Seperti yang kita ketahui bahwa GSM tidak kenal lelah dalam membuat pendidikan Indonesia menjadi lebih baik, lebih menyenangkan, dan lebih memanusiakan. Tentu dalam mencapai tujuan tersebut, GSM dengan tokoh – tokoh yang bergerak di bidang pendidikan di seluruh Indonesia yang tentunya juga tergabung dalam Komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan terus berusaha memberikan yang terbaik demi kemajuan pendidikan Indonesia. Beberapa tokoh tersebut adalah Pak Sarmidi dan Bu Shinta.
Pak Sarmidi adalah Kepala UPT sekaligus Leader Komunitas GSM di Yogyakarta. Awal mula Pak Sarmidi mengenal GSM adalah pada tahun 2017 saat pertama kali Pak Sarmidi mengikuti seminar yang diadakan oleh GSM. Dari sana, Pak Sarmidi melihat bahwa GSM adalah komunitas pendidikan yang unik. Tidak seperti komunitas pendidikan lainnya yang pada waktu itu sangat mengedepankan nilai. Bahkan pada waktu itu, Pak Sarmidi melihat masyarakat Yogyakarta sangat mengedepankan nilai NEM dan nilai SKHUN. Oleh karena itu, Pak Sarmidi memutuskan untuk bergabung bersama dengan GSM untuk mengubah mindset pendidikan yang selama ini masih salah.
Selama menjalankan tugasnya sebagai Leader GSM, Pak Sarmidi berusaha mensosialisasikan terkait dengan nilai – nilai GSM kepada sekolah – sekolah yang ada di Yogyakarta. Hal ini dilakukan guna memberikan orientasi dan pemahaman terkait dengan hal yang diusung GSM demi merubah pendidikan Indonesia menjadi lebih menyenangkan. Setelah proses sosialisasi, Pak Sarmidi juga mengadakan recruitment kepada sekolah – sekolah yang ada di Yogyakarta untuk masuk bekerja sama dengan GSM untuk mewujudkan pendidikan Indonesia yang lebih baik. Pada awalnya, 10 sekolah bergabung ke dalam GSM tetapi pada akhirnya bertambah menjadi 33 sekolah. Pak Sarmidi berharap agar GSM mampu menggerakkan pendidikan Yogyakarta dan mempertahankan citra Yogyakarta sebagai kota pendidikan.
Pak Sarmidi melihat bahwa fungsi komunitas GSM ini sangat kompleks. Misalnya, saja GSM mampu mengubah mindset guru – guru bahkan tenaga kependidikan terkait dengan apa itu pendidikan sendiri. Jika dahulu, banyak guru yang mengukur keberhasilan pendidikan dari nilai SKHUN dan NEM saja. Berbanding terbalik dengan kondisi sekarang di mana tolak ukur keberhasilan pendidikan bukan diukur dari sana lagi. Selain itu. Pak Sarmidi juga melihat bahwa GSM mampu merubah pendekatan emosional guru kepada anak didiknya. Sehingga hal ini menyebabkan menurunnya angka kasus perundungan di Kota Yogyakarta. Sementara dari sistem pembelajaran, guru berkreasi menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bersama dengan siswa – siswinya.
“Dulu, guru – guru belum mengenal zona kehadiran, zona cita – cita, zona kebaikan, dan lain – lain. Tapi setelah mengenal GSM, akhirnya mereka (guru) mengenal itu semua. Zona kehadiran itu sangat bagus karena mampu mendisiplinkan siswa. Sementara itu, dari segi pendekatan pembelajaran yang khas dimiliki oleh GSM yang juga diterapkan oleh guru – guru yang tergabung dalam GSM yaitu Home Based Learning mampu menciptakan kerjasama antara orang tua dengan guru bahkan siswa sendiri dalam menginisiasi terbentuknya pembelajaran yang menyenangkan” Ujar Pak Sarmidi.
Pak Sarmidi menjelaskan bahwa pada awal sosialisasi yang dilakukan oleh beliau, tidak banyak guru langsung ikut untuk melakukan perubahan. Terkadang hanya ada beberapa guru saja yang mau untuk ikut berubah. Guru tersebut rata – rata adalah guru muda.. Sementara guru – guru yang sudah lama biasanya lebih mempertahankan cara mengajarnya yang konvensional. Hal ini cenderung menjadi hambatan tersendiri. Selain itu, diskriminasi antar guru juga terkadang terjadi. Hal ini juga menjadi hambatan tersendiri.
“Beberapa sekolah pernah bercerita pada saya bahwa guru – guru yang bergabung ke dalam GSM mengalami bullying dari guru seniornya. Tetapi ternyata justru akhirnya guru – guru yang dibully tersebut dapat mengatasi hal itu sendiri karena terjadi diskusi kecil yang diadakan oleh GSM” Ujar Pak Sarmidi.
Pak Sarmidi juga menekankan bahwa komunitas GSM dapat berfungsi sebagai support system bagi guru – guru yang tergabung di dalamnya.
“Komunitas emang bisa sebagai support system ya. Di situ semua bisa terpecahkan. Curhat terkait dengan program pembelajaran, bagaimana mengatasi anak-anak nakal, saling tukar pengalaman, dan lain sebagainya.” Ujar Pak Sarmidi.
Hal ini sama sepertui yang dirasakan oleh Bu Shinta sendiri. Bu Shinta pun kembali menjelaskan mengenai fungsi nyata yang dirasakan oleh Bu Shinta setelah mengikuti komunitas GSM adalah beliau akhirnya bisa bertemu dengan rekan – rekan yang memiliki ketertarikan yang sama bahkan menjadi tempat sharing dalam memecahkan sebuah permasalahan.
“Saat merasa terasing karena banyak tekanan dari rekan sejawat. Komunitas GSM menguatkan saya karena GSM menjadi wadah untuk charging semangat, sharing dengan teman-teman, bahkan berinovasi” Ujar Bu Shinta.
Cerita yang disampaikan oleh Pak Sarmidi dan Bu Shinta dapay menjadi kisah inspirasi yang patut diapresiasi. Bu Shinta dan Pak Sarmidi berharap agar rekan guru yang lainnya di seluruh Indonesia dapat menerapkan praktik baik yang mampu membuat pembelajaran menjadi lebih memanusiakan manusia dan menuntun mereka menjadi manusia yang utuh.
Salam Berubah, Berbagi, dan Berkolaborasi!
Penulis: I Putu Wisnu Saputra
0 Comments