Seperti yang kita ketahui bersama saat ini bahwa Gerakan Sekolah Menyenangkan tumbuh dari pengalaman yang dialami oleh Pak Rizal dan Bu Novi ketika menempuh studi doktoral di luar negeri. Pengalaman itu berupa pendidikan Australia yang jauh lebih baik dibandingkan dengan pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, GSM menjadi inisiasi dari Pak Rizal dan Bu Novi untuk mengubah mekanisme pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
Untuk menjalankan misinya, Gerakan Sekolah Menyenangkan memulai aktivitasnya pada sekolah sekolah mewah alias sekolah mepet sawah. GSM mengajak dan memfasilitasi sekolah-sekolah pinggiran yang tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah. Hal ini dilakukan agar agar kualitas sekolah pinggiran yang selama ini tidak diperhatikan juga bisa terangkat.
Di awal, sekitar 50 sekolah tertarik metode GSM dan mendaftar dalam program pelatihan yang dilakukan oleh GSM. Pada waktu itu komitmen mereka diuji melalui serangkaian seleksi seperti wawancara dan penulisan esai. Pada akhirnya, terpilih 20 sekolah baik negeri maupun swasta di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, DIY dengan guru-guru antusias itu.
Memang pada dasarnya sekolah-sekolah tersebut adalah sekolah di daerah pinggiran bahkan bisa dikatakan bukan sekolah favorit atau bukan pilihan yang menjadi “langganan” mengikuti program dinas pendidikan. Bahkan sarana dan kualitas pengajaran di sana tak terlihat sangat baik. Namun sekolah-sekolah itu punya kesamaan: kepala sekolah dan para guru itu merasa terpinggirkan oleh sistem, serta punya kegelisahan yang sama untuk memperbaiki metode belajar dan memanusiakan siswa dalam menjalani pendidikan.
Melalui serangkaian pelatihan yang diadakan oleh GSM tersebut, 20 sekolah disulap bak sihir yang jatuh dari langit. Tampilan kelas tidam lagi monoton, namun dibuat dengan penuh warna agar mengasyikkan. Ditambah dengqn Hiasan hasil karya-karya siswa nan warna-warni dipajang di berbagai sudut. Bahkan Meja dan kursi dapat diatur fleksibel sehingga tak membosankan, selain memberikan kesetaraan akses ke sumber belajar.
Hal ini menjadikan sekolah di pinggiran itu berubah layaknya sekolah internasional. Suasana kelas itu mendorong guru dan siswa untuk menemukan kreativitas belajar. Siswa pun diajak mengembangkan potensi dan karakter positif melalui kegiatan sederhana. Mereka yang
menabur kebaikan, seperti selalu tersenyum, sering membantu teman, berbagi keceriaan ke kawan-kawannya, hingga punya motivasi mengembangkan diri, akan menerima reward. Aktivitas ini diharapkan berlangsung terus menerus dan menjadi kebiasaan baru mereka. Kebiasaan sederhana yang akan mengubah karakter pendidikan bangsa ini.
Setelah sukses dengan kegiatan pelatihan yang diadakan oleh GSM. GSM berharap ke depannya akan lebih banyak lagi berbagi mengenai praktik baik pembelajaran agar banyak sekolah memiliki ekosistem pendidikan yang menyenangkan.
Salam Berubah, Berbagi, dan Berkolaborasi
Penulis: I Putu Wisnu Saputra
Editor: Nida Khairunnisaa
0 Comments