Sejarah Gerakan Sekolah Menyenangkan

GSM lahir dari perjalanan spiritual dan pengalaman perubahan yang dialami oleh pendirinya, Muhammad Nur Rizal, dan sang istri, Novi Poespita Candra. Pengalaman ini didapatkan ketika Rizal dan Novi tinggal di Melbourne, Australia untuk menempuh studi doktoral. Mereka menemukan inspirasi dari ketiga buah hatinya yang sangat mencintai sekolahnya. Dari situ, mereka melihat pendidikan Australia yang berbeda jauh dengan pendidikan Indonesia. Bahkan bisa dibilang bahwa pendidikan Indonesia tertinggal 128 tahun dari Australia. Pendidikan Australia unggul dari segi kurikulum yang lebih bagus, lebih menyenangkan, dan disesuaikan dengan kelebihan tiap anak. Bahkan, anak-anak mereka justru rindu pergi ke sekolah saat liburan.

Inspirasi ini dikembangkan saat mereka pulang ke Indonesia dengan membangun GSM pada tahun 2016. Perjalanan menyoal fenomena pengalaman terbaik bersekolah di Australia yang ingin disebarluaskan agar bisa dirasakan oleh seluruh murid di Indonesia tanpa terkecuali. Rizal dan Novi merasa prihatin dengan pendidikan Indonesia yang masih mematok nilai dan ujian, padahal sebetulnya anak-anak bisa belajar dengan metode yang lebih menyenangkan. Dalam praktiknya, GSM merangkul sekolah-sekolah pinggiran yang tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah. Tujuannya agar kualitas sekolah pinggiran juga bisa terangkat dan para murid dapat merasakan iklim belajar seperti sekolah di Australia. 

GSM memiliki filosofi dan nilai sebagai narasi yang menginspirasi melalui ketokohan yang dapat dipercaya dengan melakukan upaya pergeseran paradigma lama ke pola pikir baru, dan dari budaya lama ke budaya baru dalam pendidikan melalui komunitas. Mengapa komunitas? Karena komunitas dipercayai dapat membuat pendistribusian nilai-nilai pendidikan menjadi lebih gencar dan masif. Peningkatan profesionalisme guru juga lebih mudah dan cepat karena dilakukan melalui pertukaran praktik baik, pengetahuan, dan pengalaman di antara mereka. Komunitas memungkinkan semangat kolektif-kolegial dan kolaborasi itu terjadi. 

Inspirasi ini dikembangkan saat mereka pulang ke Indonesia dengan membangun GSM pada tahun 2016. Rizal dan Novi merasa prihatin dengan pendidikan Indonesia yang masih mematok nilai dan ujian, padahal sebetulnya anak-anak bisa belajar dengan metode yang lebih menyenangkan. Dalam praktiknya, GSM merangkul sekolah-sekolah pinggiran yang tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah. Tujuannya agar kualitas sekolah pinggiran juga bisa terangkat.

Area Perubahan GSM

Dalam mendorong transformasi dunia pendidikan Indonesia, GSM berangkat dari Perubahan pola pikir pendidikan menuju paradigma Revolusi Industri 4.0. Titik awal ini meliputi perubahan pola pikir guru, kepala sekolah, orang tua, dan pemangku kebijakan untuk membangun ekosistem pendidikan yang positif dan berfokus pada pengembangan karakter siswa. Dengan demikian, siswa akan menginternalisasi nilai-nilai kemanusiaan sebagai bekal menghadapi masa depan di era Revolusi Industri 4.0.

Lingkungan Positif dan Etis

Perubahan ekosistem sekolah, baik lingkungan fisik maupun sosial, merupakan aspek fundamental yang akan berdampak pada motivasi belajar dan perilaku siswa. Keterlibatan siswa, guru, orang tua, dan seluruh warga sekolah menjadi awal kolaborasi yang harmonis untuk memulai perubahan

Pembelajaran yang Relevan dengan Kehidupan

Pembelajaran abad 21 yang selalu bermula dari masalah konkret, lalu dicari solusinya melalui projek, asesmen formatif dan tentunya berpusat pada siswa. Skema ini bertujuan memberikan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan masa depan.

Keterhubungan Sekolah dengan Orang Tua dan Masyarakat

Keterlibatan antara sekolah, orang tua, dan masyarakat untuk pendekatan pendidikan yang lebih menyeluruh. Pendekatan ini menciptakan sistem pendidikan secara berkelanjutan yang akan memfasilitasi potensi siswa untuk terus berkembang di era disrupsi.

Pengembangan Karakter (Emosi dan Sosial)

Pendidikan karakter merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan oleh GSM melalui pembelajaran keterampilan sosial-emosional. Paradigma pendidikan ini mengembalikan ruh pendidikan Indonesia agar tidak hanya berfokus pada nilai, tetapi juga pada pengembangan karakter baik dan budi luhur siswa.

Persebaran Komunitas GSM

Komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan telah menyebar ke hampir seluruh provinsi di Indonesia pada setiap jenjang pendidikan. 

4.000 pengawas, kepala sekolah, guru

3.000 sekolah

35 komunitas