GSM

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa dunia telah bergeser ke dalam sebuah era yang penuh dengan ketidakpastian. Namun, tentu saja dunia bisa beradaptasi tetapi tidak dengan dunia pendidikan yang bisa beradaptasi dengan tempo yang lambat. Tentu hal ini akan menjadi permasalahan bersama yang harus dicirikan solusinya. Ditambah lagi dengan penjelasan mengenai struktur masyarakat yang begitu mencengangkan dari Pak Rizal

Pada waktu itu, Pak Rizal menjelaskan mengenai struktur masyarakat pada masa revolusi industri lama. Struktur masyarakat pada era revolusi industri yang lama didominasi oleh human labour namun menempati posisi paling bawah dalam struktur piramida masyarakat pada masa revolusi industri lama. Lalu di tengah – tengah di isi oleh information processing melalui birokrasi dan institusi. Sementara posisi yang paling atas ditempati oleh orang – orang yang menjadi entrepreneur, artist, top class, etc.

Tetapi dengan hadirnya era revolusi internet, maka human labour akan digantikan dengan otomasi yang dijalankan oleh Artificial Intellegence. Tenaga manusia tidak banyak yang digunakan namun akan digantikan dengan robot – robot yang memiliki daya mekanik yang tinggi. Sementara itu, posisi tengah akan diisi oleh information processing melalui komputasi. Sementara posisi yang paling atas lagi – lagi akan ditempati oleh orang – orang yang menjadi entrepreneur, artist, top class, etc. Namun, permasalahannya adalah jika komputasi dan otomasi semakin kuat maka akan mengancam posisi human labour yang semakin lemah. Lalu bagaimana tanggapan Mas Rizal terkait hal ini?

Sebelum menjawab, Mas Rizal mengajak semua orang yang hadir pada acara tersebut untuk membalikkan struktur piramida yang ada tadi menjadi piramida yang mengkerucut ke bawah. Artinya apa? Proses institusi dan birokrasi serta komputasi itu harus mampu memperbanyak jumlah anak yang entrepreneur, anak yang pandai berinovasi, dan lain – lain. Tentu untuk mewujudkan hal ini semua, maka penting bagi semua pihak yang ada dalam dunia pendidikan atau bukan untuk bersama – sama merevolusi paradigma berpikir yang baru dan bukan hanya sekedar metodologi belaka.

Setelah pemaparan yang begitu dalam dari Mas Rizal, terdapat beberapa refleksi yang disampaikan oleh para peserta yang hadir pada acara tersebut. Refleksi pertama seputar perasaan orang – orang yang hadir pada acara tersebut seperti misalnya:

“Saya sering menyampaikan kepada mahasiswa baru “Apakah jurusan yang anda ambil itu sudah sesuai dengan passion anda atau anda terpaksa mengikuti orang tua atau kawan anda? Anda kalau kami paksa untuk memanjat pohon namun anda adalah seorang ikan, maka anda tidak akan bisa memanjat pohon”. Oleh karena itu, kami ubah kurikulum kami yang lebih menekankan pada minat dan bakat siswa seperti Merdeka Belajar Kampus Merdeka dan kita kuatkan hubungan antara pendidikan dengan dunia industri” – Widodo P.S (Politeknik Negeri Pontianak)

“Jadi saya juga punya pengalaman yang sangat baik dalam dunia pendidikan. Di mana anak saya berkesempatan untuk bersekolah pendidikan yang ada di Australia. Nah ketika pulang, saya sebagai orang tua sudah kewalahan untuk mencari sekolah yang mampu berfokus pada pengembangan minat dan bakat seorang siswa untuk menjadi anak yang mampu bisa berkarya bagi negara nanti. Penjelasan mengenai sekolah yang menyenangkan adalah ketika guru mengerti dan memahami passion seorang anak serta mampu mengembangkan minat dan bakat seorang anak. Kalau bisa pendidikan kita mampu melihat pendidikan yang ada di negara lain sehingga bisa mengubah mindset orang – orang akan pendidikan” – Melinda Muata (Politeknik Pertanian Negeri Kupang).

“Sebenarnya sistem pendidikan kita yang linear itulah yang menjadi hambatan kita selama ini. Namun, dalam merubah sistem pendidikan kita itu masih dibatasi oleh regulasi. Referensi yang disampaikan oleh Mas Rizal dan Pak Wikan bahwa kita harus memiliki daya eksponensial untuk merubah pendidikan kita saat ini” – Ahyar Endiyah (Politeknik Negeri Samarinda)

Pertanyaan pun kembali diacungkan kepada bapak atau ibu yang terlibat dalam acara tersebut. Pertanyaan kedua ini berbeda dengan pertanyaan yang pertama dan berfokus pada apa yang sudah dilakukan oleh bapak atau ibu dalam dunia pendidikan kita?

“Mungkin kedepannya kita akan melakukan workshop yang berkenaan dengan kondisi guru – guru di Indonesia. Kita akan mengundang pakar, orang – orang yang ada di dunia industri, dan praktisi. Kita ingin menghadirkan workshop yang sesuai dengan kurikulum MBKM agar mahasiswa itu tidak bosan” – Widodo P.S (Politeknik Negeri Pontianak)

“Soft Skill saat ini lebih banyak dibentuk dari metode – metode pengajaran yang berbeda. Oleh karena itu, kami biasanya mengadakan metode pengajaran yang unik agar soft skill bisa terbentuk dengan matang. Seperti misalnya presentasi yang mampu menghadirkan keterampilan public speaking” – Melinda Muata (Politeknik Pertanian Negeri Kupang)

“Untuk saat ini yang kampus kami lakukan ialah harus mengubah mindset pada pendidikan kita saat ini. Para pengajar yang ada di kampus kami diminta untuk merubah tatanan lama dalam pembelajaran dan berganti secepatnya ke arah yang lebih baik” – Ahyar Endiyah (Politeknik Negeri Samarinda)

Begitu banyak sekali kegiatan yang sudah dilakukan oleh bapak atau ibu dalam menyikapi dunia pendidikan kita saat ini. Lalu pertanyaan terakhir pun kembali diacungkan mengenai bagaimana cara agar bapak atau ibu bisa survive dengan kondisi pendidikan saat ini?

“Yang jelas pada rapat koordinasi kemarin, Direktur di Politeknik saya sudah meminta kepada seluruh Ketua Jurusan agar menjadwalkan serta membuat rancangan anggara biaya mengenai perbaikan kurikulum. Selain itu, masing – masing jurusan juga melakukan workshop kurikulum berdasarkan Kurikulum MBKM. Selain itu juga dipoles dengan ilmu – ilmu yang didapat dari Gerakan Sekolah Menyenangkan” – Widodo P.S (Politeknik Negeri Pontianak)

“Ini tantangan yang sangat besar bagi kita semua. Tapi khusus di wilayah kami, tidak hanya passion saja yang dibicarakan. Hal ini sangat kompleks yang melibatkan aspek – aspek seperti malnutrition, stunting, dan lain – lain. Kemudian background keluarga menjadi hal yang sangat kompleks. Hal ini sangat challenging bagi kita. Tentu yang bisa kita lakukan adalah dengan menghadirkan praktik pembelajaran yang menyenangkan” – Melinda Muata (Politeknik Pertanian Negeri Kupang)

“Kita sudah launching banyak kegiatan inovasi yang tentunya dilakukan oleh dosen – dosen kepada mahasiswa. Serta semua tatanan lama harus segera ditranformasikan sesuai dengan fokus pendidikan kita saat ini” – Ahyar Endiyah (Politeknik Negeri Samarinda)

Salam Berubah, Berbagi, dan Berkolaborasi

Penulis: I Putu Wisnu Saputra

Editor: Nida Khairunnisaa


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.