GSM

Banyak dari kita yang merasa ‘kurang yakin’ terhadap apa yang kita lakukan. Banyak pula dari kita yang risau terhadap ‘apa yang bisa kita lakukan’. Lebih dari itu, ada juga yang merasa ‘kesulitan memahami keunikan diri’ karena sukar menemukan potensi dirinya. Tidak jarang pula yang ‘kebingungan untuk mengembangkan potensinya’ yang sudah diketahui. Sehingga, tidak sedikit yang menghabiskan banyak tenaga karena bergulat dengan pikiran untuk menjadi versi terbaik dari potensi yang ada dalam diri.

Hal tersebut menjadi kegelisahan banyak anak muda dalam jalannya menghadapi ‘kehidupan sebenarnya’ setelah menuntaskan pendidikan 12 tahun di bangku sekolah. Beberapa yang melanjutkan ke jenjang perkuliahan kebingungan memutuskan minat jurusan yang akan diambil, beberapa lainnya yang memilih berkecimpung langsung dengan dunia kerja juga masih kurang yakin dengan potensi apa yang dapat mereka tawarkan. Kebingungan yang demikian juga dialami oleh salah satu anak muda yang terlibat dalam GSM, ia adalah Adit. 

Adit merupakan salah satu anak muda GSM yang baru saja lulus dari jenjang sekolah menengah. Ia memutuskan untuk gap year dan memilih bekerja sambil menyiapkan kuliah yang ia nantikan. Setelah lulus, Adit mempertanyakan kembali hal yang menjadi passion-nya selama sekolah. Ia mengatakan “Karna kan kalau kita lulus SMA/SMK itu kan kalo gak kuliah ya kerja gitu kan. Jadi ngerasa kayak mempertanyakan kembali gitu, terkait 9 tahun ini kita dapet apa aja sih” Seperti itu hal yang ia curahkan.  

Menurutnya, menemukan potensi diri itu sangat penting sebagai caranya dalam berkontribusi untuk kehidupan sebenarnya. Adit menjelaskan “Menurut saya sih selama manusia itu hidup, potensi diri itu sangat penting. Jadi, potensi diri ini ibaratnya senjata umat manusia untuk menghadapi dunia. Jadi, gimana caranya mereka itu survive ya mereka diberi potensi diri. Makanya, potensi diri ini memang harus dikenalkan untuk mengetahui jati diri sebenarnya untuk menghadapi kehidupannya masing – masing.” Seperti itu menurutnya. 

Ia merasa bahwa dunia saat ini berjalan disruptif dengan perubahan dan banyaknya inovasi yang semakin tidak terduga. Sehingga, dibutuhkan kemampuan beradaptasi dengan cepat melalui potensi yang dimiliki oleh masing – masing individu. Selan itu, melalui potensi diri, ia juga mendapat pemahaman bahwa dirinya diciptakan dengan keunikan yang berbeda dari setiap temannya. Begitu pula dengan teman – temannya yang juga memiliki perbedaan khas yang tidak dapat diseragamkan.  

Melalui pemahaman akan dirinya, ia menjadi lebih menghargai orang lain dengan perbedaan yang ada. Ia mengatakan “Jadi, memang dengan cara memahami potensi diri ini, setiap orang jadi lebih paham gitu, jadi bisa menghargai orang lain. Jadi punya standar hidupnya masing – masing. Jadi bisa mengenalkan banyak hal tentang keberagaman umat manusia. Karena setiap orang berbeda itu, kita harus berkolaborasi” Adit juga mengajak andil berkolaborasi dengan menyatukan keberagaman yang ada untuk berkontribusi dalam tatanan kehidupan.  

Dalam perjalanannya, Adit menceritakan bahwa ia menemukan potensi yang ada dalam dirinya secara tersirat melalui hal yang ia sukai. Ia bercerita bahwa dirinya gemar mengerjakan banyak latihan soal sejak duduk di bangku SMP. Terutama untuk pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika. Bahkan, ia sempat khawatir apabila dirinya tidak dapat melakukan hobinya tersebut ketika ia kerja nanti. Oleh karena itu, Adit mulai berpikir untuk menjadi seorang guru karena ia merasa bahwa dirinya memang tertarik dengan pendidikan dan gemar mengajar. Hobinya itu masih ia lanjutkan hingga sekolah menengah. Di sekolah menengah, ia mulai banyak mengulik lebih jauh mengenai dunia pendidikan sebagai caranya mengembangkan potensi yang dimilikinya. 

Adit bercerita bahwa “ Karena memang dari kelas 9 saya sudah merasa senang sekali dengan dunia pendidikan, mengajar lebih tepatnya. Jadi sejak kelas 10, Sudah mulai mencari tahu lebih banyak tentang pendidikan. Mulai mikirin juga kekhawatiran saya dengan pendidikan di Indonesia. Sampai akhirnya, saya menemukan buku yang judulnya ‘Ki Hadjar Dewantara Menawarkan Masa Depan’ dan buku tentang Quantum Learning. Dua buku itu yang membawa saya menjadi lebih peduli dengan dunia pendidikan” Seperti itu ujarnya. 

Selain itu, Adit juga mulai mempelajari banyak hal yang berhubungan dengan psikologi pendidikan. Wawasan tersebut ia dapat melalui kakaknya  yang mengambil jurusan Bimbingan Konseling di perkuliahan. Adit bercerita “Jadi banyak dapet cerita tentang hal itu dari mbak. Tentang pembelajaran, tentang memahami anak, tentang psikologi anak. Jadi perjalanan saya untuk menemukan potensi saya itu berkaitan dengan pendidikan dan Sains. Jadi ya itu tadi, saya mengenal potensi saya itu justru dari hal hal kecil” Seperti itu katanya.

Adit mengatakan bahwa untuk menemukan potensi diri sendiri adalah dengan memahami diri sendiri melalui perhatian terhadap hal – hal kecil yang disukai. Menurutnya, potensi diri yang masih terpendam hanya dapat dengan maksimal digali oleh diri sendiri dibandingkan dengan orang lain. Ia menjelaskan bahwa yang paling memahami jati diri hanyala kita sendiri, orang lain hanya dapat membantu, namun tidak lebih. Ia menambahkan “Jadi coba deh lihat ketertarikan kita itu tentang apa. Jadi mulai lihat hal yang menarik.” Seperti itu ujarnya. 

Ia mengatakan bahwa ketertarikan kita terhadap hal – hal kecil tersebut juga berdampak sampai sekarang. Adit memberikan saran “Jadi coba deh kenalin dulu dirimu, ikutin dulu apa yang kamu suka dan coba dikembangkan lagi. Karena mengenal potensi diri itu sebuah perjalanan dan bukan proses instan tanpa hambatan. Jadi ya dikembangkan dulu hal yang kita bisa. Step by step aja. Setidaknya kita sudah punya gambaran kecil mengenai minat diri sendiri” Seperti itu saran yang ia berikan. 

Pengembangan potensi yang masih terus ia lakukan bersamaan dengan jalannya menjadi versi terbaik dalam dirinya. Banyak hal – hal kecil yang bermakna tersirat membantu dirinya menemukan passion yang ia miliki. Menurutnya, menjadi versi terbaik dalam diri tidak selalu tentang pangkat atau jabatan, melainkan dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan passion yang kita punya dengan bahagia dan pemaknaan. Namun, ia juga mengutarakan bahwa versi terbaik yang dimiliki setiap orang adalah relatif. Sehingga, beragam maknanya.” ujarnya. 

Adit mengatakan bahwa saat mengenal potensi diri, kita perlu mencoba untuk menyalurkan potensi tersebut menjadi hal yang bermanfaat. Adit memberikan contoh melalui gambaran dirinya kedepan. Ia mengatakan bahwa passion yang ia miliki untuk menjadi guru memunculkan rasa berdedikasi lebih dalam mengajar. Ia tidak hanya ingin mengajar di kelas, namun juga ingin menyalurkan potensinya di luar kelas melalui konten edukasi yang nantinya ia bagikan secara meluas melalui media sosial. 

Semangatnya berdedikasi untuk pendidikan tidak lupa ia salurkan melalui ajakan kepada anak – anak muda lainnya untuk berkontribusi dalam membangun pendidikan masa depan yang lebih baik. Ajakan tersebut ia salurkan melalui kutipan yang ia berikan “Bukankah sudah banyak perubahan yang dilakukan oleh pemuda untuk mengubah negeri ini? Mulai dari sumpah pemuda dan hal lainnya. Apakah kita hanya ingin merasa ‘gelisah’ saja dengan permasalahan pendidikan yang telah kita rasakan? Tanpa melakukan suatu perubahan? Perubahan tidak hanya dapat kita pasrahkan pada pemangku negeri, nyatanya lebih banyak perubahan yang terjadi melalui kalangan masyarakat. Oleh karena itu, sudah siap untuk mengubah ‘kegelisahan’ kita selama ini” -Adit, generasi penerus bangsa. 

Penulis: luthfiasari sekar

Editor: Hayinah Ipmawati


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.