Pemilu yang merupakan salah satu perwujudan demokrasi dan bentuk partisipasi politik yang bisa dilakukan oleh seluruh warga Indonesia ini tidak jarang menimbulkan pertikaian dan merusak kerukunan antar masyarakat. Momen ini mungkin bisa menjadi saat yang tepat bagi guru dan orang tua untuk mengenalkan anak-anak mengenai bagaimana nilai-nilai demokrasi yang baik.
Kebebasan yang Bertanggung Jawab
Salah satu nilai dari demokrasi adalah kebebasan dalam memilih dan mengungkapkan pendapat. Nilai ini bisa dikenalkan pada anak sejak dini dengan memberinya kesempatan untuk berbicara mengungkapkan perasaan, juga isi pikirannya dengan terbuka. Untuk bisa menanamkan nilai ini, orang tua dan guru terlebih dulu harus menciptakan lingkungan yang aman dan tidak mengancam bagi anak ketika mereka akhirnya berani untuk berbicara. Kebanyakan anak takut untuk mengutarakan apa yang dirasakan dan pikirkan karena orang dewasa yang ada di sekitar anak-anak dirasa terlalu menghakimi. Selain itu apa yang diungkapkan anak-anak sering dianggap tidak terlalu penting hanya karena mereka masih anak-anak.
Dengan memberikan kebebasan dan kesempatan anak-anak untuk berbicara artinya orangtua dan guru telah memanusiakan anak-anak. Anak-anak harus berhenti dipandang sebagai objek yang bisa secara otoriter diatur sesuai dengan kehendak orangtua. Sebagaimana prinsip perkembangan yang diungkapkan oleh Lev Vigotsky, anak secara aktif belajar dari pengalaman dan lingkungan sosial yang ada di sekitarnya. Sehingga ketika anak banyak diberi stimulus dan diberi kesempatan untuk belajar mengungkapkan pendapatnya dengan bebas, anak tersebut akan mengalami perkembangan yang baik.
Gerakan Sekolah Menyenangkan selalu menekankan pada pentingnya menjadikan anak sebagai subjek sehingga mereka harus dihargai apapun pendapatnya. Hal ini secara tidak langsung sudah menjangkau nilai-nilai demokrasi yang ingin dicapai. Salah satu perwujudannya di kelas sekolah model GSM adalah dengan diberikannya kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi secara langsung membuat kesepakatan kelas.
Selanjutnya setelah kebebasan dalam berbicara itu sudah diberikan dan dibiasakan yang juga tidak kalah penting adalah penanaman nilai tanggung jawab. Anak-anak harus dikenalkan pada sikap bertanggung jawab sehingga kebebasan yang mereka lakukan tidak sekedar kebebasan yang tidak berdasar namun sebuah kebebasan yang lahir dari proses kognitif yang matang. Contohnya adalah ketika terlibat dalam pembuatan kesepakatan kelas, anak-anak kemudian harus diajak untuk bertanggung jawab terhadap kesepakatan tersebut karena bagaimanapun kesepakatan itu telah dicapai dengan mufakat.
Menghargai Perbedaan dan Keberagaman
Selanjutnya ketika ada nilai kebebasan, nilai yang tidak mungkin dihindari adalah adanya nilai perbedaan. Lingkungan sekolah adalah lingkungan yang paling ideal bagi anak untuk belajar mengenai nilai perbedaan ini karena ketika guru memberikan kebebasan bagi siswa untuk berbicara, di sana anak akan menyadari bahwa pendapatnya tidak selalu sama dengan teman-temannya. Pengalaman mengenai perbedaan ini penting agar kelak anak-anak tidak tumbuh menjadi orang dewasa yang gagap terhadap perbedaan itu sendiri. Hal ini karena dengan menghargai perbedaan, anak-anak akan belajar bahwa bukan berarti orang yang berbeda dari kita adalah salah dan pendapat kitalah yang paling benar.
Perbedaan dan keberagaman ini juga berhubungan dengan bagaimana empati bekerja. Ketika terjadi perbedaan pendapat, anak-anak yang bisa menghargai pendapat orang lain akan mampu untuk menerima perbedaan itu sebagai suatu hal yang harus diterima dan disyukuri. Dari perbedaan dan keberagaman itu justru akan menghasilkan sesuatu yang berharga jika guru atau orangtua bisa mengakomodasi dinamika perbedaan itu dengan baik.
[Putri Nabhan]
0 Comments