Blog
Merombak Paradigma Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan Proyek Solar Updraft Tower ala Bu Sabila
- December 1, 2020
- Posted by: admin_gsm
- Category: Ensiklopedia GSM

Pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia telah membuat banyak perubahan diberbagai sektor kehidupan. Salah satunya pada sektor pendidikan. Kondisi ini memaksa para pemangku kebijakan untuk mengalihkan aktivitas belajar dan mengajar dari yang awalnya dilaksanakan secara tatap muka menjadi pembelajaran daring atau sering disebut PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).
Tidak berhenti disitu saja, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini masih dirasa kurang efektif untuk dilaksanakan. Fasilitas seperti Internet, alat komunikasi dan sinyal menjadi masalah utama yang dihadapi oleh siswa maupun pengajar. Kesadaran orang tua pun ikut andil dalam keberhasilan PJJ ini karena tanggungjawab dalam mengawasi dan mendampingi anak kini ada ditangan orang tua sepenuhnya.
Tidak jarang, keluhan dari orang tua terkait tugas yang diberikan sekolah ke anak dalam jumlah yang banyak menjadi perbincangan utama dalam dunia pendidikan. Sehingga, permasalahan fatal seperti kasus bunuh diri, maupun pembunuhan oleh orang tua ke anak, yang disebabkan oleh PJJ bermunculan. Inilah akibat apabila PJJ hanya dimaknai sebagai “perpindahan” konten belajar konvensional dari tatap muka ke daring. Makna pendidikan yang sebenarnya semakin tidak tersampaikan dalam PJJ ini.
Dalam kondisi krisis seperti saat ini GSM ikut andil dalam menyelesaikan permasalahan pendidikan di masa pandemi seperti saat ini. PJJ seharusnya dimaknai dengan rumah sebagai pusat pendidikan dan lingkungan sebagai sumber bahan pelajaran dari pendidikan itu sendiri. Maka dari itu, GSM mencetuskan strategi yang tepat dalam pembelajaran jarak jauh yaitu pembelajaran berbasis rumah atau HBL (Home Based Learning) yang menjadi inspirasi pembelajaran bagi para guru agar tetap dapat mengajar dengan efektif dan sesuai esensi walaupun dilaksanakan secara daring.
Ibu Sabila salah satunya, seorang guru Sekolah Dasar (SD) kelas 4 di SD MI Al Husna, menerapkan proyek HBL pembuatan solar updraft tower. Proyek ini mengajak anak-anak untuk berperan sebagai ilmuwan layaknya Einstein dengan membuktikan melalui percobaan bahwa energi matahari (solar) dapat diubah menjadi energi gerak. Alat dan bahan yang digunakan cukup sederhana dan murah, ditambah cara kerja yang mudah sehingga tidak terlalu membebani siswa. Berikut informasi terkait alat dan bahan serta cara kerja pembuatan percobaan ini.
Alat dan Bahan :
- Tiga buah kaleng bekas
- Dua buah buku paket
- Lakban dan solasi
- Kawat
- Kertas lipat
- Gunting
Cara kerja :
- Siapkan alat dan bahan yang digunakan.
- Selanjutnya buatlah tower menggunakan tiga buah kaleng bekas yang sudah ada. Lalu susun ketiga kaleng secara vertikal dan rekatkan masing-masig kaleng menggunakan lakban.
- Kemudian buatlah kincir angin dengan kertas lipat dan kawat sebagai tangkainya.
- Rekatkan tangkai kincir angin di bagian atas tower yang dibuat dari tiga buah kaleng bekas tadi menggunakan solasi.
- Ambil dua buah buku paket lalu letakkan secara sejajar keduanya dengan jarak kurang lebih 4 cm.
- Letakan rangkaian kincir angin dan kaleng ke tengah kedua buku paket, sehingga pada bagian bawah kaleng masih terdapat ruangan.
- Solar updraft tower sederhana sudah jadi. Jemur kurang lebih 1 jam dibawah sinar matahari lalu kincir angin akan mulai bergerak.

Dari proyek ini, Ibu Sabila secara tidak langsung telah merombak paradigma PJJ yang sebelumnya sangat monoton dan terpisah masing-masing mata pelajarannya sehingga pembelajaran tidak kontekstual. Proyek ini merupakan perpaduan antara tiga mata pelajaran yakni IPA tentang sumber energi matahari, Matematika, dan Bahasa Indonesia tentang pembuatan laporan sederhana. Sehingga, kompetensi dasar (KD) pelajaran tetap dapat terpenuhi walaupun pembelajaran tidak monoton terpaku pada buku bacaan saja melainkan dengan aktivitas yang menyenangkan. Inilah yang menjadi panduan oleh guru-guru GSM dalam membuat pembelajaran berbasis Home Based Learning, tidak lepas dari kompetensi dasar kurikulum, namun pembelajaran tidak monoton dan menyenangkan.
Berubahnya paradigma PJJ dengan strategi pembelajaran HBL ini secara tidak langsung mampu menanamkan sifat ketangguhan pada anak dengan mengajak para muridnya untuk tetap produktif dan kreatif di rumah dengan membuat sebuah “mainan anak” meskipun di tengah keterbatasan interaksi di masa pandemi ini. Bu Sabila menekankan pada muridnya bahwa barang-barang bekas seperti kaleng, kertas bekas, dan barang-barang bekas yang ada disekitar kita dapat dibuat menjadi barang yang lebih berguna.
Ibu Sabila pun juga mengaku bahwa pembelajaran strategi HBL ini sangat efektif diterapkan saat PJJ seperti saat ini. Banyak siswa yang senang dengan aktivitas yang dapat di-eksplore sendiri dibanding hanya membaca dan mengerjakan tugas pada buku pelajaran. Dengan itu juga kita dapat memberi ruang seluas-luasnya bagi siswa dalam belajar dengan caranya masing-masing dan tidak terikat dengan aturan yang dapat membebani siswa dalam belajar di masa seperti saat ini.
Penulis: Aditya Latiful Azis
Penyunting: Adinda Putri Pertiwi
Bu Sabila soso Guru yang hebat, luar biasa, jika banyak guru seperti Ibu maka Indonesia akan dipenuhi dengan Kreator dan Inovator handal yg membuat negri kita Berjaya,
Aamiiin, semoga akan terus muncul sosok-sosok seperti bu Sabila 🙂