Perubahan cara pikir perlu dibangun bahwa keberadaan anak harus juga dimanusiakan. Hal ini adalah langkah awal perubahan komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) yang ada di Jawa Timur, khususnya di SMKN 1 Gresik. Dimulai dari program pendampingan Sekolah Penggerak, Ibu Iva Nuraini sebagai salah satu perwakilan guru dari SMKN 1 Gresik mendapatkan kesempatan dari kepala sekolah untuk bergabung bersama GSM pada Juli 2021 melalui WhatsApp Grup. SMKN 1 Gresik merupakan salah satu sekolah pusat unggulan yang ada di Jawa Timur. Awalnya Ibu Iva merasa kurang percaya diri karena banyak kepala sekolah yang tergabung pada komunitas dan hanya mengikuti alur. Pada bulan November 2021, SMKN 1 Gresik mengadakan workshop yang merupakan salah satu program Pusat Keunggulan. SMKN 1 Gresik menghadirkan Pak Ali sebagai narasumber dan membagikan praktik baik agar membuka wawasan para guru.
Workshop yang diadakan di SMKN 1 Gresik memberikan dampak positif dalam mengubah mindset terkait pendidikan di Indonesia. Melalui kerja sama yang baik, kepala sekolah maupun guru turut aktif berpartisipasi dalam kegiatan workshop, dan memperoleh wawasan dari pengalaman satu sama lain. Pengalaman awal ini mendorong para guru bahwa saat ini pendidikan perlu mengalami adanya perubahan. Dengan memiliki visi dan misi yang sama, serta pemahaman bahwa setiap siswa mempunyai keinginan, kemauan, keahlian, dan kekurangannya masing-masing, guru tidak boleh hanya berada pada zona nyaman.
Pada tahun 2022 komunitas GSM di Jawa Timur sudah banyak melakukan perubahan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan. Komunitas GSM di Jawa Timur melakukan kegiatan bermula dari lingkup kecil hingga pada akhirnya berkembang sampai saat ini.
Kondisi Komunitas di Jawa Timur sebelum mengenal GSM masih banyak memberikan tekanan yang dirasakan oleh siswa. Ibu Iva Nuraini memberikan penjelasan mengenai siswa-siswanya yang protes terkait dengan proses pembelajaran yang dilakukan, khususnya di SMKN 1 Gresik.
“Sebelumnya banyak siswa tertekan, khususnya pada saat ujian di SMKN 1 Gresik sendiri itu masih dalam bentuk tulis dan soalnya disamakan semua, waktu ujian juga disamakan tanpa memedulikan dari jurusan mana. Tentunya hal ini sangat diprotes oleh siswa-siswa,” jelas Ibu Iva.
Sebelum bergabung dengan GSM, Guru di SMKN 1 Gresik melakukan pengajaran kepada murid yang hanya sekadar melaksanakan kewajiban. Siswa hanya dijadikan sebagai objek, sedangkan keterlibatan anak saat ini perlu untuk dijadikan sebagai subjek dalam pembalajaran. Penting diketahui bahwa setiap manusia bersifat dinamis, dapat berkembang, dan memiliki daya ciptanya masing-masing. Dengan demikian, penting untuk mengupayakan perubahan dalam pembentukan karakter yang saling memanusiakan manusia, tanpa membedakan satu dengan lainnya. Mengubah pola pikir guru dari metode pembelajaran konvensional menjadi suatu tindakan yang mudah dilakukan, terutama dengan banyaknya tantangan yang diperoleh saat berusaha melakukan perubahan bersama komunitas. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Ibu Iva sendiri adalah ia yang dianggap guru lain seolah-olah tidak menjalankan aturan yang berlaku.
Dalam lingkup kecil di salah satu jurusan SMKN 1 Gresik, yang juga merupakan Sekolah Pusat Keunggulan, mereka mencoba melakukan aktivitas perubahan. Perubahan aktivitas khususnya dilakukan untuk mengubah kebiasaan ujian tulis dengan melakukan tugas projek. Aktivitas perubahan inilah yang sudah dirasakan Komunitas GSM Jawa Timur khususnya di SMKN 1 Gresik sejak awal tahun ajaran 2022.
Ibu Iva menjelaskan perubahan di SMKN 1 Gresik memiliki dampak baik setelah mengubah kebiasaan ujian tulis yang awalnya soal dibuat sama antarjurusan. Selain itu, tugas ujian telah diubah melalui program dalam bentuk pengerjaan proyek. Perubahan tes berbasis tulis menjadi proyek ini dilakukan bukan hanya dalam satu mata pelajaran, terlebih juga ada kolaborasi dan kerja sama antarguru di dalamnya.
Para guru di Jawa Timur mulai memahami betapa pentingnya pembelajaran yang sesuai dengan zaman sekarang. Hadirnya GSM di Jawa Timur menjadikan siswa lebih senang dalam mengikuti pembelajaran di sekolah tanpa terbebani oleh kurikulum yang ada. Program ujian berbasis projek memberikan manfaat secara langsung bagi siswa. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkreasi, sambil memberikan arahan dan masukan yang membangun. Meskipun ujian tulis masih tetap dilaksanakan di sekolah, tetapi bentuk soal ujiannya tidak lagi disamakan, melainkan jenis soal diberikan seperti studi kasus.
Program-program yang hadir di Jawa Timur setelah bergabung bersama komunitas GSM memberikan wadah bagi siswa untuk dapat bersuara, memiliki ruang gerak, dan menikmati fasilitas pendidikan yang memadai. Guru di Jawa Timur juga terbantu dengan adanya program GSM yang dijalankan. Guru tidak lagi bergantung dengan materi, tetapi setiap guru dapat berkolaborasi dan menumbuhkan rasa kepedulian antarguru kepada siswa bahwa ini bukan lagi tentang “itu muridku, itu muridmu”. Hal ini dapat menyadarkan guru bahwa setiap siswa memiliki kelebihan di bidangnya masing-masing tanpa lagi merasa takut.
Upaya untuk memperkenalkan praktik baik dari GSM dilakukan oleh para anggota komunitas seperti berbagi cerita dan praktik baik yang dilakukan oleh guru di Jawa Timur. Ibu Iva sebagai penggerak dalam berbagi praktik baik, khususnya di SMKN 1 Gresik, tentu awalnya memiliki hambatan karena adanya kesulitan dari kebijakan dinas. Walaupun banyaknya penolakan dan komentar dari setiap guru yang belum mengenal GSM di Jawa Timur, tetapi izin tetap dapat ditembus dengan pergerakan dari dalam terlebih dahulu untuk terus dilakukan. Salah satu hal yang dilakukan dalam berbagai praktik baik yaitu saat mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Kelompok Kerja Guru (KKG) dapat membagikan kegiatan yang ada pada GSM. Hal tersebut harapannya dapat dikombinasikan dan diterapkan di lingkungan sekitar. Kegiatan ini dapat mengubah mindset guru di Jawa Timur untuk dapat berubah dan tentunya juga memberikan manfaat kepada siswa.
2. Cross Teaching GSM
Komunitas Jawa Timur khususnya di SMKN 1 Gresik memulai kegiatan dengan kakak kelas mengajar, yaitu dengan pembelajaran silang. Kakak kelas mengajar yaitu bagaimana kakak kelas yang kompeten dapat mengajari adik kelas. Dari kegiatan kelas mengajar ini siswa dinilai mampu dalam menjalani kegiatan pembelajaran dengan model seperti itu. Melalui kemampuan yang ada, siswa diterjunkan kepada masyarakat dengan cara berkelompok yang harapannya bukan menjadi pengajar, tetapi menjadi sebuah kegiatan berbagi pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
Sebelum melakukan terjun kepada masyarakat, TK, dan bahkan paud, para siswa yang akan terjun ke lapangan melakukan persiapan, yaitu membentuk simulasi untuk menentukan langkah apa yang akan diambil pada saat program berlangsung. Siswa dibekali dengan skill public speaking untuk bisa bercerita kepada orang tua tentang kegiatan keseharian yang dilakukan dengan mengirimkan dokumentasi hasil rekaman.
Adanya pelibatan siswa, guru, dan orang tua di dalam program Cross Teaching dapat mengubah pandangan masyarakat, khususnya pandangan mengenai anak SMK yang dinilai sebagai anak yang kurang komunikatif, anak yang sering tawuran, anak yang suka hura-hura, atau murid yang hanya dicetak untuk tenaga kerja. Pada kenyataannya, anak SMK dapat berbuat lebih dari itu.