Dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Sleman yang ke-301, pemerintahan daerah memberikan imbauan pada sekolah-sekolah di kawasan tersebut untuk melaksakan upacara bendera dengan menggunakan bahasa Jawa. Selain untuk mengingatkan kembali mengenai pentingnya melestarikan bahasa daerah, hal ini juga merupakan langkah yang positif untuk kembali mengingat bahasa Jawa sebagai bahasa ibu.
Ada hal yang spesial terjadi pada tanggal 15 Mei lalu, sekolah-sekolah di kawasan Kabupaten Sleman dengan antusias melaksanakan upacara bendera dengan menggunakan bahasa Jawa. Hal itu dilaksanakan dalam rangka hari jadinya Kabupaten Sleman yang ke-301. Beberapa sekolah model GSM yang turut melaksanakan upacara tersebut diantaranya adalah SDN Muhamadiyah Mantaran, SDN Ngebelgede 2, SDN 2 Sleman, SDN Trimulyo, SDN Karangmloko 2, SDN Pendulan dan juga SMPN 2 Sleman. Beberapa sekolah bahkan melaksanakan upacara lengkap dengan menggunakan pakaian khas Yogyakarta berupa kebaya dan beskap. Selain itu ada juga sekolah yang sehabis melaksanakan upacara kemudian melakukan perlombaan-perlombaan menarik dan juga melakukan pembagian bingkisan pada masyarakat yang kurang mampu.
Himbauan untuk melakukan upacara dengan menggunakan bahasa Jawa ini merupakan kesempatan untuk kembali merefleksikan bagaimana bahasa daerah kini sudah mulai ditinggalkan dan tergerus oleh modernisasi. Banyak orang-orang yang menganggap bahwa bahasa daerah tidak penting dibandingkan dengan bahasa asing seperti Inggris. Tentu kemampuan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional penting dan dibutuhkan sebagai penunjang banyak aspek dalam kehidupan. Namun, bahasa Jawa sebagai bahasa ibu juga tidak kalah penting untuk dikenalkan dan dibiasakan karena bisa berdampak positif bagi perkembangan anak terutama jika dilakukan pada tahun awal kehidupannya.
Banyak penelitian yang mengungkapkan pentingnya bahasa ibu, salah satunya menyebutkan bahwa ketika anak mengembangkan kemampuan bahasa ibunya, mereka akan juga secara simultan mengembangkan kemampuannya dalam berpikir kritis dan literasi. Hal ini bisa terwujud ketika orang tua dan caregiver lain memiliki cukup waktu yang dihabiskan bersama anak dengan bercerita atau berdiskusi dengan anak menggunakan bahasa ibu. Dengan pembiasaan itu, anak yang mampu untuk memahami konsep dan kosa kata bahasa ibunya dianggap lebih mampu untuk belajar di sekolah dan sukses secara edukasi (Cummis, 2001). Lebih jauh lagi dalam penelitian lainnya, anak-anak yang menguasai bahasa ibu sejak dini menunjukkan bahwa mereka lebih mudah dalam menguasai hal-hal konseptual seperti tata krama dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan pentingnya bahasa ibu sebagai bahasa pertama yang harus dikuasai anak.
Tidak hanya sampai di situ saja, ketika anak pada masa balita sudah mampu untuk menguasai bahasa ibu, dia akan lebih mudah dalam mempelajari bahasa asing lainnya. Kefasihan dan kemampuan literasi anak dalam bahasa ibu membentuk fondasi yang kuat secara kognitif dan linguistik yang matang bagi anak, sehingga dia lebih siap dalam mempelajari bahasa lainnya yang diajarkan, baik itu bahasa Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Arab, ataupun bahasa lainnya.
Maka dari itu, terus melestarikan bahasa jawa dengan mengajarkan dan membiasakannya pada anak-anak adalah hal yang sangat positif karena akan berkontribusi langsung pada pelestarian budaya dan juga perkembangannya secara keseluruhan.
[Putri Nabhan]
Referensi :
Cummis, Jim. 2001. Bilingual Children’s Mother Tongue : Why is it Important for education?. SPROGFORUM: University of Toronto
0 Comments