Wahyu, seorang guru baru yang belum genap satu tahun mengajar, kini menjadi Leader Komunitas GSM Pati. Meskipun baru, ketertarikan Wahyu terhadap Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) sudah cukup lama terjalin. Awalnya, ia sering mendapatkan informasi tentang kegiatan “Ngkaji Pendidikan” yang diadakan oleh GSM melalui berbagai grup. Salah satu hal yang menarik perhatiannya adalah pemikiran Rizal, sebagai pendidi GSM, mengenai pembelajaran humanistik. Di tengah maraknya pendekatan konstruktivisme yang hanya menekankan pada peningkatan kemampuan kognitif siswa, konsep humanistik yang diperkenalkan oleh GSM memberikan pandangan baru bagi Wahyu.
Suatu ketika, kesempatan mempertemukan Wahyu dengan GSM datang. Ia diundang menjadi narasumber di SMA Negeri Kabupaten Sragen bersama Ali Sodikin, seorang pegiat komunitas di GSM. Pertemuan tersebut menjadi titik balik ketika Wahyu dan Ali berdiskusi panjang tentang pentingnya membangun komunitas GSM di Pati. Dari diskusi tersebut, =Wahyu akhirnya dilibatkan dan diangkat menjadi salah satu leader di GSM Pati.
Sebagai pendatang baru di dunia pendidikan Pati, Pak Wahyu menghadapi banyak tantangan. Dengan latar belakang budaya yang sedikit berbeda, karena berasal dari Wonogiri, Pak Wahyu merasa ada kendala dalam memulai pergerakan. Sebagai guru baru, ia belum memiliki pengaruh besar di sekolah dan belum banyak dikenal oleh rekan-rekannya. Meskipun ia sudah berusaha memancing diskusi dan bertemu secara offline dengan para guru, respons yang diterima masih kurang positif. Upaya untuk membuat acara formal juga sering terhambat karena pengaruh Pak Wahyu yang masih terbatas di lingkungan sekolahnya.
Sebelum mengenal GSM, kondisi pendidikan di Pati juga masih banyak menghadapi tantangan. Banyak guru masih menerapkan metode pengajaran tradisional yang kurang relevan dengan kebutuhan zaman sekarang. Kurangnya inovasi dalam pengajaran membuat siswa merasa bosan dan kurang termotivasi.
Kegiatan GSM memberinya banyak kenalan baru, baik dari sebelum ia resmi bergabung maupun setelahnya. Ia menemukan bahwa pendekatan humanistik yang dipromosikan GSM sangat selaras dengan pandangan pribadinya tentang pendidikan. Wahyu percaya bahwa penting untuk tidak menciptakan jarak dengan siswa dan selalu memanusiakan mereka.
Dengan GSM, Wahyu mendapatkan referensi dan inspirasi untuk menerapkan pendidikan yang lebih humanistik dan menyenangkan. Metode pengajaran yang interaktif dan berbasis pada kebutuhan siswa mulai diterapkan. Guru-guru diajak untuk lebih mendengarkan dan memahami kebutuhan emosional siswa, menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan ramah. Hasilnya, siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar dan merasa lebih dihargai.
Selain itu, GSM juga mendorong kolaborasi yang lebih erat antara guru dan siswa. Para guru diajak untuk berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam mengembangkan potensi mereka. Ini menciptakan hubungan yang lebih akrab dan saling menghormati antara guru dan siswa, yang pada akhirnya meningkatkan efektivitas proses belajar-mengajar.
Secara pribadi, Wahyu merasa bahwa GSM sangat membantu dalam meningkatkan kualitas pengajarannya. Ia merasa lebih percaya diri dalam menginisiasi kegiatan-kegiatan pendidikan dan lebih mampu mengatasi kendala-kendala yang dihadapi sebelumnya. Dengan dukungan komunitas GSM, Wahyu yakin bahwa pendidikan di Pati bisa berubah menjadi lebih baik dan lebih humanistik.
GSM Menyapa menjadi salah satu agenda yang telah dilaksanakan di komunitas GSM Pati. Dalam acara ini, Pak Ali mengundang teman-teman dari komunitas GSM lainnya untuk memberikan motivasi dan berbagi pengalaman. Meskipun partisipasi masih terbatas, kegiatan ini menjadi langkah awal untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan para guru dalam komunitas GSM Pati.
Namun, tantangan tetap hadir. Hingga saat ini, komunitas GSM Pati masih belum pernah berkumpul secara offline. Meski demikian, dengan semangat dan dedikasi dari para leader seperti Wahyu, harapan untuk membangun komunitas yang lebih solid dan aktif terus ada.
Dengan semangat yang terus menyala, Wahyu dan rekan-rekannya di GSM Pati berharap dapat terus menginspirasi dan mengubah wajah pendidikan di Pati menjadi lebih baik. Mereka yakin bahwa melalui pendidikan yang memanusiakan manusia, masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak Pati bukanlah hal yang mustahil. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih menyenangkan, inklusif, dan manusiawi.
Wahyu berharap bahwa melalui berbagai program dan kegiatan, komunitas GSM Pati bisa lebih dikenal dan diterima. Ia percaya bahwa pendidikan yang memanusiakan manusia akan membawa perubahan positif yang signifikan, tidak hanya bagi siswa tetapi juga bagi seluruh komunitas pendidikan di Pati. Dengan kerja keras dan kolaborasi, GSM Pati berharap bisa menjadi contoh inspiratif dalam menghidupkan kembali semangat pendidikan humanistik di Indonesia.