Terbentuknya komunitas GSM Gunung Kidul Berawal dari Kuruna dan Indah mengikuti workshop GSM selama empat hari pada tahun 2018. Saat itu masih sedikit guru seperti Kuruna dan Indah yang menyebarkan dan berbagi mengenai GSM agar dapat diterapkan di sekolah masing-masing. Pada tahun 2021, GSM Gunung Kidul masuk ke dalam POP (Program Guru Penggerak) dan sejak saat itu terbentuklah Komunitas GSM Gunung Kidul. Program POP membersamai sepuluh sekolah yang sampai saat ini tergabung dalam Komunitas GSM Gunung Kidul. Dinas Pendidikan Gunung Kidul pun juga mendukung hadirnya komunitas ini, sehingga Komunitas GSM Gunung Kidul dalam pergerakannya cepat menyebar.
Indah memiliki banyak hambatan dan keresahan melihat guru-guru di sekitarnya berada di dalam zona nyaman karena tidak semua guru mau repot membuat inovasi pembelajaran. Pengajaran hanya sekadar memberikan materi ke anak-anak, terlepas anak-anak paham atau tidak. Dulu Indah ingin murid-muridnya memiliki nilai akademik yang tinggi, setelah hadirnya GSM membuat Indah menyadari bahwa setiap anak memiliki potensi dan talenta yang berbeda-beda. Apabila didalami lebih jauh, anak-anak memiliki kecerdasan masing-masing. Indah menemukan titik balik yang awalnya senang belajar dan melakukan hal baru, menjadi semakin penasaran mengenai psikologi anak. Indah juga ingin para guru dapat memahami karakter para murid.
Rasa penasaran mengenai GSM membawa Indah ingin menjadi arang yang dapat memberikan panas dan membara disekelilingnya, sehingga membuatnya untuk terus menerapkan. Indah mendapatkan bekal dari GSM, cara untuk menguasai audiens, mengingat Indah merupakan pegiat GSM Gunung Kidul. Selain merasakan dampak bagi dirinya, ia juga merasakan dampak di komunitasnya. Guru-guru tidak lagi menganggap bahwa sekolah satu dengan sekolah lainnya adalah saingan. Dahulu, antar sekolah selalu bersaing untuk mendapat jumlah murid yang banyak, sehingga terdapat ketimpangan antar sekolah karena ada beberapa sekolah yang kekurangan murid. Hadirnya GSM dapat mematahkan patokan itu, bahkan guru-guru yang melakukan praktik baik justru membagikan ke sesama guru. Guru-guru memiliki pandangan baru bahwa kesuksesan sekolah tidak ditentukan dari daya saing jumlah murid, tetapi adanya keinginan dan kesadaran untuk tumbuh dan terus belajar. Harapan Indah untuk Komunitas Gunung Kidul, semoga semua guru-guru dapat menerapkan GSM dan kebaikan dapat tersebar lebih luas.
Semenjak Komunitas Gunung Kidul terbentuk, ada berbagai kegiatan yang sering dilakukan, d iantaranya pertemuan rutin dua sampai tiga bulan sekali, berbagi praktik antar guru, studi banding antar komunitas serta school expo. Komunitas GSM Gunung Kidul salah satu komunitas yang sering mendapat kunjungan studi banding dengan komunitas GSM lainnya seperti Komunitas GSM Boyolali dan Komunitas GSM Katingan.