Oleh: Pak Ali Shodikin (SMKN 1 Jambu)
Dunia pendidikan menghadapi tantangan yang semakin hari semakin besar, karena dampak dari perubahan zaman serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Anak didik kita hidup di era disrupsi yaitu perubahan disegala bidang kehidupan, oleh karena itu dibutuhkan peningkatan kompetensi individu. Kompetensi adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh individu dalam melakukan sesuatu dibidang tertentu. Menurut World Economic Forum secara umum kompetensi yang dibutuhkan dibagi menjadi tiga, yaitu kemampuan dasar (core skill), kemampuan menaklukan tantangan (competencies), dan kualitas karakter menghadapi perubahan (character qualities).
Sebagai contoh kemampuan dasar yang dibutuhkan adalah kemampuan berhitung, menulis, memahami kejadian alam, pemahaman dibidang teknologi, literasi, dan pemahaman sosial budaya. Sedangkan kemampuan keterampilan (competencies) dalam bentuk hardskill adalah kemampuan spesifik yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu untuk menjawab tantangan masa depan. Selain itu anak didik kita juga membutuhkan softskill yang yang memiliki peran penting dalam menaklukkan tantangan masa depan seperti kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, social intelegence, kemampuan berkolaborasi, dan daya kreatifitas. Kesemua kemampuan tadi tidak akan memiliki nilai jika tidak dibungkus oleh kemampuan anak didik kita terhadap nilai-nilai kemanusian yaitu akhlak atau karakter baik. Menghormati orang lain, berempati, jiwa tolong menolong dan gotong royong, mental agility (ketangguhan), respect to people, dan karakter baik lainnya.
Untuk menjawab tantangan era disrupsi tersebut, maka fokus dari pendidikan sebenarnya adalah perubahan karakter anak didik kita. Hakikat tujuan pendidikan sebagai jalan menuju kebahagiaan dunia akhirat. Menuntun segala kodrat yang dimiliki anak didik agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggotan masyarakat. Dalam konsep pengajaran oleh Ki Hajar Dewantara, “ pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluar-luarnya”.
Sebagai pendidik memaknai merdeka belajar dan merdeka mengajar adalah mampu memerdekakan diri sendiri untuk menentukan langkah dalam mencapai tujuan belajar anak didiknya. Dengan memberikan pengalaman belajar melalui aktifitas mengalami langsung, maka anak didik kita akan mampu lebih dalam memaknai hasil dari pengalaman belajarnya, dengan harapan mengkristal dalam dirinya dan mampu diimplementasikan dalam kehidupan nyatanya dalam masyarakat. Guru juga diharapkan mampu sebagai penuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak didik, layaknya sebagai petani, guru hanya mampu menuntun tumbuhnya padi, memberi pupuk dan kecukupan air, membasmi ulat-ulat dan gulma. Petani tidak dapat memaksakan padi untuk tumbuh menjadi jagung, begitupun dengan guru, hanya mampu merawat dan menuntun tumbuh kembangnya anak didik sesuai kodratnya. Memberikan stimulus melalui pengalaman belajar yang bermakna, sehingga anak didik kita mampu memaksimalkan potensi yang ada didalam dirinya.
Social Challenge adalah salah satu bentuk kreatifitas dalam pembelajaran yang diberikan kepada anak didik untuk tujuan menumbuhkan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan mereka dalam menghadapai era disrupsi ini. dalam pelaksanaanya social challenge bukan sebuah tema materi yang berdiri sendiri, melainkan mampu diadaptasi untuk tema materi dan level pendidikan apapun. pendidik mampu mengambil tema social challenge untuk mapel agama, mapel pancasila, mapel bahasa indonesia, mapel baha inggris, matematika, bahkan untuk mata pelajaran kejuruan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Contoh untuk mapel bahasa Indonesia, dapat menugaskan anak didik untuk membuat puisi terhadap masalah sosial dari pengalaman kegiatan sosial anak didik, untuk mapel matematika bisa menugaskan waktu yang dibutuhkan anak didik kita dalam menyapu halaman masjid dan menghitung luasnya, bahkan untuk mapel produktif kejuruan misalnya mengaplikasikan kemampuan merancang jembatan, merancang pos ronda, merancang tiang pancang net lapangan voly dll. Jadi mata pelajaran apapun dan tingkat pendidikan apapun sangat relevan dan adaptif memberikan pengalaman belajar melalui Social Challenge.
Aktifitas social challenge berupa kegiatan proyek dimasyarakat yang diberikan kepada anak didik. Mereka menentukan sendiri kegiatan sosialnya atau pun diberikan kisi-kisi oleh gurunya. Banyak ragam kegiatan sosial yang dapat diambil, seperti membantu orang menyebrang jalan, kerja bhakti membuat lapangan olahraga di kampung, kerja bhakti kebersihan di kampung, gotong royong mendirikan rumah tetangga, dan banyak lainnya.
Durasi waktu yang disediakan tentunya fleksibel mengikuti seberapa besar tema proyek sosial yang akan dijalankan oleh anak didik kita. Bisa dalam satu pekan atau bahkan lebih. Bahkan bisa singkat dalam satu hari juga bisa dilaksanakan oleh anak didik kita. Setelah guru memberikan kisi-kisi tantangan kegiatan sosial ini, kegiatanya bisa dilaksanakan secara individu ataupun berkelompok. Anak didik diberi kebebasan dalam menentukan proyek sosialnya. Evidence portofolio berupa foto-foto aktifitas dan narasi deskripsi terhadap pelaksanaan proyeknya dapat dikumpulkan melalui portal drive cloud yang disediakan. Sebagai penutup kegiatan adalah refleksi kegiatan tersebut. Anak didik merefleksikan terhadap aktifitas yang telah dilakukan berupa perasaan yang dirasakan, kemapuan apa yang didapatkan, dan apa yang akan dilakukan kedepannya.
Skill yang diperoleh dari aktifitas sosial ini tentunya adalah social skill, dengan memiliki social skill yang kuat, anak didik kita akan mampu dan memudahkan mereka dalam membangun dan memelihara hubungan baik dengan orang lain dan memiliki rasa empati dan kepedulian, kesadaran (awarenes). Semakin baik social skill yang dimiliki tentunya akan membantu dalam mencapai tujuan karier hingga melakukan networking. Oleh karena itu kompetensi kerjasama dan komunikasi juga terasah dalam kegiatan ini.
Manfaat dari kegiatan social challenge ini antara lain :
- membangun, memelihara, dan menumbuhkan hubungan baik dengan orang lain (empati)
- lebih mudah mendapatkan ide hingga informasi dari perspektif orang lain dan mencari solusi terhadap permasalahan yang ada
- memperluas networking sehingga berpeluang menemukan peluang baru
- mudah bekerja sama dengan orang lain dengan relationship management
- membuat bekerja terasa lebih nyaman karena bisa menjaga hubungan baik dengan setiap orang.
- memupuk jiwa empati dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar
Dokumentasi Kegiatan Social Challenge
Refleksi anak didik :
0 Comments