Komunitas Salatiga bergabung menjadi bagian dari Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) ketika masa pandemi, yakni tahun 2020. Bu Dyah Sulistyorini, pegiat komunitas dan Kepala Sekolah SMK N 3 Salatiga, mendapatkan informasi seputar GSM ketika diajak oleh Pak Ali dari komunitas GSM untuk mengikuti kegiatan di daerah Kaliurang. Bu Dyah juga bertemu langsung dengan founder dan co-founder GSM, yaitu Pak Rizal serta Bu Novi.
Ketertarikan Bu Dyah untuk bergabung ke GSM dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa beliau merupakan guru yang terkenal galak di sekolah. Hal tersebut menimbulkan ketakutan tersendiri bagi para muridnya. Ketika bertemu dengan Pak Rizal dan Bu Novi, Bu Dyah menyampaikan segala keresahan dan bertekad untuk memperbaikinya. Selain itu, Bu Dyah juga ingin menciptakan lingkungan sekolah yang menyenangkan bagi para murid agar mereka merasa enjoy ketika mengikuti pembelajaran di kelas. Mulai dari situlah, Bu Dyah selalu bersemangat untuk mengikuti berbagai agenda yang diadakan GSM. Dalam hal ini, Pak Rizal dan Bu Novi merupakan aktor inspiratif bagi Bu Dyah.
Setelah mengenal komunitas GSM, Bu Dyah menyampaikan bahwa secara pribadi, beliau menjadi lebih easy going dan tidak kaku dalam menghadapi sesuatu. Banyak pembelajaran positif yang diperoleh dari GSM. Kegiatan pembelajaran juga diimplementasikan tidak hanya di kelas, tetapi juga di luar kelas seperti di taman. Oleh karenanya, anak-anak akan merasakan bahwa pembelajaran menjadi jauh lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Selain itu, guru juga dijadikan sebagai fasilitator untuk memberikan materi, mengajak diskusi, dan melakukan refleksi diri. Hal yang paling penting adalah memberikan ruang bagi anak-anak untuk menyampaikan pendapat atau berbicara. Lebih lanjut, Bu Dyah juga menyampaikan dampak positif yang dirasakan oleh orang tua, anak-anak, dan guru pasca mengenal GSM. Pertama, orang tua menjadi lebih welcome atau terbuka ketika rapat wali murid. Kedua, siswa menjadi lebih mudah memahami pembelajaran yang diberikan dan merasakan bahwa sekolah itu menyenangkan. Ada kalanya sekolah memberikan kebebasan untuk menggunakan pakaian yang mereka sukai atau cita-citakan, kemudian mereka diminta untuk menceritakan ekspektasi mereka. Kegiatan tersebut dilaksanakan sekitar dua minggu sekali untuk memberikan ruang bagi siswa agar dapat mengekspresikan diri. Ketiga, guru juga mendapatkan manfaat positif agar menjadi lebih nyaman dalam mengajar karena mereka dilibatkan sebagai fasilitator, pemberi materi, berdialog, dan berefleksi. Dalam konteks ini, nilai-nilai yang ditekankan selama bergabung dengan GSM terletak pada pentingnya menerapkan perilaku disiplin dan berbagi dengan orang atau lembaga lain melalui proses kolaborasi.
Dalam hal ini, Bu Dyah sering untuk menerapkan nilai-nilai positif yang telah diajarkan oleh GSM ke dalam lingkungan sekolah dengan mengajak para guru. Beberapa penerapan kegiatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
Urgensi dari dilaksanakannya beberapa agenda komunitas tersebut terletak pada pentingnya untuk menumbuhkan growth mindset dan mendidik anak sesuai dengan zamannya. Hal ini ditujukan agar anak-anak setelah lulus nanti bisa menjadi manusia yang hidup mandiri, baik dengan cara berwirausaha, bekerja di dunia industri, maupun melanjutkan kuliah. Oleh karenanya, pembelajaran dan penilaian tengah semester maupun akhir semester ditempuh berbasis project. Project yang diterapkan adalah kolaborasi dengan berbagai mata pelajaran dan disiplin ilmu yang pengambilan nilainya melibatkan orang tua serta konsumen. Pelaksanaan IHT, workshop, dan talkshow diharapkan mampu membawa perubahan dalam diri para guru agar lebih bahagia ketika mengajar, begitu juga dengan para murid ketika mengikuti pembelajaran di sekolah.