan hasil yang memuaskan. Sampai sekarang pun saya masih membiasakan diri. Saya berharap bisa lebih mengenal diri sendiri dengan melakukan refleksi, serta bisa legowo dalam mengambil keputusan dan mengevaluasi banyak hal.

Dengan saya menulis ini, saya juga berharap semoga siapa pun yang membaca tulisan ini bisa mengenal apa itu refleksi. Lebih-lebih hingga menerapkannya.

Penulis: Nafisa R, volunter GSM

Editor: Teguh Arya P


1 Comment

Bandi · November 22, 2022 at 2:23 pm

Saya ingin mencoba gsm teacher pjok

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.