Manusia akan berhadapan dengan teknologi canggih yang diciptakan dan berpotensi mengungguli kemampuan manusia itu sendiri. Keinginan untuk mengotomasi segala lini industri, pemerintah, hingga pendidikan menjadi salah satu pemicu utama adanya Revolusi Industri 5.0. Kemampuan robot dan kecerdasan buatan akan terus dikembangkan dan dipersonalisasi dengan human touch. Hal ini diciptakan agar memiliki pendekatan personal dan memiliki kesadaran buatan hingga mendekati pendekatan humanitas (Saxena, 2020).
Pada dasarnya, hal yang membedakan antara manusia dengan robot atau teknologi adalah nilai-nilai kemanusiaan dan kepunyaan hati nurani. Nilai-nilai adalah sebuah instrumen yang tidak dapat direduksi dengan tujuan apa pun, karena ia bersifat luhur dan utuh (Jirzanah, 2020). Kartodirdjo (1994:49) dalam Soeprapto (2013: 267) mengatakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi berfungsi untuk mendukung eksistensi bangsa Indonesia dan sekaligus meningkatkan kualitasnya dalam menyesuaikan diri pada tata pergaulan dunia modern.
Lalu, bagaimana dinamika bangsa Indonesia dalam dunia pendidikan beserta ideologi yang dimiliki?
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan dalam pembentukan sistem pendidikan di Indonesia. Ideologi Pancasila menjadi landasan filosofis dan nilai-nilai dasar yang membimbing pembangunan dan pengembangan pendidikan di negara ini. Akan tetapi, di era yang bergejolak dan terus berkembang ini kita menghadapi tantangan serius terhadap nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan.
Masyarakat modern yang semakin terhubung secara teknologi, dan perubahan sosial yang pesat semakin menekan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan. Krisis nilai kemanusiaan dalam pendidikan telah memunculkan kekhawatiran tentang kurangnya perhatian terhadap aspek emosional, sosial, dan etika dalam pengembangan siswa. Fokus yang terlalu besar pada prestasi akademik, kecanggihan teknologi yang menghancurkan interaksi sosial yang nyata, serta perubahan sosial yang menggeser nilai-nilai tradisional telah mengancam keberadaan dan penerapan nilai-nilai kemanusiaan.
Pancasila adalah bagaimana kita memperjuangkan nilai kemanusiaan dan keadilan bangsa Indonesia. Hal itulah yang seharusnya diajarkan di sekolah agar para murid merasakan hal yang sama bahwa mereka hidup di negeri yang majemuk ini. Pancasila sudah berbicara mengenai nilai-nilai kemanusiaan jauh sebelum adanya banyak perubahan dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, kenyataan yang dihadapi adalah manusia yang tidak menemukan kebermaknaan hidupnya, tidak menemukan passion dan talentanya, dan tidak hidup bahagia.
Hal tersebutlah yang menjadi krisis kemanusiaan yang paling besar. Jika manusia tidak pernah mengalami kebermaknaan hidup sebagai manusia yang bertanggung jawab, maka akan sulit untuk manusia dalam melakukan hal-hal besar.
Pendidikan dan Pancasila memiliki sinergi yang kuat dalam mewujudkan pendidikan yang berkemanusiaan. Melalui integrasi dan pengaplikasian nilai-nilai pendidikan dan nilai-nilai Pancasila, pendidikan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam membentuk generasi yang memiliki kesadaran kemanusiaan yang kuat.
Nilai Pancasila mengajarkan tentang persatuan dan keberagaman Indonesia. Dalam pendidikan, nilai ini dapat diterjemahkan dalam pengakuan dan penghormatan terhadap perbedaan individu dalam hal agama, suku, budaya, dan latar belakang lainnya. Dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang berkemanusiaan, pendidikan harus mempromosikan kesetaraan, menghargai keberagaman, dan melibatkan siswa dalam memahami dan menghormati perbedaan di antara mereka.
Nilai-nilai Pancasila, seperti keadilan, kejujuran, persatuan, dan tanggung jawab sosial, memberikan kerangka kerja etis yang kuat dalam pendidikan. Hal ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan karakter yang bertanggung jawab, jujur, adil, dan memiliki kesadaran akan dampak sosial dari tindakan mereka.
Pendidikan yang berkemanusiaan harus memastikan bahwa semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang. Hal ini berarti mengatasi kesenjangan pendidikan, memberikan dukungan kepada siswa dengan kebutuhan khusus, dan menciptakan lingkungan yang inklusif bagi semua individu.
Pendidikan yang berkemanusiaan juga harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan yang demokratis di tingkat sekolah. Ini melibatkan memberikan ruang bagi siswa untuk mengemukakan pendapat, mendengarkan perspektif orang lain, dan berkolaborasi dalam menciptakan perubahan positif dalam lingkungan mereka.
Jika kita tidak memaknai dan menginternalisasi Pancasila beserta sila-silanya, lalu apa gunanya ideologi bangsa itu dibentuk. Malu jika kita tidak mendendangkan irama soal sila-sila Pancasila di sekolah.
Penulis: Ratu Mutiara Kalbu
Daftar Pustaka
Jirzanah. 2020. Aksiologi sebagai Dasar Pembinaan Kepribadian Bangsa dan Negara Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Saxena, A., Saxena, A., Pant, D., Patel, C., dan Quiriello L., 2020. Emergence of Educators for Industry 5.0: An Indological Perspective. International Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering, 9 (12):359-362.
Soeprapto, S., 2013. Landasan Aksiologis Sistem Pendidikan Nasional Indonesia dalam Perspektif Filsafat Pendidikan. Jurnal Cakrawala Pendidikan. 32 (2): 266- 276.
Ensiklopedia GSM
Ada Apa dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)?
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) digadang-gadangkan sebagai bentuk jawaban atas permasalahan ketidaksesuaian antara output pendidikan dengan dunia industri (lapangan pekerjaan). Ketidaksesuaian tersebut berimplikasi terhadap menjamurnya pengangguran di Indonesia. Dengan hadirnya SMK sebagai bagian integral dari sistem Read more…
0 Comments