GSM

“Bagaimana cara membangun kultur di sekolah, kalau dari dalam diri kita belum merubah dan membiasakan cara berpikir kita?” – Reynold.  

Budaya terbentuk dari pikiran dan praktik-praktik yang konsisten dilakukan terus menerus. Tentunya budaya-budaya yang terbentuk akan berbeda di setiap daerah, termasuk di setiap sekolah. Gerakan Sekolah Menyenangkan dalam membangun budaya sekolah menyenangkan, berorientasi pada  ekosistem. Sekolah yang memiliki ekosistem baik, akan menjadi tempat yang aman dan nyaman secara fisik dan psikologis agar siswa merasa seperti di rumah sendiri, karena sekolah adalah rumah kedua bagi mereka.  Agar terbangun secara kondusif, implementasi prioritas pengembangan kultur sekolah didukung oleh beberapa strategi dasar diantaranya kepemimpinan, konsisten, kebersamaan dan mampu memberikan contoh atau teladan yang baik. Untuk mewujudkannya, perlu adanya keterlibatan seluruh pihak sekolah dan orang tua.

Selain itu, guru merupakan salah satu aktor penting dalam membangun kultur sekolah. Guru diibaratkan menjadi orang tua kedua di sekolah. Karena itulah, guru adalah alasan dan tujuan dari setiap kegiatan siswa di sekolah. Perlakuan guru ibarat tinta yang menghiasi kertas putih memori anak didiknya. Karena itu, guru menciptakan dunia tersendiri bagi siswa-siswinya. Sebagai tenaga pendidik, tugas yang diemban bukan hanya sekadar mengajarkan pelajaran, tetapi menanamkan nilai dari pelajaran itu sendiri di hati siswanya. Oleh sebab itu, pelajaran harus dilakukan secara profesional dan penuh tanggung jawab; dilakukan dari hati ke hati. Kali ini dalam sesi berbagi menginspirasi, Reynold sebagai guru SD YPK Aminweri dari Supiori dan Rama sebagai guru SMKN 1 Sawan dari Bali membagikan kisahnya dalam membangun kultur sekolah menyenangkan ala mereka. 

Rama menuturkan bahwa karakter seseorang 80% berasal dari lingkungannya. Hal ini menjadi gambaran bahwa lingkungan dan penataan sekolah menandakan karakter sekolah itu sendiri. Membangun kultur sekolah menyenangkan ala Rama melalui local culture atau budaya lokal. Sebelum membenahi kultur sekolah, Rama merefleksikan bangsa Indonesia memiliki luka jiwa yang sama yaitu dijajah selama 350 tahun yang dapat menggores luka dan perasaan mudah tersinggung. Rama memulai dengan membenahi kompetensi emosional yang menjadi prioritas utama dengan menyentuh jiwa siswa. Kegiatan yang dilakukan adalah membiasakan inspirasi pagi yang sekarang menjadi budaya di sekolahnya sebelum memulai pelajaran. Capaian dari kegiatan ini diharapkan untuk menumbuhkan kesadaran jiwa, saling mengafirmasi,  maka kedamaian atau shanti dapat tercapai. Selain itu, inspirasi pagi akan berdampak pada kedekatan dan keterbukaan siswa terhadap guru. Apabila siswa-siswa belum memiliki keterbukaan dan cenderung menyembunyikan sesuatu dalam dirinya, maka mereka belum selesai dengan dirinya sendiri. Dengan demikian, siswa tidak dapat terbuka dan tidak menemukan kedamaian serta kebahagiaan. 

Pengelolaan emosional siswa di SMKN 1 Sawan dilakukan kepada siswa baru dalam tiga bulan pertama. Program ini menekankan pada leadership program dan pengenalan jati diri siswa. Penilaian pun tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi juga 60% dari orang tua. Sebelum ke tahap pengelolaan emosi, terdapat pengukuran tingkat emosional siswa berdasarkan rekam jejak konseling SMP, wawancara orang tua, dan hasil psikotes. Data-data tersebut dikumpulkan lalu dilakukan pengecekan melalui inspirasi pagi. Pertanyaan-pertanyaan seperti “who i am?” “hal-hal baik apa yang telah berubah selama bersekolah di sini” merupakan pantikan kepada siswa-siswa dalam merefleksikan perjalanan hidupnya, yang nantinya akan membuat siswa introspeksi.

Apabila Rama menekankan pengelolaan emosi dan kedamaian dalam membangun kultur sekolah menyenangkan di SMKnya, lain halnya dengan Reynold. Kultur sekolah yang terbentuk di SD YPK Aminweri  dilatarbelakangi dengan ketidakmauan siswa datang ke sekolah. Lalu keluhan siswanya yang didalam kelas tidak tenang dan terlalu panas. Reynold mencoba mengajak siswa-siswanya keluar, untuk belajar di alam seperti di pantai maupun di bawah jembatan. Tidak hanya menyentuh batin siswa, Reynold menyentuh batin para guru dengan mengajak berefleksi sebelum mengajar. Lalu untuk mengatasi siswa yang tidak mau datang ke sekolah, para guru menerapkan keterhubungan orang tua dengan program kunjungan ke rumah orang tua siswa. Langkah sederhana dalam membangun kultur sekolah adalah dengan memutarkan lagu-lagu rohani setiap pagi di setiap sudut sekolah untuk memancing para siswa bersemangat untuk berangkat sekolah.

Hal yang menjadi catatan dalam berproses membangun kultur sekolah menyenangkan adalah apabila kultur sekolah menjadi positif, maka akan memperbaiki kinerja sekolah karena terbangun komitmen antar warga sekolah. Namun, hambatan para guru saat ini adalah menyamakan frekuensi atau komitmen antarguru. Rama menjelaskan sejatinya kebutuhan fundamental dari setiap orang adalah menemukan rasa aman dan nyaman dalam diri. Apabila sudah berada di zona nyaman, guru memberikan ruang-ruang untuk bertumbuh dengan cara membangun dialog atau bercerita untuk interaksi yang dekat dan hangat serta dilakukan secara terus menerus. Contoh sederhananya adalah dengan menanyakan hal-hal positif yang guru dapatkan selama mengajar. Dengan membangun tujuan bersama, tentu akan tercapai bersama. Karena keterhubungan warga sekolah termasuk antarguru nantinya akan terbentuk dari rasa kepercayaan. Rasa kepercayaan itu juga tumbuh dari hubungan emosional yang terbentuk dari saling memiliki dan rasa saling memiliki timbul dari tujuan bersama. Reynold pun menambahkan bahwa setiap tenaga pendidik memiliki perannya sendiri dalam mewujudkan pendidikan. Peran tersebut berkesinambungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal yang dibutuhkan adalah kepercayaan, komunikasi dan keteguhan hati yang kuat. Melalui pendekatan dialogis dan guru berbagi pengalaman yang menginspirasi ke guru lain akan membantu dalam mewujudkan tujuan tersebut. 

Rama berpesan perubahan selalu dimulai dari diri sendiri. Karena itu, ubah diri sendiri sebelum mengubah dunia ini. Berpikirlah menggunakan alam bawah sadar, karena alam bawah sadarlah yang dapat menggerakkan kita, dan sesungguhnya itu adalah hati. Tidak lupa berbagi hal positif ke orang lain sekecil apapun bentuknya karena ia pasti akan kembali lagi dengan energi yang positif. Reynold juga berpesan dalam kelas berbagi, tidak ada kata terlambat untuk memulai dan tidak ada kata rugi dalam berproses. Mulai buang jauh semua pikiran negatif dan lakukan apa yang harus dilakukan karena egoisme dan sikap buruk tidak menguntungkan bagi diri sendiri.  

Penulis : Zulfa Mutamimul Ula Assakha dan Hasna Roliansya

Categories: Inspirasi GSM

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.