GSM

ZONA HARAPAN – Salah satu kemewahan yang hanya dimiliki oleh anak-anak dan tidak dimiliki oleh orang dewasa adalah keluguan. Kesederhanaan yang belum mendapatkan terlalu banyak distorsi dari realitas dunia membuat anak-anak memiliki cara berpikir yang unik dan lugu. Kemudian seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, keluguan ini akan luntur menjadi sesuatu yang lebih rasional.

Keluguan ini lalu memberikan keberanian bagi anak-anak untuk bermimpi dan memiliki harapan yang besar. Sesuatu yang lagi-lagi kadang tidak dimiliki oleh orang dewasa, orang dewasa cenderung memiliki mimpi dan harapan yang realistis dan pasti-pasti saja.

Pada zona mimpi dan harapanlah kita kemudian akan diajak melihat keluguan-keluguan tersebut. Gerakan Sekolah Menyenangkan memanfaatkan zona mimpi dan harapan ini sebagai media bagi anak-anak untuk menuangkan mimpinya tanpa penghakiman betapapun lugu dan besarnya harapan tersebut.

Wali kelas dua SD Muhammadiyah Mantaran memodifikasi zona mimpi dan harapan ini menjadi zona hijrah, yang pada dasarnya memiliki konsep yang sama dengan zona harapan karena hijrah sendiri secara harfiah berarti pindah. Anak-anak diajak untuk menuliskan harapan hijrahnya tahun ini, sebuah harapan untuk berpindah menuju keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam zona tersebut, seorang anak bernama  Vina memiliki harapan “ingin bisa membaca Al-Quran”, anak lainnya bernama Hafizh “ingin menjadi anak yang sholeh dan pintar”.

Walaupun tampak begitu sederhana, menanamkan harapan pada anak melibatkan proses kognitif yang cukup rumit. Ketika diminta untuk mengungkapkan harapan, anak-anak akan melakukan self perception dan pembentukan motivasi dalam dirinya untuk mencapai harapan tersebut.

Self perception adalah ketika anak-anak akan berusaha untuk mengenali keinginan-keinginan yang ada dalam dirinya yang diwujudkan menjadi harapan. Kemudian motivasi membuat anak-anak belajar untuk memikirkan strategi mencapai tujuan tersebut. Misalnya saja Rafa, ketika dia menuliskan harapan untuk mendapat peringkat satu terus, dia juga harus memikirkan bagaimana cara untuk mecapai tujuan itu. Apakah harus dengan lebih banyak membaca? Ataukah dengan lebih rajin dan memperhatikan penjelasan ibu guru di sekolah? Rafa akan memikirkan strategi-strategi tertentu yang dia rasa efektif untuk mencapai tujuannya.

Lalu kenapa menanamkan harapan ini penting bagi anak-anak? Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan memiliki harapan dan tujuan, anak-anak akan belajar untuk menyusun strategi dalam mencapai tujuan tersebut. Selain itu dia juga akan belajar bahwa untuk mewujudkan harapan dibutuhkan usaha, bahwa suatu harapan tidak bisa terwujud begitu saja tanpa adanya usaha yang berasal dari dirinya sendiri.

Selanjutnya harapan juga berhubungan erat dengan optimisme. Dalam banyak studi positive psychology ditemukan bahwa keduanya saling berhubungan satu sama lainnya. Justin Coulson, seorang parenting expert dari University of Queensland, menyebutkan bahwa anak-anak yang penuh harapan adalah anak-anak yang lebih bahagia dibandingkan dengan anak-anak yang tidak diberi stimulus dan dibiasakan untuk memiliki harapan. Hal itu disebabkan karena mereka hidup dalam keadaan yang optimis bahwa mereka mampu, sehingga biasanya anak-anak yang punya harapan memiliki kepercayadirian yang tinggi.

Keluguan anak-anak memang tidak akan bertahan selamanya. Namun selagi itu masih ada, mari ajak anak-anak untuk memiliki harapan yang besar, untuk tidak takut ketika memiliki mimpi yang tinggi. Setelah itu, tugas guru dan orang tua adalah merawat mimpi-mimpi itu. Juga mendukung dan memberikan pengertian bahwa bermimpi dan memiliki harapan besar itu mungkin terwujud asal dibarengi dengan usaha.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.