Pada tahun 2022 Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) mulai menyentuh wilayah Karanganyar melalui inisiatif dari Bu Tri Wadarti dan rekan-rekannya. Bu Tri, seorang guru berdedikasi dari SMK Negeri Matesih, pertama kali mengenal GSM saat mengikuti workshop Center of Excellence (COE) di Yogyakarta selama empat hari. Saat itu, ia menggantikan kepala sekolahnya yang sedang terjangkit COVID-19. Pertemuan dengan pendiri dan co-founder GSM di sana menjadi titik balik bagi Bu Tri, yang telah mengajar selama 20 tahun dan selalu merasa ada yang kurang dalam metode pengajarannya.
Keresahan Bu Tri selama bertahun-tahun terjawab ketika ia mendalami konsep GSM. Ia menyadari bahwa setiap anak memiliki DNA, bakat, dan keunikan masing-masing yang membutuhkan pendekatan personal dalam pembelajaran. Workshop tersebut juga memperkenalkannya pada metode pembelajaran yang menyenangkan dan prinsip-prinsip Ki Hajar Dewantara yang semakin menguatkan keyakinannya.
Sebelum mengenal GSM, Bu Tri dan rekan-rekan di SMA Gondangrejo pernah mengikuti workshop yang diisi oleh Pak Ali dan Pak Iwan, yang kemudian memicu inisiatif untuk membentuk komunitas lintas sekolah. Melalui grup WhatsApp, komunitas ini aktif berbagi informasi dan konten bermanfaat, tetapi kesulitan dalam eksekusi kegiatan nyata, seperti workshop yang sempat direncanakan namun terhalang oleh kegiatan wajib seperti ANBK.
Setelah mengenal GSM, Bu Tri menjadi motor penggerak di sekolahnya. Ia telah mengadakan beberapa workshop bertemakan GSM dan berusaha menyelipkan nama GSM dalam setiap kegiatan sekolah, bahkan dengan seruan yel-yel GSM. Namun, tantangan tetap ada. Banyak guru hanya semangat di awal, kemudian kembali ke metode tradisional yang lebih nyaman bagi mereka. Meskipun demikian, Bu Tri tetap istiqomah menjalankan GSM dalam setiap pembelajaran, mengajak guru dan siswa untuk terus berpartisipasi aktif.
Bu Tri juga menginisiasi pembuatan grup parenting untuk menjalin komunikasi dengan orang tua siswa. Meskipun responnya tidak seantusias yang diharapkan, beberapa kelas menunjukkan peningkatan interaksi yang positif, menciptakan suasana yang lebih hangat dan komunikatif.
Dalam praktiknya, Bu Tri menerapkan berbagai metode kreatif untuk membuat pembelajaran lebih menyenangkan. Misalnya, saat mengajarkan keterampilan berbicara, ia menggunakan metode pantomim untuk membantu siswa mengatasi rasa grogi. Anak-anak diberi alat peraga untuk bercerita dengan pantomim sebelum menuliskan cerita mereka dan membacakannya secara bergantian. Metode ini membuat siswa merasa lebih nyaman dan aktif terlibat dalam pembelajaran.
Bu Tri juga menciptakan berbagai permainan untuk membantu siswa belajar tanpa merasa sedang belajar. Misalnya, anak-anak bisa bercerita menggunakan bola, roda, atau kaca, yang membuat pembelajaran menjadi lebih seru dan tidak membosankan. Dampak positif dari metode pembelajaran yang menyenangkan ini terlihat jelas. Meskipun tidak ada siswa yang secara langsung menyatakan kepuasan mereka, atmosfer sekolah yang menyenangkan membuat mereka betah dan enggan pulang.
Meski banyak tantangan, Bu Tri tetap bersemangat menjalankan GSM di sekolahnya. Ia mencatat bahwa hanya segelintir guru yang mau keluar dari zona nyaman dan menerapkan metode pembelajaran yang lebih modern dan menyenangkan. Sebagian besar guru masih menggunakan metode tradisional yang kurang melibatkan siswa secara aktif. Hal ini disayangkan, mengingat dampak positif yang dirasakan oleh siswa-siswa Bu Tri, yang sering membandingkan dan mengungkapkan keinginan agar guru-guru lain juga mengajar seperti Bu Tri.
Agenda-agenda yang direncanakan oleh komunitas GSM Karangayar sering kali terhenti di tengah jalan karena kurangnya motivasi dan dukungan. Namun, Bu Tri tetap berusaha menjalankan nilai-nilai GSM di sekolahnya. Setiap pagi, ia menyambut anak-anak dengan musik yang bersemangat, menyelipkan materi GSM dalam setiap rapat dinas, dan mengadakan Kamis Ekspresi, di mana siswa bebas mengekspresikan diri sesuai minat dan bakat mereka.
Pada umumnya, agenda komunitas GSM di Karanganyar biasanya dihadiri oleh segelintir pengurus inti. Namun, Bu Tri terus melaksanakan agenda GSM di sekolahnya dengan berbagai cara, seperti:
Komunitas GSM Karanganyar, meski menghadapi banyak tantangan, tetap menjadi wadah bagi para guru yang berkomitmen untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan mendukung potensi unik setiap siswa. Bu Tri Wadarti, dengan dedikasi dan inovasinya, menjadi inspirasi bagi rekan-rekannya dan siswa-siswinya, menunjukkan bahwa perubahan kecil dalam metode pengajaran dapat membawa dampak besar bagi masa depan pendidikan.