GSM

Bersikap keras seperti melontarkan kata-kata yang tidak sopan, merendahkan, alih-alih memberikan sebuah kritikan membangun, merupakan hal yang kurang pantas dalam dunia pendidikan, terlebih dalam pembentukan karakter peserta didik. Pemberian masukkan berupa motivasi serta saran yang membangun dengan penggunaan bahasa yang santun akan terdengar lebih humanis dan menjauhkan praktik feodalisme pendidikan yang harus diakhiri. Praktik feodalisme pendidikan memberi kesan bahwa guru adalah sosok individu yang galak, menakutkan dan terkesan keras, sehingga peserta didik sering kali merasa terancam, merasa tidak merdeka dan tak berdaya. Apakah pembentukan karakter peserta didik harus selalu dihadapkan dengan hal yang keras dan mencekam? Tentu tidak. Beberapa tokoh mengatakan bahwa sikap tegas diperlukan dalam pengembangan karakter peserta didik. Namun apakah sikap tegas berbeda dengan sikap keras yang dilakukan pada praktik feodalisme pendidikan?

Pendidikan adalah ilmu normatif, maka dari itu fungsi institusi pendidikan adalah menumbuh-kembangkan subjek didik ke tingkat normatif yang lebih baik, dengan cara atau jalan yang baik, serta dalam konteks yang positif. Disebut subjek didik karena peserta didik bukan merupakan objek yang dapat diperlakukan semaunya pendidik, bahkan seharusnya dipandang sebagai manusia lengkap dengan harkat kemanusiaannya. Selain itu, humanisasi pendidikan merupakan upaya untuk menyiapkan generasi yang cerdas nalar, cerdas emosional, dan cerdas spiritual, bukan menciptakan manusia yang kerdil, pasif, dan tidak mampu mengatasi persoalan yang dihadapi (Assegaf, 2002). Maka seharusnya, segala bentuk permasalahan yang menyangkut struktur dan sistem lembaga pendidikan dapat diselesaikan dengan cara-cara yang mendidik, bukan dengan tindak kekerasan (Saptarini, 2009).

Sebagai contoh, ketika menghadapi peserta didik yang sulit untuk diarahkan dan melakukan kejahilan kecil yang cukup mengganggu sekitarnya. Solusi dari hal tersebut bukanlah memberikan kata-kata yang menyakitkan dengan nada tinggi, sehingga terkesan keras dan galak. Memberikan kata-kata pedas dan menyakitkan bagi peserta didik hanya membuat mereka tertekan dan takut ketika berhadapan dengan pengajar yang demikian, bahkan dapat menyisakan trauma. Praktik pendidikan feodal akan menganggap hal tersebut adalah hal yang wajar dilakukan untuk mendisiplinkan para murid. Namun, ketegasan tidak melalui kata-kata yang pedas dan menyakitkan. Melainkan, melalui ucapan yang membangkitkan motivasi peserta didik, sehingga mereka tidak akan mengulangi perbuatannya karena takut akan dimarahi atau dihakimi. Sikap kasar dan keras terhadap peserta didik tidak pernah diinginkan oleh siapapun, terlebih pada lembaga pendidikan yang seharusnya menyelesaikan masalah secara edukatif.

Tegas itu perlu, keras tidak ada yang mau. Seperti kata Ki Hadjar Dewantara, “Percaya, tegas, penuh ilmu hingga matang jiwanya, serta percaya diri, tidak mudah takut, tabah menghadapi rintangan apapun.”

Terus semangat, wahai penggerak perubahan pendidikan Indonesia!

Salam, berubah, berbagi, kolaborasi!

Penulis: Hayinah Ipmawati


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This website uses cookies and asks your personal data to enhance your browsing experience.