Komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Banyumas pertama kali terbentuk melalui inisiatif beberapa guru yang memiliki visi dan misi serupa dalam menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan inspiratif. Bu Dewi sebagai pegiat GSM Banyumas memperkenalkan konsep GSM kepada teman-temannya, salah satunya kepada Bu Dian yang sesama guru penggerak. Bu Dian belajar banyak hal tentang GSM dan merasakan ada kesamaan konsep dengan apa yang ia impikan dalam dunia pendidikan. Sejak mulai bergerak pada Desember 2023, Komunitas GSM Banyumas kini sudah mencapai kurang lebih 200 anggota dan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Banyumas. Peran Dinas Pendidikan sangat krusial dalam mendukung berbagai kegiatan komunitas GSM Banyumas. Dukungan dari Dinas Pendidikan memungkinkan GSM Banyumas untuk mengembangkan program-programnya dengan lebih luas dan efektif. Kerjasama ini juga bertujuan untuk mengajak lebih banyak kepala sekolah mendukung para guru di sekolah mereka untuk bergabung dengan GSM.
Sebelum mengenal Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Bu Dian adalah seorang guru yang sering merasa kesepian dalam menjalankan tugasnya. Ia memiliki banyak keinginan untuk memajukan pendidikan, tetapi sulit mencari partner yang sevisi di sekolahnya. Perasaan ini membuatnya menjadi kurang sabar, karena ia ingin mencoba berbagai metode baru tetapi tidak memiliki wadah yang tepat. Bu Dian menjalani proses mengajar tanpa bisa mengenal dengan baik guru-guru maupun murid-muridnya, sehingga ia sering merasa berjalan sendiri. Dalam pembelajaran, metode mengajarnya lebih banyak berfokus pada pengajaran satu arah, yaitu ketika ia yang menentukan segalanya dan mendikte jalannya pelajaran. Ia memosisikan diri sebagai otoritas yang berkuasa di kelas, tanpa banyak melibatkan murid dalam proses belajar.
Selain itu, Bu Dian dahulu merasa terbeban karena melihat lika-liku menjadi guru di sekolah swasta dan negeri itu tidak sama. Ada keterbatasan seperti wadah untuk perkembangan diri, yayasan yang memiliki aturan sendiri, dan kesejahteraan guru. Keterbatasan ini membuatnya merasa tidak memiliki support system yang memadai, serta dukungan dari pihak sekolah yang kurang. Banyak yang ingin diterapkan dari GSM, tetapi tidak bisa karena perbedaan mindset dan sistem sekolah yang kaku. Kini, dengan pendekatan-pendekatan dan banyak ngobrol lagi ke guru-guru, mulai terlihat ada perubahan. Terutama dengan masuknya guru-guru baru yang lebih terbuka dan mau berubah.
Bu Dian merasakan pertumbuhan yang signifikan, baik secara pribadi maupun profesional. Ia merasa lebih tenang dan bahagia dalam menjalani perannya sebagai guru. Di dalam kelas, Bu Dian kini lebih sering mendengarkan anak-anak, memberi mereka ruang untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Bukan lagi Bu Dian yang menjadi penentu segala sesuatu, tetapi anak-anaklah yang menjadi pusat dari proses belajar. Hadirnya GSM, Bu Dian mendapatkan wadah, memiliki teman-teman komunitas yang suportif sehingga menjadi semangat dan mendorongnya untuk selalu bertumbuh.
Salah satu momen yang membuat Bu Dian menemukan titik baliknya adalah ketika mendengar Pak Rizal dan Bu Novi yang mengatakan, “Jadilah guru yang bahagia.” Hal itu paling mengena apalagi sebagai guru swasta yang terbebani oleh keterbatasan fasilitas dan kurangnya dukungan, baik dari rekan kerja maupun pihak sekolah. Namun, setelah bertemu dengan GSM, ia menyadari pentingnya kebahagiaan seorang guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif. Ia mulai memahami bahwa kebahagiaan guru akan memengaruhi kebahagiaan murid-muridnya, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pandangan Bu Dian terhadap profesinya pun berubah. Kini ia melihat peran guru bukan hanya dari sisi kesejahteraan materi, tetapi juga dari aspek kreativitas dan kemampuan untuk membuat perbedaan meski dengan segala keterbatasan.
GSM Banyumas termasuk komunitas yang masih baru, tetapi memiliki agenda setiap bulannya yaitu pertemuan pengurus rutin. Pertemuan ini berfungsi untuk mendiskusikan arah program yang akan dijalankan, pemantapan kegiatan, serta memperkuat hubungan dengan Dinas Pendidikan Banyumas. Salah satu topik yang sering dibahas adalah penjadwalan ulang rencana kunjungan ke salah satu TK yang sempat tertunda. Selain pertemuan rutin, GSM Banyumas juga telah melaksanakan coaching clinic di SMK Bruderan, dengan narasumber Pak Ali yang membahas berbagai topik seperti masa depan pendidikan, problematika pendidikan, dan sejarah GSM. Meskipun belum memiliki kegiatan bulanan anggota, komunitas ini tetap aktif di grup Whatsapp, dengan saling berbagi cerita, praktik baik, video pendek bahkan pantun. Harapannya agar para anggota dapat saling terikat meskipun jarang berkumpul dan memastikan bahwa GSM Banyumas terus berkembang serta memberikan dampak perubahan bagi lingkungan pendidikan di sekitar mereka.