Berbicara mengenai sekolah masa lalu, maka apa yang bapak/ibu guru dan teman-teman pikirkan? Tentunya jika dibandingkan dengan sekolah masa kini atau bahkan sekolah masa depan, sudah pasti banyak sekali perubahan yang telah terjadi. Masih ingat hal apa saja yang telah berubah? Mari simak pembahasan berikut ini!
- Tujuan Bersekolah
Ditinjau dari tujuan bersekolah, orangtua pada masa lalu menyekolahkan anaknya dengan maksud untuk dapat mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan baru dan mengedepankan nilai-nilai akademis. Namun, dalam sekolah masa kini atau sekolah masa depan, orangtua sudah lebih aware, bahwa tujuan bersekolah bukan lagi hanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan atau mencari nilai yang tinggi dan sempurna. Melainkan, tujuan bersekolah adalah untuk memberikan kesempatan dan ruang eksplorasi serta berekspresi menumbuhkan bakat dan minat anak untuk menjadi pembelajar sejati, yang aktif, kreatif, inovatif, solutif, serta memiliki daya juang untuk adaptif terhadap perubahan dan tantangan masa depan. Lebih-lebih, dalam sekolah masa depan orangtua memiliki harapan untuk anaknya bisa mengasah dan meningkatkan kemampuan softskill yang baikagar mampu bertahan di era digitalisasi dan distrupsi teknologi, di mana softskill tersebut merupakan sesuatu yang tak akan tergantikan, hanya manusia yang memiliki itu. Karenanya sudah semestinya pendidikan kita fokus untuk menuntun kodrat anak, pendidikan yang memanusiakan dan memerdekakan.
2. Kurikulum
Dilihat dari Kurikulum, tentu sangat jelas bahwa pendidikan di Indonesia sampai dengan saat ini sudah mengalami pergantian Kurikulum berkali-kali, bahkan tercatat sejak tahun 1947 sampai dengan 2022 total sudah dua belas kali Kurikulum berganti. Salah satu Kurikulum yang terkenal yaitu Kurikulum 1994 yang memunculkan istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Di mana dalam penerapannya pada proses pembelajaran cenderung menitikberatkan pada kegiatan belajar mengajar di ruang kelas. Padahal pendidikan masa depan yang berlaku dan dibutuhkan adalah siswa yang peka terhadap lingkungannya dan aktif untuk melakukan eksplorasi terkait temuan masalah-masalah yang ada disekitar lingkungannya, yang selanjutnya mencari dan menemukan solusi sebagai upaya penyelesaian masalah (problem solving). Sebab di masa depan, di era yang tidak pasti ini yang perlu dipersiapkan adalah pemuda yang memiliki daya nalar tinggi dan memiliki kompetensi 4C (Critical Thinking, Communication, Collaboration, Creativity & Innovation). Dan untuk memiliki kemampuan semua itu, tidak cukup hanya dengan belajar di ruang kelas, dibatasi oleh dinding-dinding kaku, siswa perlu melihat permasalahan secara nyata (contextual) dan bersinggungan langsung dengan alam sekitar, serta bersosialisasi dengan masyarakat.
3. Sumber Informasi dan Akses Pelajaran
Berbeda dengan sekolah masa lalu, yang di mana guru menjadi pusat dan sumber satu-satunya informasi. Sekolah masa depan, kita dimudahkan dan dimanjakan dengan pengaruh teknologi dan digitalisasi, semua informasi bisa kita akses oleh siapa pun dengan mudah dan cepat, tanpa dibatasi ruang dan waktu. Artinya, dalam sekolah masa depan guru bukan lagi sebagai seseorang yang terus menyuapi dan menjejalkan berbagai materi ilmu pengetahuan dan informasi. Peran guru pada sekolah masa depan hanyalah sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, karenanya guru hanya perlu menuntun tiga kodrat dasar yang ada pada diri siswa, yakni rasa ingin tahu, kreativitas, dan keragaman. Dengan tiga kodrat tersebutlah yang akan menjadikan anak menemukan jalannya sendiri, menemukan versi terbaik dalam dirinya.
4. Alat dan media pembelajaran
Sekolah masa lalu mungkin terkesan membosankan, karena alat dan media belajar yang digunakan hanya papan tulis dan alat peraga yang terbatas. Namun, coba kita lihat dengan sekolah masa kini, semuanya melibatkan alat-alat teknologi yang canggih, seperti proyektor, laptop, dan lain sebagainya. Bahkan, tidak sedikit juga anak-anak kita, siswa-siswa kita yang mampu menciptakan berbagai produk sebagai hasil dari buah pemikirannya yang kreatif dan inovatif. Karenanya, kita sebagai guru sekaligus orangtua, janganlah sekali-kali untuk mematikan mimpi yang sudah mereka bangun, dukunglah terus anak-anak kita, siswa-siswa kita untuk menemani dan menjembatani mimpi-mimpinya.
5. Metodologi Pembelajaran
Seiring berkembangnya zaman yang terus selalu mengalami pertumbuhan, maka metodologi dalam pembelajaran pun sudah dipastikan juga ikut berganti. Dari yang semula, hanya satu arah, terpusat pada guru, dan terpaku pada metode ceramah, yang membuat siswa menjadi pasif. Kini, dan sekolah masa depan memberikan kesempatan dan ruang seluas-luasnya untuk siswa mencari, mengulik, dan menggali sendiri pengetahuannya dengan diberlakukannya metode-metode yang mendukung siswa untuk melatih meningkatkan daya nalarnya, salah satunya adalah dengan project based learning. Pembelajaran berbasis proyek, membukakan pintu untuk siswa mampu mengalami sendiri proses dari pada kebermaknaan belajar. Sebab, yang terpenting dari sebuah pendidikan adalah pengalaman. Pengalaman tersebut yang akan mengantarkan anak untuk menemukan rasa senang dalam belajar sehingga esensi dari pendidikan bisa langsung dirasakan oleh seluruh pelaksana pendidikan, terkhusus pada siswa, pada anak-anak kita.
Terakhir, satu pertanyaan yang layak untuk menjadi renungan kita bersama:
Sudah kah bapak ibu guru merubah proses pendidikan terlebih pada kegiatan belajar mengajar menuju sekolah masa depan? Atau kah kita sebagai guru masih terjebak dalam pendidikan masa lalu?
Salam, Berubah, Berbagi, Berkolaborasi!
Penulis: Nazula Nur Azizah
Editor: Nida Khairunnisaa
0 Comments