Beberapa minggu yang lalu, Pak Rizal selaku founder Gerakan Sekolah Menyenangkan kedatangan tamu yang sangat menginspirasi. Tamu tersebut berasal dari Kabupaten Supiori, Papua yang merupakan salah satu Penyimpang Positif GSM. Supiori merupakan tempat fungsionaris pertama yang ada di Papua di mana berfokus pada ranah pendidikan dan agama. Sementara Penyimpang Positif adalah seseorang yang memiliki perilaku yang menyimpang dalam kebiasaan dan tradisi tetapi memiliki dampak yang positif terutama dalam proses belajar bahkan hasil belajar seorang siswa. Namun, uniknya penyimpang positif ini berasal dari Birokrat.
Pak Rafles adalah Kepala Dinas Pendidikan yang ada di Supiori Papua, ia mengajak seluruh sekolah yang ada di bawah naungan instansi tersebut untuk datang kembali ke Yogyakarta demi melihat seperti apa konsep dari Gerakan Sekolah Menyenangkan. Hal ini bukan tanpa sebab karena Pak Rafles merasa banyak sekali hal – hal yang positif dapat diambil dari Gerakan Sekolah Menyenangkan. Sekitar 1 bulan yang lalu, Pak Rafles juga sempat mengajak beberapa guru SD Supiori untuk datang ke Yogya dan hasilnya pun dinilai positif.
“Saya melihat aura yang sangat positif pada sekolah – sekolah yang sudah saya kunjungi. Dari gurunya, peserta didiknya, masyarakatnya seperti terdapat interaksi yang positif “. Kata Pak Rafles
Oleh karena itu, Pak Rafles mengajak kembali beberapa sekolah yang ada di bawah naungan dinas pendidikan untuk terimbas secara positif oleh program – program yang ada di gerakan sekolah menyenangkan. Total sekitar 15 sekolah yang berhasil di bawa oleh Pak Rafles dalam visitasi menyenangkan kedua ini.
“Saya mendengar langsung dari orang – orang yang saya tanyakan bahwa sekolah – sekolah yang saya ajak kemarin di visitasi menyenangkan pertama sudah mulai berubah”. Timpal Pak Rafles.
“Hal ini menurut saya unik karena biasanya kepala dinas pendidikan hanya meminta sekolah – sekolah untuk mengejar nilai, juara olimpiade, dan sebagainya. Tetapi Pak Rafles ingin memperluas suasana kebatinan diri siswa”. Sahut Pak Rizal.
Bahkan Pak Rizal juga bertanya bagaimana bisa Pak Rafles bisa memiliki pemikiran seperti itu. Pak Rafles mengatakan bahwa selama ini pendidikan hanya monoton. Pendidikan terjebak pada sistem feodalisme di mana siswa harus patuh dengan guru. Selain itu, pendidikan selama ini hanya berfokus pada nilai dan tidak pada karakter keberlanjutan seorang siswa. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengubah guru dan kepala sekolah mengenai arti pentingnya karakter terlebih Social Emotional Learning siswa.
“Kepala Sekolah dan guru harus menjadi arang besar agar dapat membakar (mengimbas) kepada guru – guru di sekolah lain”. Tambah Pak Rafles mengenai filosofi arang yang dikemukakan oleh Pak Rizal.
Mas Rizal pun kembali melanjutkan pertanyaan sebagai bahan dalam podcast tersebut. Pak Rafles memulainya dengan menceritakan bahwa terdapat opini kontra kepada Pak Rafles waktu menjadi Kepala Dinas Pendidikan.
“Menurut saya, menjadi seorang Kepala Dinas Pendidikan tidak harus bisa dalam hal mengajar. Tetapi, bagaimana memfasilitasi orang – orang pintar agar pembelajaran menjadi lebih baik”. Tambah Pak Rafles sebagai bantahan terhadap orang – orang yang kontra akan beliau yang menjadi Kepala Dinas Pendidikan.
Pada awalnya beliau membuktikan dirinya dengan membuat guru – guru menjadi sadar akan dirinya sendiri. Hal ini terlihat dari fenomena – fenomena guru – guru yang sempat telat datang ke sekolah saat rapat. Pak Rafles memperlakukan guru yang datang telat tersebut dengan begitu lembut sampai pada akhirnya terdapat kesadaran pada diri guru tersebut untuk berubah.
Setelah itu Pak Rafles bertemu dengan guru yang mengikuti GSM. Di sana ia bersyukur bahwa ada wadah bagi guru untuk merdeka dan memulai aktivitasnya dengan hati. Di sinilah Pak Rafles mulai mengenal GSM.
Pak Rafles merasa optimis karena ada wadah bagi guru guru untuk berubah. Ibu Elis merupakan guru SD yang berkontribusi pada Pak Rafles untuk mengenal GSM. Bahkan saat Pak Rafles yang secara tidak sengaja datang ke sekolah yang diampu oleh Bu Elis, beliau melihat cara mengajar di sekolah tersebut terasa lebih menyenangkan.
“Walaupun Bu Elis berasal dari SD yang ada di pelosok Papua tetapi sekolah tersebut bak layaknya sekolah internasional. Cara mengajarnya santai sehingga membuat siswa menjadi menyenangkan dalam belajar. Suasan kelasnya dihiasi oleh warna warna yang menarik bahkan di setiap sudut ruangan dipasang hasil karya siswa”. Tambah Pak Rafles.
Dari sini Pak Rizal menyimpullan bahwa Pak Rafles memiliki fast principal thinking yang membuat dirinya mampu bergerak memfasilitasi guru guru tersebut untuk berubah dengan mengikuti orientasi nilai nilai GSM.
Bahkan diketahui juga bahwa Pak Rafles merupakan sosok Kepala Dinas Pendidikan yang berani menyarankan Bupati daerahnya untuk menjadikan GSM sebagai peraturan bupati. Dengan berbagai macam pertimbangan mengenai efek positif yang dihadirkan oleh GSM, maka GSM rencananya akan digabung dengan program kementrian yaitu Sekolah Penggerak di mana guru guru yang melakukan inovasi dalam penyelenggaraan pembelajaran akan mendapatkan insentif. Jika GSM berhasil masuk ke dalam Peraturan Bupati, maka selanjutnya Pak Rafles berencana untuk menjadikan GSM sebagai peraturan daerah dalam ranah penyelenggaraan pendidikan.
Terakhir Pak Rizal menutup podcast tersebut dengan bertanya kepada Pak Rafles mengenai cita cita untuk pendidikan Indonesia di masa depan khususnya Papua dan Supiori. Pak Rafles berharap agar pendidikan Indonesia bisa terlepas dari tradisi lama dan mulai berfokus pada keunikan semua peserta didik. Pendidikan tidak lagi berfokus pada konten, kurikulum karena harus berfokus pada minat dan bakat siswa itu sendiri.
“Harus ada ekosistem yang menyenangkan dan memanusiakan yang tidak hanya bagi siswa yaitu bagi gurunya. Hingga guru mampu menjadi urat nadi keberhasilan pendidikan. Serta muridnya bisa menemukan versi terbaiknya sehingga ketika era revolusi industri ini sudah penuh dengan kecerdasan buatan dan manusia tidak tergerus tetapi bisa mengendalikan teknologi untuk kebaikan kebaikan. Dan orang yang bisa mengendalikan teknologi tersebut untuk kebaikan ialah siswa siswa yang berhasil menemukan potensi dan versi terbaiknya yang harus dibangun di dunia persekolahan bahkan di rumah”. Pak Rizal menyimpulkan hasil obrolannya dengan Pak Rafles.
Kedepannya GSM berharap agar orang-orang yang mengisi jabatan penting di setiap daerah lebih concern ke dunia pendidikan saat ini.
Salam Berubah; Berbagi dan Berkolaborasi
Penulis: I Putu Wisnu Saputra
Editor: Nida Khairunnisaa
0 Comments