GSM

Bulan kedua kegiatan belajar di masa pandemi sudah berjalan. Permasalahan mengenai kurikulum dan infrastruktur belum teratasi, tetapi kita masih dipaksa oleh keadaan untuk tetap melaksanakan pembelajaran dengan metode blended learning. Di sisi lain, banyak guru masih harus beradaptasi dalam meningkatkan kemampuan menggunakan teknologi ketika menggunakan metode blended learning ini. Di tengah goyahnya dunia pendidikan di mata masyarakat, terdapat perjuangan guru-guru yang berupaya untuk mempertahankan melalui gerakan-gerakan organic, seperti yang dilakukan oleh salah satu guru penggerak GSM, yaitu Bu Nuri.

Bu Nuri berinisiatif untuk melakukan transfer materi tentang blended learning, yang didapatkan dari workshop Gerakan Sekolah Menyenangkan, kepada guru-guru sekolah dasar di Kecamatan Sleman. Melalui pertemuan di sebuah resto di daerah Sleman, Bu Nuri bersama dengan guru-guru dari komunitas KKG (Kelompok Kerja Guru) melakukan pertemuan santai. Kelompok KKG ini secara strategis dipilih oleh Bu Nuri karena perannya yang sangat vital untuk pemberdayaan guru sehingga kebutuhan untuk pengembangan kerangka pembelajaran di masa pandemi dapat tersampaikan secara lebih meluas di Kecamatan Sleman. Dalam pertemuan tersebut ditemukan bahwa banyak guru-guru yang masih familiar dengan WhatsApp dan belum terbiasa dengan platform berbasis video conference seperti google meet dan platform khusus organisasi kelas seperti google classroom. Padahal, apabila dilihat dari fiturnya, WhatsApp masih sangat terbatas untuk mengorganisasi kelas dan terkesan membosankan. Maka dari itu, Bu Nuri memberdayakan guru-guru dalam KKG dengan melakukan transfer materi terkait penggunaan google meet dan google classroom. Guru-guru wajib mahir menggunakan minimal kedua aplikasi ini untuk melaksanakan pembelajaran secara blended learning.

Selain transfer materi terkait platform pembelajaran, Bu Nuri juga berupaya untuk menyusun ulang kurikulum yang sesuai konteks dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru-guru dalam KKG menyepakati bahwa kurikulum yang sesuai dengan konteks adalah kurikulum berbasis proyek dengan tema utama ketahanan keluarga, ketahanan mental, ketahanan fisik dan ketahanan pangan. Hal ini bertujuan agar sekolah tidak memberikan beban kepada keluarga. Sehingga, Kompetensi Dasar dari Kurikulum 13 hanya dapat diambil sebagian yang esensial dan sesuai dengan proyek pembelajaran saja. Bu Nuri merasakan bahwa penemuan rumusan kurikulum yang sesuai konteks di masa pandemi ini tidak dapat serta merta ditemukan dan dijadikan dalam satu kerangka yang sama, melainkan harus fleksibel dengan kebutuhan karakter siswa, orang tua dan kemampuan gurunya. Sehingga, masa pandemi ini justru guru-guru dipaksa untuk berfikir kreatif agar kegiatan belajar secara blended learning dapat berjalan dengan baik dan menyenangkan, dengan segala keterbatasan yang ada. Juga, kerjasama dan peran orang tua sangat dibutuhkan dalam masa ini.

Categories: Inspirasi GSM

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.