GSM

Tepat pada tanggal 15 April 2022, Gerakan Sekolah Menyenangkan baru saja menggelar Workshop Online Sekolah Model GSM yang bertajuk “Membangun Kultur Sekolah Menyenangkan”. Pada acara ini setidaknya kurang lebih 120 guru yang tergabung dalam Gerakan Sekolah Menyenangkan turut hadir. Setelah sesi di hari sebelumnya diisi oleh Pak Rizal, acara kali ini diisi oleh Bu Novi Poespita Candra, Co-Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan.

Gambar 1. Bu Novi (Co-Founder GSM) sebagai narasumber didampingi Bu Oka (guru Komunitas GSM) sebagai moderator

Sebelum pemaparan materi, Bu Novi menceritakan pengalaman disertasinya di Australia. Di sana beliau mengambil disertasi tentang pendidikan dan beliau mendapatkan banyak sekali ilmu dari dosen – dosen yang ada di Australia. Dosen – dosen tersebut mengatakan bahwa kurikulum di negara maju pun seperti Australia bisa mengalami perubahan kurikulum yang begitu cepat tetapi dosen – dosen di sana menghadapinya dengan baik. Dengan kata lain, tidak ada kebingungan sama sekali dalam menghadapi kurikulum yang baru. Hal ini dikarenakan budaya sekolah di Australia sudah maju.

Bu Novi mengatakan bahwa berbagai isu atau masalah seperti masalah yang dialami guru dan siswa dapat teratasi apabila kultur sekolah menyenangkan telah terbangun. Adapun perwujudan dari kultur sekolah menyenangkan tersebut terwadahi dalam 4 area perubahan, yaitu lingkungan belajar yang positif, keterhubungan sekolah, perkembangan personal dan interpersonal, dan pembelajaran berbasis penalaran dan kesadaran diri,” jelas Bu Novi.

Prinsip utama lingkungan belajar positif adalah bagaimana agar sekolah menjadi tempat yang dapat memantik ketertarikan dan menciptakan rasa aman siswa untuk terlibat dan belajar. Belajar tidak hanya mengandung arti membuat tugas tetapi lebih luas lagi, yaitu mengembangkan rasa ingin tahu. Lingkungan belajar positif adalah representasi dari manajemen kelas yang efektif. Manajemen kelas efektif akan diperoleh dari manajemen kelas yang terencana dan jelas.

Beberapa riset mendukung pernyataan bahwa hadirnya iklim positif cenderung menimbulkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar tidak hanya diukur dari nilai tetapi lebih pada keterlibatan anak dalam proses pembelajaran. Selain itu, hadirnya lingkungan belajar yang positif dapat mendorong academic achievement dan academic afficacy pada siswa.

Sementara itu, keterhubungan sekolah adalah cara untuk membangun konektivitas antara anak dengan sekolah, anak dengan keluarga, serta anak dengan masyarakat agar anak – anak menjadi sukses baik di sekolah maupun di masa depan. Dalam membangun keterlibatan atau keterhubungan antara sekolah dengan keluarga dan juga masyarakat bisa menggunakan formula. Formula tersebut berasal dari Epstein’s Framework of 6 types of involvement for School-Family-Community Partnership.

Menurut sejumlah riset, sekolah yang terhubung dengan keluarga dan masyarakat memberikan dampak positif terhadap hasil pembelajaran siswa, seperti bahasa, seni, literasi, sains dan ilmu sosial. Keterhubungan sekolah juga meningkatkan kehadiran siswa di sekolah, aspirasi terhadap pendidikan selanjutnya, dan menurunkan angka drop out. Selain itu, keterhubungan sekolah memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar banyak hal baru, seperti kemampuan leadership dan membantu siswa untuk mengembangkan rencana karirnya di masa depan karena telah terpapar pengalaman – pengalaman nyata di lapangan. Sekolah yang terhubung dengan rumah dan masyarakat juga berdampak pada iklim sekolah yang lebih baik dan budaya sekolah yang lebih terbuka.

Prinsip utama dari area perubahan yang ketiga (perkembangan personal dan interpersonal) adalah menciptakan kesadaran diri sendiri dan mengelola diri, juga kemampuan membangun hubungan dengan orang lain dan lingkungannya. Ini akan membangun rasa aman, penghormatan, serta kepedulian satu sama lain. Bu Novi menjelaskan bahwa untuk melihat area perubahan yang ketiga adalah menggunakan teori perkembangan karakter yang diusung oleh Daniel Goleman. Contoh implementasi teorinya adalah jika anak sudah sadar akan dirinya, maka anak akan memiliki manajemen diri. Jika anak sudah bisa keduanya, maka anak akan memiliki kesadaran sosial. Jika anak sudah memiliki kesadaran sosial, maka anak bisa mengambil keputusan yang menguntungkan bagi dirinya dan relasinya.

Area perubahan yang keempat adalah pembelajaran berbasis penalaran dan kesadaran diri. Bu Novi menjelaskan bahwa penalaran merupakan proses berpikir mengenai suatu hal dengan cara yang logis: pendapat dan ide diperoleh berdasarkan logika berpikir. Pembelajaran sejati dimulai dari rasa ingin tahu anak dan pertanyaan yang anak buat sendiri. Tugas guru dalam pembelajaran berbasis penalaran adalah memantik dengan pertanyaan.

Bagi bapak dan ibu yang ingin menyimak materi penuhnya bisa melalui video di kanal Youtube GSM berikut ini:

https://youtu.be/ONKFkhxVYqU

Salam Berubah, Berbagi, dan Berkolaborasi

Penulis: I Putu Wisnu Saputra


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.