Bagaimana perasaan Bapak/Ibu guru setiap akan memulai hari pertama di tahun ajaran baru? Bagaimana perasaan Bapak/Ibu ketika hendak bertemu dan berdinamika Bersama siswa-siswi baru? Mungkin sebagian merasakan gugup, bersemangat, bahkan cemas. Perasaan-perasaan negatif biasanya muncul karena pengalaman sebelumnya. Hal tersebut wajar dirasakan oleh Bapak/Ibu guru dan itu tidak apa-apa. Namun, pernahkah Bapak/Ibu menerima kabar atau pesan dari salah satu alumni siswa atau siswa yang pernah Bapak/Ibu didik mengatakan bahwa mereka rindu dan senang dulu dididik oleh Bapak/Ibu? Perasaan yang luar biasa bukan, untuk mendapat kabar seperti itu dari siswa yang sudah lama tidak bertemu? Iya, selain kesalahan yang Bapak/Ibu guru rasakan pernah melakukannya, tidak sedikit pula hal-hal positif yang siswa ingat dan itu membekas dalam benak mereka. Ada beberapa hal yang dapat membuat lingkungan kelas/sekolah menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi siswa, sehingga mereka akan selalu mengingat kenangan indah itu. Apa saja ya? Mari kita simak.
- Jarang menggunakan kata “salah”.
Siswa perlu tahu bahwa Bapak/Ibu guru tidak akan begitu saja mengatakan “itu salah” setiap mereka bertanya atau menyampaikan sesuatu. Memulai tahun ajaran baru dengan menerima segala bentuk pertanyaan dan pendapat siswa, sekonyol apapun itu, berarti Bapak/Ibu guru siap menerima dan memahami cara belajar mereka. Kata “salah”, jika diucapkan di dalam kelas sama saja dengan mengatakan “kamu tidak bisa melakukan itu”. Itu bukanlah awal yang baik dan mendukung untuk keberlangsungan proses belajar siswa. Ada banyak cara selain mengatakan “salah” dalam merespon tanggapan siswa, seperti “Ibu pikir mungkin bukan seperti itu” lalu diikuti dengan penjelasan yang mendukung. Jawaban “salah” hanya membuat siswa berpikir “memang saya saja yang salah”, padahal hanya pernyataannya saja yang kurang tepat, bukan dirinya secara keseluruhan.
- Hindari Argumen di Kelas
Rasanya, sebagai guru memiliki situasi yang tidak mengenakkan dengan siswa dan mempertahankannya di dalam kelas akan terlihat lebih buruk daripada sebagai siswa tersebut. Jika memang ada situasi di mana siswa terlihat ingin berargumen atau terlihat tidak kooperatif saat di dalam kelas, cobalah untuk ajak siswa keluar kelas. Sisakan waktu untuk mengambil langkah terhadap masalah tersebut. Begitu mereka sudah menyuarakan keresahan atau masalah mereka, tanggapilah dengan afirmasi yang baik. Setelah mereka tenang, barulah coba kembali ke kelas. Seringkali kita sebagai guru tidak menghiraukan jika ada siswa yang bertengkar atau berselisih paham saat kelas. Seringkali, kita malah membiarkan hal tersebut dan tidak segera mengintervensinya. Hal tersebut dapat membuat masalah makin menumpuk. Selain itu, tindakan menegur langsung siswa tersebut di depan umum dapat menimbulkan dampak yang kurang baik untuk siswa tersebut.
- Afirmasi di Tempat
Terkadang sebagai guru kita ingin mendidik siswa agar tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, dan itu bagus. Akan tetapi, ada hari-hari di mana siswa kita merasa memiliki hari yang buruk dan seperti terlihat putus asa, respon yang bis akita berikan adalah menepuk pundaknya dan katakan “Kamu sudah berusaha dengan baik, nak” atau “Usahamu sudah baik, tidak apa kalau sedih, besok harus kembali semangat, kamu hebat nak”. Tanggapan tersebut bisa memberikan kehangatan dan bisa membuat siswa merasa dipahami. Kita terkadang memang harus tau kapan seorang siswa membutuhkan perhatian dan dorongan lebih.
Setiap guru memiliki caranya masing-masing untuk membangun kepercayaan siswanya. Bisa jadi tips-tips di atas hanyalah Sebagian kecil yang Bapak/Ibu sudah lakukan selama ini. Lanjutkan untuk selalu menjadi rumah kedua untuk siswa. Kepercayaan dan rasa aman siswa lah yang nantinya menjadi modal untuk mereka menjadi orang hebat. Terimakasih Bapak/Ibu guru yang telah mendidik calon-calon orang hebat.
Sumber: https://www.edutopia.org/blog/building-positive-trusting-classroom-jose-vilson
Disusun oleh: Sekar Juang A P
0 Comments