Komunitas GSM Purworejo terbentuk pasca Agus Triyana, kepala SMKN 3 Purworejo, mengikuti workshop pasca simposium di Jogja pada tahun 2022. Workshop tersebut langsung dipaparkan oleh Pak Rizal dan Bu Novi selaku founder dan co-founder. Materi workshop sekaligus menjawab rasa penasaran Agus atas GSM sejak 2019 lalu. Seusai mendapatkan pemaparan seputar GSM dari perintisnya, Agus langsung mengaplikasikan ilmu yang ia peroleh di sekolah tempatnya menjabat. Pengaplikasian GSM di SMKN 3 Purworejo berhasil mencetak siswa-siswa yang merasakan asyiknya pembelajaran dengan memperhatikan kebahagiaan guru terlebih dahulu. Selain itu, para tenaga pendidik dapat menerapkan budaya belajar mengajar yang penuh kesungguhan hati sambil tetap terbuka melalui pertemuan-pertemuan yang rutin diselenggarakan. Komunitas GSM Purworejo adalah wadah untuk berbagi pengalaman dan informasi bagi para guru.
Setelah tiga tahun mencari tahu tentang Gerakan Sekolah Menyenangkan, Agus menemukan prinsip utama GSM, yaitu perlu membuat atmosfer pembelajaran yang menyenangkan agar anak-anak semangat belajar. Sebelum diterapkan GSM, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terlalu struktural dan monoton sehingga terkesan konservatif. Kurangnya inovasi dari pengajar membuat suasana kelas cenderung menjenuhkan. Hal ini kemudian berimbas pada kreativitas murid yang kurang terasah.
Awalnya, penerapan GSM di SMKN 3 Purworejo kurang dipandang guru-guru lainnya di Purworejo. Namun kemudian, Pak Ali selaku pegiat GSM ikut berkontribusi membuat para guru di Purworejo tertarik dengan GSM. Dari sinilah terkumpul beberapa guru yang mengikuti diklat-diklat komunitas. Pada akhirnya, komunitas GSM Purworejo resmi terbentuk pada tahun 2022 dengan Agus Triyana sebagai pemimpinnya. Sistem yang digunakan Agus adalah menerapkan GSM di sekolahnya terlebih dahulu. Penerapan prinsip GSM yang sukses lantas disimak lalu diaplikasikan pula oleh guru-guru lain di sekolahnya masing-masing.
Dalam komunitas GSM Purworejo, Agus sebagai kepala sekolah sering menyampaikan prinsipnya kepada para guru di sekolahnya, “kalau Bapak/Ibu (guru) bahagia, pasti ke kelasnya akan bahagia,” ujar Agus. Selain itu, Agus juga menekankan bahwa ia tidak seperti kebanyakan kepala sekolah lain yang menuntut administrasi dan kesempurnaan, tetapi ia menuntut agar para guru menampilkan “hati”-nya selama di kelas. Artinya, para guru diharapkan menghadirkan dan menyebarkan rasa cinta akan pembelajaran kepada murid-murid di kelas.
Penerapan GSM dalam pembelajaran terbukti lebih menanamkan rasa semangat dan cara pandang bahwa sekolah adalah hal yang menyenangkan. Meskipun terdapat rintangan ataupun halangan dalam proses belajar, selama masih memandang proses belajar yang dimaknai dengan senang hati, Agus meyakini tidak akan ada yang terasa berat.
Setelah mengenal GSM, terdapat perubahan dalam penilaian akhir tahun: dari yang sebelumnya menjawab soal, menjadi mengerjakan proyek. Proyek yang dijalankan melibatkan kolaborasi sehingga siswa dituntut untuk dapat menampilkan karya terbaik dan memberikan usaha yang maksimal. Siswa memandang, bentuk penilaian akhir berupa proyek ini terasa lebih seru karena memiliki lebih banyak tantangan. Oleh karenanya, bentuk ujian ini tidak hanya disenangi para murid, tetapi juga dapat memperoleh lebih banyak hasil belajar karena memenuhi beberapa kompetensi secara langsung.
Menurut ulasan yang diberikan langsung oleh siswa, siswa lebih menikmati pembelajaran karena suasana pembelajaran menjadi lebih asyik. Pembelajaran yang bisa dinikmati membuat para siswa sering kali mendokumentasikan kegiatan belajar mengajar dalam bentuk video kemudian mengunggahnya ke akun media sosial mereka. Akibatnya, sekolah menjadi lebih dipandang para calon peserta didik baru. Terbukti melalui jumlah pendaftar yang meningkat, yakni dari 400 orang, sekarang menjadi lebih dari 500. Peningkatan jumlah calon siswa yang berminat masuk ke SMKN 3 Purworejo dipandang sebagai perkembangan positif terkait minat terhadap sekolah.