Beberapa waktu lalu, guru GSM yakni Bu Ratih Kumala Dewi dari SDN Pendulan, Sleman, menghadiri agenda rutin guru komunitas GSM jenjang SD di Kulon Progo, Yogyakarta. Dalam agenda rutin tersebut, guru-guru sharing atau membagikan cerita dan pengalamannya ketika ingin mewujudkan sekolah yang menyenangkan. Nyatanya, guna menciptakan sekolah yang menyenangkan adalah dengan turut mengajak serta mengikutsertakan orangtua/wali siswa untuk berpartisipasi dan terlibat aktif dalam kegiatan yang kaitannya dengan memajukan sekolah.
Tentunya, orangtua/wali siswa ini datang dari berbagai latar belakang yang berbeda, ada yang berprofesi sebagai buruh pabrik, petani, dosen, pegawai negeri, dan sebagainya. Hal ini menjadi tantangan pihak sekolah, utamanya guru untuk mengajak bertemu dan berkumpul dengan maksud memberikan sosialisasi dan motivasi terkait konsep GSM. Namun, tantangan yang ada tidak menjadi penghalang sebab guru-guru komunitas di Kulon Progo mampu menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan dan memberikan kesempatan sosialisasi tersebut.
Dari hasil pertemuan dan diskusi dengan orangtua/wali siswa, diperoleh satu titik temu yaitu orangtua/wali menjadi tersadar kembali bahwa mereka memegang peranan penting untuk kemajuan pendidikan anak-anaknya. Sekolah bukanlah sebuah tempat penitipan.
Masih kah ingat gagasan Ki Hadjar Dewantara terkait Tri Sentra Pendidikan?
Tri Sentra Pendidikan atau Tiga Pusat Pendidikan menerangkan bahwa pendidikan berlangsung di tiga lingkungan yang terdekat dengan anak, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiganya memiliki peran di dalam proses pendidikan anak, serta saling mengisi, melengkapi, dan memperkuat satu dengan yang lainnya. Tanggung jawab pendidikan tidak sepenuhnya ada pada sekolah, namun ada peran keluarga dan masyarakat di dalamnya.
Maka dari itu, sudah saatnya orang tua kembali ke sekolah untuk saling bekerja sama dan bergotong royong menciptakan iklim sekolah yang baik, bagus, dan menyenangkan. Artinya, dalam hal ini pihak sekolah pada saat merancang dan mendesain iklim sekolah yang dicita-citakan bersama adalah dengan melibatkan orangtua/wali siswa, membuka ruang dialog dan diskusi. Sekolah tentu memaklumi kesibukan yang dimiliki orangtua/wali siswa sehingga sekolah tidak boleh memaksa dan tidak memiliki target ataupun batasan waktu untuk terus melibatkan orangtua/wali, semua dapat disesuaikan dengan jadwal masing-masing orang tua/wali supaya tidak memberatkan.
Apa yang didapat dari melibatkan orangtua/wali kembali ke sekolah? Tentu banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan dan dilihat. Sekolah dan ruang kelas yang sebelumnya terkesan kaku, kuno, membosankan berubah menjadi tempat yang nyaman, bersih, menarik, dan menyenangkan sehingga berdampak pada semangat dan antusias siswa dalam proses pembelajaran. Siswa menjadi senang belajar dan betah berada di sekolah. Sekolah menjadi tempat bermain sekaligus belajar yang menyenangkan. Perubahan itu semua terjadi atas partisipatif orang tua/wali siswa yang terlibat aktif berkontribusi memberikan dukungan dan tenaganya membantu memperbaiki, merawat, dan mengembangkan sekolah. Tanpa campur tangan orangtua/wali, mungkin sampai dengan saat sekolah dasar di Kulon Progo masih memiliki wajah lama yang belum terlihat perubahannya.
Salam, Berubah, Berbagi, Berkolaborasi.
Penulis: Nazula Nur Azizah
Editor: Nida Khairunnisaa
0 Comments