GSM

Setiap kali kita bertemu orang lain dan melihat sekeliling kita, pernahkah kita berpikir apakah ada pengetahuan baru tersimpan di pikiran kita? Hal ini menjadi menarik untuk kita renungkan tentang bagaimana sekeliling kita bisa memberikan ilmu. Jika kita memiliki pikiran dan hati terbuka, kita dapat menyimpan dan merasakan ilmu yang begitu banyak  di hadapan kita. Namun, sedikit orang saja memahami ini.

Mari kita renungkan perkataan Ki Hajar Dewantara,

“Semua tempat adalah sekolah, semua orang adalah guru”

Beliau memahami pengetahuan bisa didapat dari mana saja dan dari siapa saja, pemahaman ini yang membuatnya menjadi orang hebat. Sering sekali kita membatasi bahwa pengetahuan hanya didapat dari sekolah formal dan guru formal tanpa melihat sekeliling kita yang ternyata juga bisa memberikan pengetahuan. Bayangkan, jika kita membatasi bahwa pengetahuan hanya didapat dari sekolah, mengapa orang-orang Yunani-Romawi yang dahulu tidak ada sekolah, tetapi mampu memiliki pengetahuan yang hingga sekarang pengetahuan mereka masih dipakai? Tentu saja ini karena  pengetahuan tidak memiliki batasan dan tidak bisa dibatasi.

Masyarakat Yunani Kuno dahulu tidak memiliki sekolah untuk tempat belajar dan juga guru secara formal untuk mendidik. Jadi, bagaimana bisa mereka memiliki pengetahuan? Mereka memiliki pengetahuan dengan melihat sekeliling dan sesamanya. Kebiasaan mereka selalu berdiskusi dan berkomunikasi dengan siapa saja dan di mana saja, seperti mereka berdiskusi di pasar saat sedang berbelanja dan berjualan. Bisa kita bayangkan, bukan? Bahwa mereka mendapat pengetahuan dari siapa saja dan di mana saja. Kita yang sekarang sangat banyak tidak memiliki kebiasaan yang dimiliki oleh masyarakat Yunani Kuno. Padahal, kebiasaan tersebut adalah cara yang benar untuk kita mendapatkan pengetahuan. 

Jika kita hubungkan kebiasaan Masyarakat Yunani kuno dengan perkataan Ki Hajar Dewantara maka tepatlah pengetahuan tidak dimiliki orang tertentu, tetapi siapa saja bisa memilikinya karena berada di mana saja dan siapa saja. Kita hanya terpatok bahwa belajar hanya di sekolah sampai lupa dengan sekeliling dan orang-orang yang dapat kita gali pengetahuannya, seperti pemimpin agama yang memiliki pengetahuan tentang kepercayaan agama, tukang sapu dan petugas kebersihan yang memiliki pengetahuan tentang menyapu dan mengelola sampah, pedagang yang memiliki pengetahuan tentang berdagang, dan sebagainya. Kepada siapa pun yang kita ajak untuk berbicara pasti saja sedikit atau besar pasti kita mendapat pengetahuan baru.

Perihal semua tempat adalah sekolah dan semua orang adalah guru, saya teringat dengan pengalaman ketika di pinggir jalan bertemu orang yang sakit jiwa, tetapi masih sedikit sadar untuk diajak berbincang. Saya berbincang cukup lama tentang status saya sebagai pelajar dan ada kalimat yang diucapkan beliau yang sangat dalam, “Perut yang kenyang tidak ingin belajar”. Saya kira itu perkataan pepatah dahulu, tetapi dapat disebutkan oleh beliau sehingga mengetahui adanya perkataan pepatah seperti itu. Dari situ, saya berkesimpulan juga bahwa siapa pun orangnya, kita dapat mendapatkan pengetahuan baik besar maupun kecil sehingga menambah cakrawala berpikir kita.

Oleh karena itu, perkataan Ki Hajar Dewantara, “Semua tempat adalah sekolah, semua orang adalah guru” dan Masyarakat Yunani Kuno dahulu yang tidak memiliki sekolah untuk tempat belajar serta juga guru secara formal untuk mendidik membuktikan bahwa pengetahuan dapat kita ambil di mana saja dan dari siapa saja. Kehidupan adalah jendela ilmu. Ketika hidup maka apa pun yang ada di sekeliling kita adalah pengetahuan yang dapat kita petik.

Penulis: Glenn Bintang Hartawan Sinaga 


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.