GSM

Disiplin merupakan salah satu sikap yang sangat penting untuk dimiliki oleh semua orang. Siswa, guru, pegawai, dan lain sebagainya harus memiliki sikap disiplin karena sikap disiplin adalah salah satu budaya yang pada nantinya akan dicari pada dunia industri kreatif. Tentu penerapan praktik disiplin ini berbeda – beda dalam setiap lembaganya. Namun, yang paling sering disiplin selalu didampingi oleh sebuah kode etik yang dapat mengikat anggotanya sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal ini menjadikan manusia sebagai manusia yang taat akan hukum.

Namun, pernahkah kalian berpikir bahwa siswa, guru atau pegawai cenderung mematuhi aturan atau dengan kata lain memiliki sikap disiplin hanya karena untuk tidak dihukum? Atau mendapat pelanggaran dan lain sebagainya? Memang hal ini bukanlah sesuatu yang salah. Memang bagus jika siswa, guru, pegawai atau lain sebagainya memiliki sikap seperti itu hanya untuk menghindarkan dirinya dari sanksi dan sebagainya. Tetapi jika seperti ini, peraturan yang ada hanya dimaknai sebagai ancaman terhadap eksistensi manusia. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman konsep dan pematangan yang ulang terkait dengan pola pikir kita terhadap disiplin.

Seperti yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Wikan Sakarinto mengaku mendapatkan banyak sekali aduan terkait dengan kemampuan soft skill yang dimiliki oleh lulusan dari pendidikan vokasi. Hal ini dikarenakan banyak sekali yang merasa bahwa anak – anak lulusan SMK dikatakan belum mampu untuk bekerja. Hal ini disinyalir terjadi dikarenakan anak – anak masih senang tidak disiplin dalam menjalankan kegiatan profesional mereka. Pak Diyarko mengatakan bahwa disiplin itu merupakan sikap yang harus dilatih secara terus menerus.

Misalkan saja seperti yang dilakukan oleh siswa – siswi jurusan animasi SMK N 11 Semarang yaitu dengan cara menerapkan one day one project. One day one project merupakan project di mana anak – anak kelas x berkewajibam mengirim minimal 1 karya yang dipublish di sebuah Instagram. Namun, dari kegiatan ini masih saja terdapat beberapa siswa yang tidak konsisten dalam mengirimkan sebuah karya. Hal ini menunjukkan adanya ketidaksadaran yang terdapat dalam diri siswa terkait dengan disiplin dalam mengirim karya.

Diperlukan beberapa metode pendekatan khusus untuk mengatasi masalah ini. Misalnya saja dengan melalui pendekatan social emotional learning. Pendekatan Social Emotional Learning dilakukan agar untuk dapat meningkatkan kesadaran diri pada diri siswa untuk dapat meningkatkan serta bertanggung jawab dalam tugas mereka. Tapi untuk menyadarkan mereka, diskusi dirasa perlu dilakukan kepada siswa – siswi yang mengalami kendala terkait dengan pembelajaran. Dalam diskusi tersebut, siswa – siswi yang tidak mengerjakan tugas diberikan sebuah analogi terkait dengan pegawai yang tidak bisa memperbaiki kinerjanya yang pada akhirnya diberikan surat peringatan. Hal ini membuat siswa semakin sadar terkait dengan kesalahan yang ia buat.

Social Emotional Learning menjadi solusi dalam mendisplinkan diri. Tentu melalui pendekatan inilah siswa diajak berkomunikasi dengan pantikan – pantikan pertanyaan sehingga siswa menyadari atas kesalahan yang dilakukan sehingga berusaha melakukan proses perencanaan, bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi keputusannya.

Salam Berubah, Berbagi, dan Berkolaborasi

Penulis: I Putu Wisnu Saputra

Editor: Nida Khairunnisaa


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.