Bu Rieva Siti Maryatun merupakan guru dan pelopor GSM Banjarnegara. Bu Rieva mulai mengenal GSM sejak akhir tahun 2022. Saat itu beliau melihat postingan Instagram guru dari kabupaten lain tentang “Meraki”. Akhirnya Bu Rieva penasaran dan mencari tahu lebih banyak tentang Meraki yang mengarahkannya kepada GSM. Dari situlah Bu Rieva berkenalan dengan GSM dan akhirnya dimasukkan ke grup Komunitas GSM Jawa Tengah (Jateng). Saat itu, Bu Rieva adalah satu-satunya guru dari Banjarnegara. Bu Rieva melihat sharing-sharing praktik baik dari guru-guru lain dan merasa hal tersebut adalah sesuatu yang menarik.
Motivasi awal Bu Rieva bergabung dengan GSM adalah karena melihat pembelajaran asyik yang diselenggarakan oleh guru-guru yang tergabung dalam GSM.
“Kok kayaknya di sekolah saya belum ada ya… Bahkan saya sendiri belum bisa se-enjoy itu dengan murid-murid saya.” tutur Bu Rieva.
Setelah bergabung di grup GSM Jateng, Bu Rieva mencoba menerapkan metode-metode pembelajaran GSM di kelasnya. Di awal tahun pelajaran 2023/2024, Bu Rieva menjadi koordinator MPLS di sekolahnya. Bu Rieva akhirnya mulai memperkenalkan ke guru-guru lain tentang “Meraki” sehingga bersama-sama berusaha menyusun MPLS yang menyenangkan dengan jiwa Merakinya di GSM. Selain itu beliau juga mengikuti program Guru Penggerak dan kegiatannya. Salah satu dari program Guru Penggerak saat itu adalah kegiatan upgrading di Solo yang narasumbernya adalah Pak Rizal sebagai founder GSM. Dari situ Bu Rieva menanyakan cara untuk membuat komunitas GSM di Banjarnegara. Pada waktu yang bersamaan guru-guru lain dari Banjarnegara juga mulai banyak yang bergabung di GSM Jateng. Hingga pada tahun yang sama komunitas GSM Banjarnegara terbentuk.
Pada awalnya, Bu Rieva adalah guru SMA, tetapi dipindah tugaskan menjadi guru SD kelas satu. Tiba-tiba menjadi guru kelas dasar sementara terbiasa mengajar kelas atas menimbulkan tantangan tersendiri bagi Bu Rieva. Beliau harus memikirkan bagaimana bentuk perlakuan dan cara menyentuh hati anak-anak dengan tepat. Awalnya, beliau menerapkan gaya mengajar (teaching style) yang sama seperti saat mengajar di kelas atas, yaitu fokus menyampaikan materi dengan penerapan metode dan penyampaian yang dibuat semenarik mungkin. Bagi Bu Rieva, targetnya adalah materi tersampaikan, anak-anak mendapat pengalaman baru. Respons anak dan orang tua terhadap cara pembelajaran sangat bagus. Namun seperti yang selalu terjadi, tolok ukur keberhasilan siswa adalah nilai dan prestasi. Hal ini menimbulkan rasa berkompetisi antarsiswa. Saat itulah Bu Rieva sadar, ada beberapa anak yang terasing karena tidak mampu mengikuti irama kompetisi di kelas.
Setelah mengenal GSM, Bu Rieva menyadari ada satu hal yang ia abaikan, yaitu empati. Learning style yang diterapkan Bu Rieva memang sangat efektif. Hal itu diakui juga oleh kepala sekolah, guru-guru, orang tua, maupun anak-anak. Namun, ada satu hal yang terlupakan. Pendidikan bukan hanya soal belajar dan menghafal, tetapi juga mendidik dan melahirkan rasa simpati, empati, dan membentuk pribadi yang berkarakter baik.
Dari praktik-praktik baik yang ada di GSM, sharing-sharing dan juga motivasi, Bu Rieva memperbaiki caranya secara bertahap, lebih dekat dengan anak-anak melalui sentuhan hati dan rasa.
Terbentuknya komunitas GSM merupakan awal yang baik bagi guru-guru di Banjarnegara. Komunitas baru ini tentu tidak serta-merta mengadakan agenda-agenda besar, tetapi komunitas GSM Banjarnegara sudah aktif melakukan sharing praktik baik yang dilakukan di kelas masing-masing. Bahkan tidak terbatas pada praktik baik pembelajaran saja, tetapi praktik lain juga saling dibagikan. Bu Rieva menceritakan bahwa komunitas GSM Banjarnegara sering melakukan kegiatan mengobrol ringan, seperti berbagi cerita hal baik yang dilakukan. Hal ini terbukti berdampak positif bagi para guru untuk lebih terbuka dan saling belajar.
Bu Rieva juga mengalami perubahan mindset, terutama mengenai tindakan dalam memperlakukan siswanya. Ia memosisikan siswanya secara setara, dan ia juga belajar bagaimana mengelola kegiatan di kelas agar suasana menjadi menyenangkan untuk siswa. Tidak lupa pula bagaimana menjalin hubungan dan komunikasi yang baik dengan orang tua siswa.
“Mindset saya berubah. Konsep Meraki mengubah saya yang tadinya kaku. Memang saya disiplin, tapi disiplin yang kaku. Setelah mengenal GSM saya menjadi orang yang lebih fleksibel.” ucap Bu Rieva.
Respons baik dari lingkungan sekolah juga diterima tidak hanya dari siswa di kelas Bu Rieva saja, tetapi juga dari kelas lain. Bahkan orang tua siswa juga merespons dengan baik. Bu Rieva menjadi orang yang sering “dicari” atau dibutuhkan oleh anak-anak.
Komunitas Banjarnegara aktif dalam melakukan sharing praktik baik yang dilakukan di sekolah dan kelas masing-masing. Kegiatan lain seperti Kopdar atau ngobrol-ngobrol ringan juga menjadi salah satu agenda Komunitas GSM Banjarnegara dalam bergerak dan berbagi hal baik. Ke depannya Komunitas GSM Banjarnegara akan melakukan agenda-agenda besar agar terus aktif dalam melakukan pergerakan untuk mencapai transformasi pendidikan di Banjarnegara itu sendiri. Selain itu, untuk meningkatkan kedisiplinan dan empati anak Bu Rieva mengadakan Challenge of Change, anak-anak ditugasi untuk memberikan bantuan kepada orang tua mereka (membantu pekerjaan sehari-hari).