GSM

“Adik-adik nanti kalau udah besar ingin jadi apa?”

“Jadi youtuber bu guru!”

“Jadi vlogger pak!” 

Percakapan di atas merupakan salah satu contoh berkembangnya jenis profesi yang diminati anak. Polisi, dokter, pilot dan segenap profesi lainnya mungkin merupakan profesi yang sangat populer dan diminati oleh anak-anak terdahulu. Namun seiring dengan perkembangan zaman, muncul beberapa profesi baru yang lebih variatif dan kontekstual dengan kondisi saat ini. Menurut hasil survey dari Perusahaan Mainan Lego, profesi baru seperti youtuber, blogger hingga vlogger menempati peringkat teratas profesi yang diminati oleh anak. Beragamnya jenis profesi yang saat ini diminati oleh anak menjadi tantangan bagi sekolah, khususnya guru sehingga anak dapat mengenal dan mengeksplorasi minat dan bakatnya secara optimal melalui kegiatan belajar mengajar di kelas. Sensitivitas guru untuk menyesuaikan materi pembelajaran dengan minat dan kebutuhan anak dinilai sebagai salah satu kunci perubahan pendidikan menjadi lebih ideal.

Tantangan tersebut ditindaklanjuti oleh salah satu guru penggerak GSM yaitu Bu Sabila, yang memiliki keyakinan bahwa mengenali minat dan bakat anak adalah salah satu indikator pendidikan yang ideal. Melalui langkah ini, guru dapat memfasilitasi anak untuk mengenali keinginan dan passion mereka melalui serangkaian proyek yang telah dilaksanakan. Salah satu proyek pengenalan minat dan bakat anak yang diinisiasi oleh Bu Sabila adalah proyek literasi. Proyek ini dilaksanakan melalui tema pembelajaran cita-cita. Melalui tema ini, anak diajak untuk mengenali hal maupun kegiatan yang mereka gemari dengan membaca buku yang sesuai dengan minat dan cita-cita mereka selama 30 hari. Setelah itu, anak diajak untuk membuat rangkuman dan menceritakan hasil eksplorasi mereka sehingga anak dapat merefleksikan ide dan keinginan mereka. Dengan merefleksikan dan mengaitkan keinginan tersebut, anak dapat mengembangkan kepercayaan diri untuk mewujudkan cita-cita yang mereka inginkan.

Melalui eksplorasi minat dan bakat, anak juga dapat mengembangkan perspektif yang lebih menyenangkan mengenai proses belajar di kelas. Proses belajar tidak hanya dinilai sebagai upaya untuk mendapatkan nilai, namun juga sebagai proses yang dapat membantu mereka dalam mewujudkan cita-cita yang diinginkan, sehingga anak terlibat aktif mengaitkan materi yang diperoleh di kelas dengan apa yang ingin mereka lakukan. Selain itu, anak yang belajar mengeksplorasi keinginan sejak dini juga cenderung memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi, karena anak merasa tidak membutuhkan usaha yang besar untuk memulai proses belajar dan menilai belajar sebagai kegiatan yang menyenangkan (Harackiewicz, Smith, & Priniski, 2016).

Proyek yang disusun oleh Bu Sabila terinspirasi dari GSM yang mengedepankan penggalian potensi dan minat anak sebagai salah satu keberhasilan sekolah dalam proses belajar mengajar. Adanya forum Kelas Berbagi Home Based Learning (HBL) dalam GSM yang memfasilitasi setiap guru untuk saling berbagi dan mengembangkan metode belajar kontekstual membuat Bu Sabila termotivasi untuk terus menyesuaikan aktivitas belajar dengan kebutuhan anak. Selain itu, melalui GSM Bu Sabila  belajar melihat secara lebih luas bagaimana setiap anak tumbuh dari keluarga dan latar belakang yang berbeda-beda, sehingga penting bagi guru untuk bersikap empati dan sensitif dengan kondisi anak. Pemahaman ini juga mendorong Bu Sabila untuk terus bersemangat agar anak dapat berkembang secara optimal dan memiliki empati yang tinggi terhadap lingkungan sekitarnya.                

 DAFTAR PUSTAKA:

Harackiewicz, J. M., Smith, J. L., & Priniski, S. J. (2016). Interest Matters: The Importance of Promoting Interest in Education. Policy Insights Behav Brain Science3(2), 220–227.

Penulis: Amadeandra Kusuma

Penyunting: Adinda Putri Pertiwi

Categories: Inspirasi GSM

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *