Tepat pada tanggal 24 Maret 2022 kemarin, Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) sukses menggelar acara Nga(k)ji Pendidikan dengan tema “Kultur Sekolah atau Kurikulum?”. Bapak Muhammad Nur Rizal, Founder GSM, bersama dengan ratusan peserta dari kalangan pendidik maupun non-pendidik berdiskusi mengenai pentingnya kultur sekolah.
Menurut Pak Rizal, kultur sekolah adalah misil (peluru) utama sekolah masa depan. Sebab kultur sekolah adalah proses menstabilkan seseorang untuk mampu hidup dalam suatu budaya tertentu dan menjadi versi terbaiknya. Ketika anak sudah menjadi versi terbaiknya, maka anak tidak akan khawatir dengan masa depannya. Dia akan menjalani kehidupan setelah sekolah dengan senang karena sudah memiliki rencana yang matang.
Kultur ini berisikan harapan, mimpi, dan makna yang jarang didialogkan oleh kurikulum di kelas-kelas. Padahal cara bertindak selama di sekolah dipengaruhi oleh kultur. Fenomena gunung es agaknya cukup menggambarkan bagaimana kurikulum pendidikan kita saat ini dipenuhi oleh mata pelajaran, teori, dan konten kurikulum yang sering dijadikan tolak ukur dalam menilai kesuksesan lembaga pendidikan. Padahal di baliknya ada hal lain yang boleh jadi lebih berperan, seperti kultur sekolah, partisipasi, dan nilai-nilai.
Kultur sekolah diumpamakan sebagai pondasi, sedangkan kurikulum diumpamakan sebagai sekat – sekat ruangan rumah. Kurikulum yang tidak didasari oleh kultur sekolah ibarat ruangan tanpa pondasi yang baik. Oleh sebab itu, GSM terlebih dahulu ingin membangun kultur sekolah yang mengandung share beliefs (keyakinan bersama) dan core values (nilai-nilai utama). Share beliefs dan core values adalah “pilar” yang harus dikuatkan dan jika keduanya sudah kuat, maka tinggal ditambahkan “sekat”-nya saja.
Adapun, GSM membangun kultur sekolah melalui A Whole School Approach yang terdiri dari 4 area, yaitu lingkungan belajar positif; keterhubungan sekolah dengan anak, orang tua, dan masyarakat; pengembangan personal dan interpersonal; dan pembelajaran berbasis penalaran dan kesadaran.
Rekaman acara “Ng(k)aji Pendidikan: Kultur Sekolah atau Kurikulum?” bisa disimak kembali melalui video berikut ini:
Salam Berubah, Berbagi, dan Berkolaborasi
Penulis: I Putu Wisnu Saputra
0 Comments