Indonesia, dengan kekayaan budaya, bahasa, dan sumber daya alamnya, terus menunjukkan Bhinneka Tunggal Ika sebagai kekuatannya untuk bersatu. Dalam rangka memperkokoh semangat ini, Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) mengadakan “Cross-learning Nusa Cita” sebagai sebuah inisiatif untuk mempererat hubungan antarsekolah di seluruh nusantara.
Cross-learning Nusa Cita adalah ruang ketiga yang diciptakan oleh GSM untuk memfasilitasi siswa-siswa dari berbagai daerah di Indonesia dalam berbagi cerita, pengalaman, dan kecintaan mereka terhadap Nusantara. Kegiatan ini tidak hanya sekadar pertukaran informasi, tetapi juga sebagai sarana membangun kesadaran akan keberagaman budaya dan nilai-nilai kebangsaan.

Kegiatan ini melibatkan kolaborasi antara guru dan siswa dari berbagai sekolah di Indonesia. Guru memainkan peran penting dalam membimbing siswa dalam persiapan untuk berbagi materi, baik dalam bentuk cerita langsung, foto, video, atau presentasi lainnya.
Pendiri GSM, Muhammad Nur Rizal, mengungkapkan bahwa kegiatan ini hadir untuk mencapai daya kritis masyarakat dan daya budaya masyarakat Indonesia menjadi yang lebih baik.
“Cross-learning Nusa Cita hadir untuk menghadirkan pengalaman nyata tentang kebhinekaan Indonesia. Melalui kegiatan ini, diharapkan siswa dapat membangun empati dan kesadaran sosial di tengah-tengah tantangan dan dinamika kebangsaan yang sedang kita hadapi,”
“Jika ditarik ke yang lebih luas, kegiatan ini bisa membangun suara-suara tentang masa depan demokrasi itu bisa dilakukan dengan cara yang lebih akar rumput dan lebih bisa diterima oleh semua kalangan. Daya kritis dan daya budaya untuk berkebudayaan masyarakat Indonesia akan lebih baik sehingga menopang kualitas demokrasi dan etika demokrasi dalam masyarakat,” tambah Rizal.
Kegiatan Cross-learning Nusa Cita GSM dipersiapkan sejak awal bulan Februari 2024, dan dilaksanakan selama satu minggu penuh mulai dari 15 – 21 Februari 2024 di seluruh daerah-daerah di Indonesia. Peserta kegiatan ini diikuti oleh kolaborasi antara guru dan murid dari sekolah-sekolah mulai dari jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA. Sekolah-sekolah dan guru-guru dari provinsi Jawa Barat, Banten, DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan bahkan Papua mengikuti persiapan kegiatan Cross-learning Nusa Cita untuk mencapai kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan ruang ketiga di hari H acara ini.
Selain itu, Lily Halim sebagai Tim Internal GSM menambahkan, “Cross-learning Nusa Cita ini strategis untuk ngasih ruang perjumpaan bagi anak-anak untuk melihat keberagaman, baik dari segi suku, agama, bahasa dll. Jadi membangun keberagaman budaya bukan hanya bagian dari mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) aja, tetapi perlu ada ruang perjumpaan secara langsung,”
Pada hari H, acara dibuka secara daring dengan para peserta yang mendaftar untuk dibimbing oleh guru-guru dari berbagai sekolah. Siswa bergantian membagikan pengalaman mereka yang juga didampingi oleh guru. Setelah itu, ada video menarik tentang proses cross-learning serta refleksi siswa atas pengalaman yang mereka dapatkan.

GSM selalu menanamkan nilai-nilai kolaborasi di setiap gerakannya, tidak terkecuali Cross-learning Nusa Cita. “Cross-learning ini sebagai upaya bagaimana membangun kolaborasi antar daerah dan antar jenjang yang sebelumnya belum pernah diadakan. Ini adalah small step untuk memberikan perubahan dan dampak besar karena lebih mengedepankan kolaborasi dan bukan kompetisi,” ucap Ali Shodikin sebagai pegiat sekaligus leader komunitas GSM Jawa Tengah.
Refleksi dari salah satu peserta, Ifran Dzaky dari SMA Negeri 2 Temanggung, menunjukkan apresiasi yang mendalam terhadap kegiatan ini. “Saya merasa terhormat dan merasa senang karena telah diberi kesempatan untuk berbagi cerita dengan siswa di daerah lain, dan lebih memahami daerah lain yang selama ini tidak saya ketahui. Selain itu dengan diadakannya cross-learning ini dapat memberikan gambaran kepada adik-adik untuk menuju jenjang yang lebih tinggi dan lebih mempersiapkan diri untuk itu,”
Cross-learning Nusa Cita yang diadakan GSM bukan sekadar kegiatan pendidikan biasa. Ini adalah upaya konkret untuk membawa pendidikan Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu untuk menanamkan nilai-nilai kebhinekaan, empati, dan kesadaran sosial pada generasi penerus bangsa.
Refleksi Murid-Murid pada Kegiatan Cross-learning Nusa Cita
Selain itu, dampak kegiatan juga terlihat pada perjumpaan dengan perbedaan latar belakang.
Hal ini memberikan sebuah pengalaman baru bagi para murid, seperti membuat dari yang tidak tahu menjadi tahu. Para murid juga belajar mengenai inklusi, yaitu salah satunya dengan menerima berbagai perbedaan di Indonesia.
Penulis: Ratu Mutiara Kalbu
0 Comments