GSM

Perkembangan teknologi era digital 4.0 membawa kita pada disrupsi teknologi. Disrupsi teknologi adalah perubahan sistem teknologi digital secara fundamental di mana teknologi digital atau robot mampu mengubah peran dan menggantikan pekerjaan manusia. Menurut Pak Rizal selaku Founder GSM dalam Rapat Kerja MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) SMK DIY Tahun 2022, di Hotel New Saphir, Yogyakarta, pada Selasa (11/1/2022) menyatakan bahwa dampak terburuk yang ditimbulkan dari disrupsi teknologi ini adalah manusia kehilangan kodratnya sehingga apabila anak didik kita tidak dibekali, tidak dipersiapkan, serta tidak diimbangi dengan pendidikan karakter (soft skill) yang cukup, maka akan menghasilkan generasi muda yang tidak berguna (useless generation). Padahal Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi pada tahun 2035 mendatang.

Artinya apa? Indonesia akan berada pada suatu keadaan di mana penduduk yang masuk usia produktif jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. “Namun, apabila anak mudanya tidak produktif, tidak bernalar, tidak mampu memecahkan persoalan nyata, tidak mampu menciptakan inovasi-inovasi di berbagai sektor bidang dengan cara-cara baru, maka bonus demografi akan berubah menjadi bumerang demografi atau bencana demografi”. Ujar Pak Rizal. Lebih lanjut, dalam kesempatan yang sama Pak Rizal juga menyampaikan bahwa seseorang dapat berinovasi dan menciptakan suatu teknologi apabila berbicara masa depan. Berbicara masa depan ini menandakan bahwa seseorang memiliki pikiran yang visioner dan tentunya adaptif dalam perubahan.

Founder GSM, Muhammad Nur Rizal dalam Rapat Kerja MKKS SMK DIY Tahun 2022, di Hotel New Saphire, Yogyakarta, pada Selasa 11 Januari 2022.

Menurut Pak Rizal, jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka untuk menyikapi disrupsi teknologi adalah dengan perubahan mindset dari para pemangku pendidikan (stakeholder sekolah) bukan kurikulum dan kebijakannya. Kurikulum dan kebijakan memang akan mempercepat proses perubahan, tetapi yang paling utama adalah perubahan mindset, mental, dan cara berpikir karena itu sebagai kunci dasar yang akan membawa dampak jangka panjang ke depan dan berkelanjutan sehingga bonus demografi akan bisa kita hadapi sebab kita telah menyiapkan generasi muda yang memiliki kemampuan (soft skill) yang dibutuhkan di era mendatang, di mana soft skill tersebut tidak mampu digantikan oleh teknologi secanggih apapun dan itu yang dibutuhkan serta dicari oleh dunia pekerjaan.

Dengan demikian, fokus kita sebagai pemangku pendidikan, khususnya bagi para pendidik yang berinteraksi langsung dengan generasi muda penerus bangsa adalah bagaimana kita dapat memberi ruang eksplorasi kepada anak didik agar mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, menuntun kodrat yang dimilikinya, dan mengasah kemampuan soft skill setiap anak. Itu semua menjadi PR kita bersama yang harus kita renungkan dan refleksikan untuk bergerak bersama menciptakan perubahan.

Salam, Berubah, Berbagi, dan Berkolaborasi.

Penulis: Nazula Nur Azizah

Editor: Nida Khairunnisaa


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.